"Selamat pagi Bu Anella," sapa para pegawai di lobby gedung.
"Selamat pagi," balas Anella dengan ramah. "Apa Pak Richard sudah datang?" tanya Anella.
"Belum, Bu. Beliau bilang akan datang agak terlambat, karena hari ini ada meetihg di sekolah anaknya," ujar salah seorang sekretaris kantor, yang berpapasan dengan Anella.
"Huft, syukurlah aku nggak terlambat meeting," ujar Anella lega.
"Cantik banget ya, Bu Anella. Tapi kenapa dia mau sih, melepaskan jabatan sebagai Direktur pada suaminya? Ini kan perusahaan yang susah payah dirintis oleh ayahnya sejak dulu? " bisik beberapa pegawai, setelah Anella melangkahkan kaki dari lobby.
"Percuma cantik, kalau nggak bisa punya anak. Nanti yang meneruskan perusahaan siapa? Lagian kalau jabatannya lebih tinggi dari suami, bisa-bisa suaminya bosan lalu selingkuh," cibir para pegawai perempuan yang iri pada Anella.
"Ssstt! Kecilkan suara kalian. Nanti dia bisa dengar," tegur seseorang.
"Haaah, aku memang mendengarnya, kok. Tapi yang mereka bilang itu benar semua. Jadi aku nggak bisa protes," batin Floretta sedih.
"Permisi, Bu Anella. Ada beberapa berkas balik nama yang harus ibu baca dulu." Salah seorang pegawai laki-laki yang bertemu dengan Anella di depan lift. Lamunan Anella tadi pun buyar seketika.
"Soal apa itu, Pak Alex? Bilang aja di sini," kata Anella dengan lembut.
"Apa semuanya memang mau diganti menjadi atas nama Pak Ellard? Itu artinya sembilan puluh lima persen dari harta milik ibu berpindah tangan menjadi milik Pak Ellard," kata pria yang merupakan notaris perusahaan.
Anella termenung sejenak. Kejadian janggal tadi pagi sedikit membuka mata dan pikirannya. Apakah sang suami benar-benar bisa dia percaya.
"Eemmm, begini saja, Pak. Aset mana saja yang belum diketahui suamiku?" tanya Anella penasaran.
Itu adalah pertanyaan konyol yang dilontarkan oleh Anella. Dia dan Ellard bertemu sejak umur delapan tahun, lalu tumbuh besar bersama. Apa masih ada hal tentang dirinya yang tidak diketahui oleh Ellard?
"Pak Ellard sepertinya nggak tahu soal tanah dan villa di Lembah Verde, dan toko buku tua di kota sebelah, Bu. Karena Pak Ellard tidak pernah membahas dan bertanya tentang kedua tempat itu," kata Pak Alex.
Tak seperti yang Anella duga, ternyata Ellard tak mengetahui villa di tempat terpencil, yang dibeli mendiang ayahnya puluhan tahun lalu.
"Oh iya, masih ada lagi. Segala perhiasan yang ibu simpan di bank luar negeri, juga nggak diketahui Pak Ellard," sambung sang notaris.
"Ya sudah, sembunyikan aset itu. Lalu Rumah dan tanah milik ibuku juga batalkan balik namanya. Selebihnya urus saja," kata Anella setelah berpikir beberapa saat.
"Ibu yakin? Itu masih sekitar enam puluh persen dari semua harta milik Ibu, lho. Apa Ibu ikhlas memberikan enam puluh persen harta itu pada Pak Ellard?" ulang Pak Alex lagi.
Anella mengangguk cepat. "Iya, lakukan saja," jawab Anella sambil melempar senyum. "Aku ingin lihat, apakah Ellard benar-benar bisa aku percaya atau tidak," batinnya dalam hati.
...***...
"Selamat pagi, sayang."
Ellard menyingkap tirai jendela, lalu membuka kaca jendela dan membiarkan udara dingin memasuki kamar mereka yang luas.
"Uh, ini bukan pagi hari, sayang. Tetapi masih subuh," protes Anella, melihat langit yang masih gelap di luar sana. Dia bahkan melihat bulan sabit dan planet Venus berdampingan di atas sana.
"Iya, aku tahu. Tapi ini hari pentingmu, kan?" bisik Ellard sambil tersenyum manis. Tangannya mengusap rambut hitam milik Anella.
