Berapa Ronde

Happy reading....

Melihat keduanya masuk ke rumah makan tadi, Clara mengikuti langakah mereka. Mereka masuk dan duduk di sudut ruangan.

Sepertinya mereka sudah biasa makan di sini, lebih tepatnya pelanggan tetap. Sehingga tanpa harus memesan, pelayan sudah hafal dengan menu mereka.

Hancur. Ya, sangat hancur hati Clara saat ini, tapi dia mencoba untuk tegar menghadapinya. Dia tak mau mengambil keputusan sepihak dan mempercayai kabar semu.

Clara melangkahkan kakinya di meja kasir.

"Biar saya mbak yang ngantar ke mas sama mbak itu, saya teman mereka. Mau kasih surprise," ucap Clara memamerkan deretan giginya yang putih.

Para pelayan itu percaya begitu saja, Clara meminta nampan berisi pesanan Rico dan entah siapa itu. langkah Clara kian dekat, kian membuncah juga emosinya.

Sampai akhirnya Clara memilih pura-pura tersandung, dan tak sengaja makanannya tumpah di baju wanita tersebut.

"Ma-maaf mbak, Sa-Saya nggak sengaja," ucap Clara lirih.

"Nggak pa pa kok, it's oke," ucap wanita itu sambil membersihkan pakaiannya.

"Gimana sih mbak, baju istri saya jadi kotor kan!, hati-hati dong kalau kerja," ucap Rico kasar.

"Apa istri?" tanya wanita itu.

"Iya sayang, aku akan segera menikahimu, aku janji." ucap Rico lembut.

"Sekarang, aku mau urusin pelayan kurang ajar ini. Berani-beraninya mengotori baju calon istriku," ucap Rico yang bangkit dari duduknya.

Rico membalik tubuh Clara yang masih menunduk, hingga akhirnya mereka saling bertatapan. Rico terkejut, dia terjingkat dan mundur beberapa langkah ke belakang.

"Loh mas Rico!" ucap Clara.

"M-mas?" ucap Rico terkejut.

"Jadi mbaknya calonnya Mas Rico, kenalin saya Clara adiknya," ucap Clara memperkenalkan diri.

"A-adik?" ucap Rico, mati kutu. Dia tak mampu harus berbuat apa saat ini. Tampak keringat yang bercucuran.

Clara tak peduli betapa terkejutnya Rico, yang dia mau tau adalah, mengapa mereka bisa pergi berdua di pagi buta seperti ini.

"Kakak kok bisa sama Mas," tanya Clara memamerkan senyumnya.

Tampak senyuman malu-malu dengan wajah yang merah merona. Tak perlu dia jelaskan, Clara sudah mengetahui alasannya. Dia juga perempuan, dan tau apa yang di maksud wanita tersebut.

"Kebetulan aku ngekos disini, terus laper. Jadi keluar untuk makan, ternyata ketemu sama mbaknya," ucap Clara.

Clara melangkah mendekati Rico yang masih membatu.

"Jadi, udah berapa ronde nih. Boleh minta resepnya nggak?" ucap Clara sambil menatap tajam mata Rico.

"Lho kamu juga punya pacar?" tanya wanita tersebut.

"Punya dong kak, tapi pacarku nggak tau diri banget, hanya gara-gara aku nggak bisa melayaninya di ranjang, dia jadi cari wanita lain," ucap Clara

"Ya ampun kasian banget, Yuk ikut aku," tawar gadis itu.

"Aku kasih lingerie, Kakakmu suka banget kalau aku pake lingerie warna merah. Kamu harus coba,'' ucap wanita itu penuh semangat.

"Ka-kamu terlalu berlebihan," ucap Rico, dengan keringat yang bercucuran.

Wanita tersebut, melangkah mendekati Clara kemudian berbisik.

"Kita udah 3 ronde tadi malam. Yuk aku kasih tau caranya," ucap wanita tersebut.

Sesungguhnya, Clara sangat ingin membalik meja yang ada di hadapannya saat ini juga. Terlebih saat menatap wajah Rico.

Ingin sekali dia mencabik-cabik wajahnya yang sok kegantengan itu. Untung saja gaya pacaran mereka masih normal.

Kalau tidak, Clara bisa menangis darah saat tau kebenaran ini. Dada Clara sudah sangat sesak, ingin sekali Clara pergi dari sini.

Akan tetapi, wanita ini terlanjur suka kepadanya, sedari tadi dia berkisah tentang keperkasaan kekasihnya tersebut. Bahkan dengan mudahnya dia mengundang Clara ke kamar mereka.

***

Setelah selama ini Clara begitu percaya kepada kekasinya Rico. dia tak menyangka bahwa kepercayaannya dikhianati begitu saja. Padahal selama ini dia sudah menjaga cintanya.

Clara pikir hubungannya baik-baik saja, meskipun mereka tidak pernah bertemu. Dia memutuskan untuk segera kembali ke kota asalnya. dia tak mampu menahan sakit hati lebih dari ini.

Pagi yang cerah, Clara mulai bangun dari tidurnya tampak mata yang sembam dan bengkak. Jangan ditanya kenapa itu terjadi, Clara menangis semalaman karena meratapi nasibnya.

Sangat disayangkan padahal hubungan kedua belah pihak keluarga sudah sangat baik. Ternyata restu saja memang tidak cukup untuk menjalin suatu hubungan.

