Jadi Lulusan Terbaik Dulu

Happy reading.....

Seperti biasa, saat Leon tidak banyak pekerjaan dia akan membawa Asya berlibur. Tidak mereka berdua saja, ia pun menyesuaikan jadwalnya dengan Arshan. Laki-laki yang berperan penting dalam hidupnya.

Apalagi dia yang menjaga Asya hingga saat ini.

Hari ini Asya tak banyak bicara, dia menghabiskan waktunya dengan menatap layar ponsel. Biasanya Arshan akan melarangnya apalagi saat bersama dengan papanya seperti ini. Namun, tidak berlaku untuk sekarang, dia memilih berbincang dengan Leon.

Semenjak kejadian di rumah sakit, Arshan bingung harus bersikap seperti apa kepada Asya.

Tidak aneh jika Leon tak terlalu mengacuhkan anaknya. Apalagi mendekati akhir tahu seperti ini, dia akan dihadapkan dengan pekerjaan yang banyak.

Belum lagi dengan masalah yang datang secara tiba-tiba. Untung saja Asya tidak se-rewel dulu, jadi Leon pun tak perlu merasa bersalah dan untungnya keberadaan Arshan pun membantunya.

“Bentar, ya,” ucap Leon pada Asya.

Asya menghela napas, meski fokusnya tertuju pada ponselnya sendiri, tetap saja dia kesal jika sudah seperti ini. Andai saja waktu itu Asrhan menerima perasaannya, mungkin sibuknya Leon bukan masalah besar. Malah menjadi momen yang ditunggunya.

“Ceritanya ngambek?” tanya Arshan. Dia pun tak bisa berlama-lama tidak berkomunikasi dengan Asya—seperti ada yang berbeda dan kurang.

Asya melihat Arshan dengan lirikan saja dan kembali melihat layar ponsel. Tak dipungkiri jika dirinya pun merindukan sosok laki-laki yang ada di depan matanya. Namun, dia akan terlihat seperti perempuan yang menyedihkan.

“Senin udah mulai ujian, kan?” tanya Arshan lagi. Kali ini dia berusaha mengalihkan dari topik yang sebelumnya. “Banyakin makan sayur sama buah.

Obat yang kemarin ada diminum?''

Asya menyukai segala perhatian yang diberikan Arshan kepadanya. Dia tidak peduli jika pertanyaannya tak direspon oleh Asya dan melanjutkan pada pertanyaan selanjutnya. Sudah lebih satu minggu Asya tak menghiraukan Arshan dan rindu itu sudah terlalu dalam.

Sepotong daging yang sudah dipanggang dan masih hangat sudah tertera di piring Asya. “Kamu belum nyoba, kan, dagingnya?” tanya Arshan. “Main HP aja, sih, gimana tau,” jawabnya sendiri.

“Kamu cobain, deh. Enak banget, tadi papamu naruh bubuk-bubuk cinta di dalamnya.”

Ada rasa ingin tertawa dengan guyonan alay itu, tetapi Asya tetap berusaha memasang wajah datarnya. Dia berusaha tidak menyentuh yang diberikan Asrhan, meski lidahnya tengah memberontak di dalam sana.

“Emm …!”

Sontak Asya melihat pada manusia di hadapannya itu. Arshan memejamkan matanya sambil mengunyah daging di dalam mulutnya. Ia menikmati setiap kunyahannya sambil mengeluarkan suara yang menggiurkan.

“Rugi banget kamu gak nyoba, Sya. Ini kalau papamu datang dan ngerasain masakannya sendiri dia gak bakal bagiin ke kamu. Percaya, deh,” ucap Arshan dan memotong daging itu menjadi ukuran kecil, lalu menusuknya dengan garpu.

Asya tidak tahan lagi, ia pun meneguk salivanya dan menggerakkan tangan untuk mengambil sendok di atas meja. Namun, Arshan sudah mengarahkan sepotong daging ke depan mulut Asya. Mulutnya pun ikut terbuka, menyuruh gadis itu untuk melakukan hal yang sama.

Dihipnotis dengan sikap lembut dan ketampanan Arshan, Asya pun membuka mulutnya perlahan. Satu potong daging masuk dan ia langsung merasakan bumbu yang pas di dalam mulut.

“Ngunyahnya pelan aja. Rasain setiap bumbu yang keluar dari dagingnya,” titah Arshan dan Asya pun mengikutinya.

Arshan tidak berbohong dengan kata yang diucapkan. Netra Asya pun membulat sempurna dan sontak membuat laki-laki itu tersenyum. Indah, batinnya.

Sorot mata yang menggemaskan selalu membuat Arshan terbuai dengan kecantikan Asya. Andai saja dia bukan anak dari abangnya, mungkin Arshan akan menerima perasaannya.

“Enak, kan?” tanya Arshan dan Asya menganggukkan kepala sambil tersenyum. “Nah, gitu senyum,” sambung laki-laki itu pelan.

“Apa yang senyum,” timpal Leon yang baru saja datang. Dia pun menatap Asya dan Arshan bergantian.

“Anakmu itu, dari tadi cemberut terus karena ditinggal sama bapaknya,” ucap Arshan memberikan alasan.

Leon melemparkan pandangannya kepada Asya dan berjalan ke sisi anaknya itu. Ia pun memberikan satu pelukan, setidaknya dapat meluluhkan hati anaknya.

“Maaf, ya, Papa sering ninggalin kamu.”