"Huh, hari penting? Perasaan aku nggak ada meeting penting hari ini?" balas Anella sambil mengucek matanya yang masih mengantuk.
"Hmm? Kamu lupa? Hari ini masa suburmu, kan? Kata dokter, kalau dilakukan di pagi hari, peluang berhasilnya akan lebih besar. Kamu ingin menggendong bayi mungil yang lucu, kan?" jelas Ellard.
"Wah, kamu mengingatnya? Mata Ella yang tadinya masih mengantuk akibat hembusan udara musim gugur yang sejuk, langsung berbinar-binar.
"Iya, dong. Aku juga udah menyiapkan jus susu almond dan salad alpukat untukmu," ujar Ellard. "Katanya ini bagus untuk persiapan kehamilan dan kamu harus menghabiskannya," kata Ellard sembari menyodorkan segelas susu almond.
"Ya, inilah suamiku yang hangat dan perhatian. Mungkin kemarin dia acuh karena sedang kecapekan," pikir Anella.
"Gimana? Enak?" tanya Ellard.
"Enak banget," balas Anella setelah menghabiskan setengah isi gelasnya.
"Syukurlah kamu suka," kata Ellard tersenyum senang.
"Makasih ya, sayang. Aku sedih banget. Padahal kita udah berusaha sekeras ini, tapi aku nggak hamil juga sampai sekarang," ungkap Anella dengan kedua alis bertaut.
"Jangan terlalu buru-buru. Kita persiapkan pelan-pelan saja. Nggak bagus kalau kamu stress," kata Ellard.
"Iya, aku mengerti," ucap Anella.
"Nanti kalau semua surat balik nama udah selesai diurus, kamu istirahat saja di rumah. Nggak perlu bekerja di kantor lagi," kata Ellard tiba-tiba.
"Huh? Apa?" Anella terkejut mendengar ucapan suaminya itu.
"Kamu udah siap, kan? Aku mulai, ya?" tanya Ellard sambil mengusap pipi sang istri dengan lembut.
Sementara tangan kanan Ellard bergerak perlahan, membuka kancing piyama Anella satu per satu dan melepaskannya dari tubuh sang istri, hingga tak tersisa apa pun.
"Huh! Ternyata gampang banget mengelabuinya. Aku terpaksa melakukan hal ini, biar dia nggak curiga. Semua demi kekayaannya. Dan kamu nggak akan bisa hamil selamanya, karena aku sudah melakukan operasi," batin Ellard sembari memadu kasih dengan sang istri.
"Ah, sial! Nyeri banget! Rasanya setelah ini aku harus meminum antibiotik sebelum rasa sakitnya semakin menyebar."
Ellard menahan rasa nyeri di bagian tubuh tertentu, saat setelah menggeluti sang istri. Dia juga merasakan sakit yang sama, saat bermain bersama Lilith kemarin.
"Ternyata operasi vasektomi ini menyiksa banget. Tapi nggak apa-apa, deh. Aku terpaksa melakukannya, supaya bebas 'bermain' dengan siapa saja. Dan aku nggak perlu memiliki anak dan membagi warisan pada anakku," batin pria itu lagi.
Vasektomi adalah operasi kecil pada saluran reproduksi pria, untuk mencegah kehamilan pada pasangannya. Ellard baru saja menjalani operasi ini beberapa hari yang lalu, tanpa sepengetahuan Anella.
"Kenapa sayang?" Anella melihat sang suami meringis kesakitan.
"Ah, nggak apa-apa. Kayaknya maag-ku kambuh lagi," kata Ellard.
"Aku buatkan bubur gandum, ya?" kata Anella sambil memasang kembali pakaiannya.
"Y-ya, boleh," balas Ellard gugup. Padahal dia hanya berbohong, tetapi rupanya sang istri langsung percaya begitu saja.
"Sebenarnya apa lagi sih yang dia sembunyikan?" pikir Anella curiga.
Rupanya wanita itu menangkap tatapan panik dari sorot mata suaminya. Namun dia nggak terlalu ambil pusing. Anella langsung melesat ke dapur, dan membuat sarapan bubur untuk mereka berdua.
(Bersambung)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Avril Qalesya Pratiwi
ooo dasar suami durjana
2023-04-03
3