Hari ini Clara tak bersemangat untuk bekerja,

kepalanya sangat sakit. Badannya begitu lemas, sehingga dia memilih untuk cuti, dan apa yang didapat oleh Clara? Penolakan.

Ya bosnya menolak untuk Clara izin cuti, masalah di kantornya masih menumpuk. Dan bosnya tidak menerima alasan apapun.

Akhirnya Clara memilih mengalah dan berangkat bekerja. Clara mencoba untuk menanamkan kembali rasa semangatnya bekerja dan mengesampingkan masalah pribadinya.

Bagaimanapun hidupnya harus berjalan tanpa harus dipenuhi bayang-bayang Riko bukan? Clara segera melangkah menuju kamar mandi dan memulai acara mandinya.

Saat kamar mandi, Clara menatap sebuah gantungan kunci pemberian dari Rico. Gantungan kunci berbentuk hati yang terbelah, dia masih ingat saat dia memberi gantungan tersebut.

Masih ingat dengan jelas bagaimana Rico mengucapkan, hatinya yang berada di genggaman Clara. Dan semua itu hanya bohong.

Mengingatnya membuat Clara semakin emosi, dia segera membuang gantungan tersebut ke tempat sampah, dan menutup pintunya keras.

Suara debaman pintu begitu keras, hingga sampai di telinga Mama, Papa Clara yang berada di dapur. Mereka sampai terjingkat mendengar debaman pintu tersebut.

Mereka segera menaiki tangga dan melangkah menuju kamar Clara, sekedar untuk mencari tahu keadaan Clara. Mereka hanya khawatir dengan keadaan anak semata wayangnya.

Terdengar suara teriakan papa dan mama Clara dari luar yang memanggil namaya. Mendengar teriakan mama papanya, membuat kepala semakin memanas tidak biasanya juga mereka seperti ini.

Clara segera menyelesaikan acara mandinya dan keluar dari bathtub, setelah dia menutupi tubuhnya dengan kimono handuk, dia melangkah keluar kamar mandi.

Clara membuka pintunya, tampak Mama papanya yang menatapnya dengan penuh ke khawatiran, terutama saat melihat matanya yang bengkak dan tubuh yang basah kuyup.

Kebiasaan Clara adalah tidak keramas saat pagi hari, dan sekarang dia lihat apa yang terjadi pada dirinya.

"Kamu beneran nggak papa, Nak?" tanya papa Clara.

"Nggak papa Pah, udah aku mau siap-siap dulu ya," jawab Clara menutup pintu.

Pintu terbuka lagi, nampak kepala Clara yang mengintip.

"Mama, tolong siapin bekal ya. Clara sarapan di kantor aja," ucap Clara, kemudian menutup pintunya kembali.

Papa dan mama Clara sering berpandangan dan mengangkat pundak mereka, otak mereka masih mencari tau, mengapa putrinya seperti ini.

Setelah beberapa saat kemudian Clara sudah siap berangkat ke kantor, meskipun moodnya sedang berantakan saat ini.

Seperti biasa dia memakai celana panjang hitam dan kemeja putih yang dibalut dengan jas berwarna hitam, serta rambut yang digelung ke atas. menambah kesan elegan.

Clara segera meraih tasnya dan menuju ruang makan, dia melihat Papa Mamanya memulai sarapan mereka. Terdapat kotak bekal di meja sama persis seperti yang clara minta sebelumnya.

"Clara berangkat dulu ya Mah pamit," Clara mengecup kening papa mamanya.

Sepertinya putri mereka saat ini sedang tidak baik-baik saja, padahal dia baru saja pulang dari Malang. Rumah Rico sang kekasih hati.

Dia segera melangkah menuju mobilnya, alisnya berkerut saat seorang sopir sudah duduk di dalam mobil.

"Loh, kenapa Bapak ada di sini?" tanya Clara.

"Maaf Non, saya disuruh ibu suruh nganter Nona ke kantor," ucap pak sopir, dengan menunduk.

"Nggak perlu! Udah ah, Bapak turun dulu," ucap Clara.

Setelah sopir tersebut turun dari mobil, Clara segera naik ke dalam mobil dan melajukan mobil tersebut meninggalkan rumahnya. Tak butuh waktu lama, sampailah Clara di kantornya.

Akan tetapi, Clara tidak langsung turun dia masih menata emosinya agar tidak meledak di dalam.

Bagaimanapun di dalam sangat banyak masalah yang belum dia pecahkan. Ditambah lagi masalah pribadinya yang membuat kepalanya ingin pecah saat ini juga.

Dia tak mau seorang di dalam menjadi sasaran empuknya untuk meluapkan masalahnya. Setelah moodnya membaik, Clara segera turun dari mobil dan melangkah masuk ke kantor.

Beberapa karyawan memberi senyuman dan menyapa ramah, begitupun sebaliknya. Clara berusaha seramah mungkin pagi ini.

Clara segera masuk lift, tumben sekali lift ini kosong, hanya tersisa sopir kantor. Dilihat dari seragamnya. Tiba-tiba lampu lift redup dan lift itu terguncang keras.

BERSAMBUNG....

Terpopuler

Comments

Heri Wibowo

Heri Wibowo

lanjut

2023-04-02

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!