"Happy anniversary," ucap Ellard dan Anella bersamaan.
Air mata Anella menetes, saat memotong kue dengan dekorasi bak musim gugur itu.
"Kenapa sayang?" tanya Ellard dengan cemas.
"Enggak apa-apa, kok. Aku cuma terharu banget, enggak menyangka perjalanan kita udah sejauh ini," jawab Anella.
Tentu saja dia berbohong. Anella menangis karena kehadiran lalat pengganggu di hari anniversary-nya. Jarak tempuh antara rumah dan apartemen, hampir sama dengan jarak yang ditempuh di mobil milik Ellard. Sudah bisa ditebak bahwa dia kemarin tidak pergi perjalanan bisnis ke luar kota, melainkan pergi ke apartemen tersebut.
"Duh! Ya ampun. Aku kira ada ucap Ellard bernapas lega. "Ini potongan pertama untukmu," kata Ellard sambil menyuapkan Anella sepotong kue.
"Hmm ... Ini enak banget. Kayaknya kamu udah cocok deh, buka toko kue bersama wanita itu," kata Anella dengan tampang polosnya.
"Uhuk! Kamu bilang apa?" Ellard tersedak, mendengar kalimat sang istri yang sangat mengejutkan itu.
"Loh, bener kan aku bilang? Kamu bikin kuenya kan di bantu dia. Makanya rasanya enak banget. Coba kalau kamu bikin sendiri?" kata Anella sambil tertawa. Dia benar-benar pandai menyembunyikan kesedihannya.
"Oh ... Kamu mau mengejekku? Makan ini." Ellard menyiapkan satu potongan besar pada Anella. Dia lalu menggelitik pinggang wanita itu.
"Ahaha, Jangan gelitikin aku dong. Kamu kan tahu kalau aku itu penggeli." Anella membalas gelitikan di tubuh sang suami.
"Eh, tapi kok warna kuenya coklat dengan corak daun gugur? Aku kan nggak suka warna coklat dan musim gugur? Apa jangan-jangan kue ini bukan untukku?" tanya Anella.
"Duh, aku bener-bener lupa soal. Itu aku membuat dekorasi seperti musim gugur, karena saat ini sedang musim gugur," kata Ellard.
Rasanya dia hampir gagal jantung beberapa kali hari ini, karena ucapan istri yang tiba-tiba mengejutkan.
"Apa perlu beli kue lagi, dengan warna dan dekorasi kesukaanmu?" tanya Ellard hati-hati.
"Nggak perlu, kok. Yang ini aku juga udah suka banget. Rasanya enak," balas Anella. "Lalu ini ada hadiah untukmu." Anella memberikan sebuah kado mungil pada sang suami.
"Dasi?" gumam Ellard bingung, setelah membuka kadonya.
"Iya. Kemarin kan dasi kesayangan kamu hilang. Jadi aku udah terlanjur membelikan yang baru sebelum melihatnya di toko kue," jelas Anella.
"Ah, malaikatku baik banget sih. Makasih ya, tapi aku nggak punya apa-apa nih untukmu," balas Ellard dengan senyum mengembang di wajahnya.
Dia tahu kalau dasi itu adalah barang original dan terbatas dari sebuah merk terkenal. Harganya pun tentunya sangat mahal.
"Nggak usah repot-repot sayang cukup kamu memberikan seorang anak saja untuk keluarga kecil kita. Gimana kalau kita melakukan program hamil di rumah sakit Elizabeth saja? Katanya di sana bagus banget," pinta Anella sambil bergelayut manja di bahu sang suami.
"Ke-kenapa kita harus periksa lagi? Bukannya bulan lalu kita udah cek dan hasilnya bagus?
Ellard merasa panik, karena rumah sakit itu adalah tempat dia melakukan operasi Vasektomi. Bisa-bisa kebohongannya terbongkar nanti.
"Duh, sayang. Kita bukan mau periksa kesehatan, tetapi melakukan program hamil," ucap Anella menjelaskan. wanita tampak bersemangat mengajak suaminya mengikuti program kehamilan.
"Ng, ka.. kapan-kapan aja, deh. Kita kan sekarang juga lagi melakukan program hamil secara alami," tolak Ellard secara halus.
...***...
Ellard sudah tidur sejak tadi. Namun wanita di sebelahnya masih terjaga dan termenung cukup lama. Dia teringat obrolannya dengan salah seorang teman SMA-nya, yang kini menjadi wakil direktur rumah sakit Elizabeth.