Asya hanya menganggukkan kepala. Memang pelukan ternyaman adalah milik papanya, tetapi Asya pun ingin berada di pelukan Arshan setiap saat. Ia menginginkan laki-laki itu, tetapi bukan sekedar hubungan paman dengan keponakan. Lagi pula, Asya tak pernah menganggap laki-laki itu sebagai pamannya karena dia tahu papanya adalah anak tunggal.

Terpisah kembali dengan Leon hal yang sudah biasa. Padahal Asya berharap akan pulang bersama papanya, tetapi dia diamanahkan kepada Arshan. Sudah dipastikan dua jam perjalanan akan diisi dengan kecanggungan. Namun, sepertinya tidak akan berlaku untuk Asya—dia akan kembali berjuang.

“Ehhem …,” deham Asya dan melirik Arshan yang sedang mengemudi di sampingnya. “Asya gak mau langsung pulang,” ucapnya pelan.

Arshan menoleh ke arah gadis itu, lalu tersenyum. Sebuah ekspresi yang selalu diperlihtkan kepada Asya. “Terus mau ke mana?” tanya Arshan. “Papamu nyuruh langsung pulang. Besok kamu udah ujian kenaikan kelas.”

Asya memperlihatkan wajah kesalnya lagi. Memiliki stok kesabaran yang banyak tak membuat Arshan kebingungan. Ia pun melambatkan laju mobilnya dan meraih tangan Asya.

“Jangan gitu, jelek banget mukamu,” ucapnya dan hal itu membuat detak jantung Asya berhenti sejenak.

“Jadi, mau ke mana dulu?” tanya Arshan.

“Mau nonton, mau cari jajanan, dan mau jalan-jalan sama Om.”

Kening Arshan langsung mengerut dan ia pun menggelengkan kepala. “Kamu bakal kecapean, Sya,” ucap Arshan pelan, tetapi Asya bersikeras.

“Itu sebagai ganti rugi kalau Om nolak Asya seminggu yang lalu.” Asya spontan mengeluarkan kalimat itu dari bibirnya.

Bukannya kaget, Arshan malah tersenyum dan menggelengkan kepala. Sudah saatnya meladeni remaja yang tengah puber ini. Namun sayangnya, Asya jatuh cinta pada laki-laki yang kurang tepat.

Padahal masih banyak laki-laki lain yang seumuran dengannya dan bahkan lebih tampan dari Arshan.

“Ya, udah. Kalau nanti saya turuti apa yang kamu mau, saya gak punya hutang lagi sama kamu, kan?” tanya Arshan dan Asya langsung menganggukkan kepala. “Oke, kita jalan malam ini.”

Andai saja suara hati dapat didengar, mungkin satu dunia akan mendengarkan sorakan hati kecil Asya. Dia tak berjanji dengan perstejuan yang diiakan dengan Arshan, itu akan menjadi urusan belakangan nantinya.

Sepanjang perjalanan Asya tidak melepaskan tautan tangannya dengan Arshan. Lagi pula laki-laki itu tidak protes dan hal itu mengembalikan mood-nya. Setidaknya dengan cara itu Asya bersemangat untuk menjalankan ujiannya besok hari.

“Apa yang bikin kamu semangat pas ujian nanti?” tanya Arshan saat berjalan di street food yang tak jauh dari rumah Asya.

Asya menaruh telunjuknya di ujung dagu. Memikirkan apa yang membuatnya semangat. “Mungkin … diantar sama Om tiap pagi?” Jawaban itu membuat Arshan tertawa dan menggelengkan kepala.

Sejujurnya, di dalam hati Arshan penasaran apa yang memuat Asya jatuh cinta kepadanya. Apalagi dengan umur mereka yang jauh.

Tengah menikmati bakso bakar, Asya menatap Asrhan cukup lama. Membuat laki-laki itu menaikkan alisnya karena mulutnya pun penuh dengan makanan.

“Asya beneran suka, loh.” Arshan hampir tersedak mendengarkan pengakuan itu lagi. “Beneran tau,” ucapnya lagi untuk memastikan.

Setelah semua makanannya tertelan Arshan menatap Asya lekat. “Kamu masih sekolah, jangan mikirin hal yang berhubungan sama hati dan perasaan dulu, paham?” Kali ini Arshan yang memastikan Asya.

"Kalau gak sekolah, udah bebas?” tanya Asya dan Arshan meganggukkan kepala.

“Makanya jadi lulusan terbaik dulu.”

Bola mata Asya kembali melebar. “Kalau Asya jadi lulusan terbaik, Om bakal nerima Asya?” tanyanya terang-terangan dan di tengah keramaian.

Tidak ingin memperpanjang masalah, Arshan mengalah dan menganggukkan kepala. Lagi pula, akan sulit bagi Asya menjadi lulusan terbaik karena ada satu siswa yang selalu menempatkan posisi itu setiap tahunnya.

Senyum Asya tidak pudar, bahkan saat sampai rumah dia langsung mencari bukunya. Ia tak peduli jika matanya terasa lelah dan Asya lupa jika tubuhnya tak bisa kelelahan.

BERSAMBUNG....

Terpopuler

Comments

🌈Rainbow🪂

🌈Rainbow🪂

👣

2023-04-07

0

amilia amel

amilia amel

lanjut....

2023-04-03

1

Sky Blue

Sky Blue

D tungguin klanjutnny ya kx🥰🥰🥰

2023-04-02

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 62 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!