"Ini sebenarnya sangat rahasia, Anella. Kalau aku ketahuan melakukan hal ini, bisa-bisa jabatanku dicopot," ujar wanita yang berprofesi sebagai dokter itu.
"Aku mohon, Farah. Tolong bantu aku. Aku janji nggak akan mengatakannya pada siapa pun," pinta Anella.
"Hmm, baiklah. Akan aku kirimkan salinan rekam medis suamimu," kata Farah kemudian.
"Kamu pikir aku nggak tahu, kalau kamu udah melakukan operasi vasektomi? Sampai kapan pun aku nggak akan bisa hamil lagi denganmu," batin Anella sedih, sambil menatap suaminya yang tertidur pulas.
Hatinya hancur saat mengetahui keputusan sepihak dari pria itu. Entah apa yang membuat pria itu melakukannya. Bukankah mereka telah sepakat untuk memiliki anak?
"Aku pasti akan membongkar rahasiamu itu dan membuktikan, bahwa aku nggak mandul."
...*** ...
Keesokan paginya. Udara musim gugur terasa sangat sejuk. Dedaunan berguguran meninggalkan dahan dan ranting. Sebentar lagi pasti akan memasuki musim dingin.
"Loh, sayang? Kamu udah selesai mandi? Tumben cepat? Matahari aja belum terbit," kata Anella yang baru saja selesai membuat sarapan. Dia memeluk sang suami yang masih mengenakan handuk dari belakang.
"Iya, hari ini ada pertemuan dengan calon penyewa gedung kita yang di kota sebelah. Katanya dia ingin menggunakan gedung itu sebagai pusat perbelanjaan."
"Wah beneran? Suamiku memang jenius banget mencari client," puji Anella.
"Harus, dong. Semua kan demi keluarga kita," balas Ellard dengan senyum penuh kepalsuan.
"Ngomong-ngomong aku udah mencoba mencari tahu soal persiapan kehamilan di internet. Katanya stamina calon Ayah juga harus dijaga dengan baik. Aku udah menyiapkan sarapan dengan taoge segar," kata Anella.
"Terima kasih sayang, kamu selalu hebat dalam mengurus rumah," ucap Ellard. Pria itu kini telah rapi dengan kemeja dan jas hitamnya.
"Tapi belakangan wajahmu kok kelihatan pucat dan jadi tambah kurus? Performamu di kasur juga sangat menurun?" selidik Anella.
"Gawat! Ini pasti efek samping dari operasi itu," batin Ellard.
"Apa mungkin kamu menyalurkan staminamu pada yang lain?" kata Anella melirik tajam pada Ellard.
"A-apa maksudmu?" Ellard berusaha mengelak dari pertanyaan sang istri. Pria itu menelan salivanya beberapa kali, untuk mengurangi rasa gugup.
"Jangan berolahraga terlalu berat, sayang. Nanti staminamu semakin menurun. Belum lagi kamu selalu pulang larut malam," ujar Anella mengingatkan sang suami.
"O-olahraga? Ya ampun, sayang. Aku nggak gitu kok. Aku cuma kecapekan karena belakangan ini banyak proyek," sahut Ellard.
"Hmm ... Ya udah deh, aku percaya sama kamu pokoknya kamu harus menjaga kesehatan ya." Anella merangkul sang suami yang merasa jijik padanya.
"Oh iya, seharusnya hadiahnya sudah sampai pagi ini. Tapi dia di mana, ya?" Anella celingak celinguk di jendela, menatap kegelapan malam yang mulai digantikan dengan sang mentari.
"Hadiah?" ulang Ellard.
"Iya, hadiah untukmu," balas Anella.
"Bukannya kamu tadi malam sudah memberiku hadiah?" tanya Ellard bingung.
"Ini bukan hadiah dariku, tetapi dari mama khusus untukmu," jelas Anella. "Ah, itu dia sudah datang."
"Mo-mobil?" Ellard tak percaya, bahwa mobil mahal itu adalah hadiah untuknya.
Anella menganggukkan kepala dengan mantap.
"Sial! Aku jadi semakin ragu untuk menceraikan wanita ini. Kekayaannya seakan unlimited sampai seratus tahun lagi," pikir Ellard tamak.
(Bersambung)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Maria Magdalena Indarti
suami tamak
2024-01-27
0