"Sayang, kamu cari apa?" tanya Anella bingung.
Setengah dari isi lemari milik suaminya telah pindah ke lantai kamar. Namun pria itu masih tampak sibuk mencari sesuatu.
"Duh, aku mencari dasi yang kamu belikan dari Perancis dulu," jawab Ellard tanpa menoleh ke belakang.
"Sini aku bantu, kamu sarapan aja dulu." Anella meletakkan bubur gandum di atas meja.
"Hmm? Baiklah," kata Ellard. Kebetulan perutnya sudah terasa lapar.
Anella pun turun tangan mencari dasi yang dimaksud dengan suami. Dia menelisik setiap sudut lemari tanpa terlewat sedikit pun.
"Eh, apa ini? Antibiotik?" Milik siapa?"
Anella menemukan sebuah obat di dalam kantong plastik dari sebuah rumah sakit. Kantong plastik itu terlihat sengaja di sembunyikan, karena letaknya yang berada di antara tumpukan baju, yang jarang dipakai oleh Ellard.
"Gimana sayang? Kamu menemukannya?" tanya Ellard yang sedang sarapan.
"Eh, ngg-nggak. Mungkin tertinggal di hotel waktu kamu dinas kemarin," jawab Anella buru-buru. Kedua matanya dengan cepat membaca nama rumah sakit yang tertulis di kantong plastik tersebut.
"Hmm, padahal aku hari ini ada meeting dengan investor dari Perancis. Aku ingin menggunakan dasi itu untuk menarik perhatiannya," gerutu Ellard.
"Sudahlah, pakai yang lain aja, sayang. Semua dasimu kan bagus-bagus. Ah, apa kamu mau mengenakan dasi yang diberikan oleh Perusaan L'caste?" usul Anella.
"Tapi itu kan barang terbatas. Sayang banget kalau hilang," kata Ellard. "Apa jangan-jangan tertinggal di apartemen ya? Aku harus menemukannya lagi, karena harganya sangat mahal," ujarnya dalam hati.
"Pakai ini aja dulu. Nanti akan aku minta dibiarkan untuk mencarinya, Tapi kalau nggak ketemu juga aku bisa memberikannya lagi untukmu. Apa kamu mau sebuah dasi untuk hari anniversary besok?" usul Anella.
"Ya baiklah," Ellard meraih dasi dari tangan Anella.
"Ngomong-ngomong apa kamu sudah menandatangani surat balik nama gedung dan saham? Dibandingkan sebuah dasi, kayaknya itu lebih cocok untuk hadiah anniversary kita," kata Ellard sambil memasang dasi.
Anella menghembuskan nafas panjang lalu berkata, "Sudah kok. Mungkin saat anniversary nanti, semua sudah menjadi milikmu," kata Anella seraya merapikan dasi suaminya.
"Syukurlah ... Kamu tahu kan, ini semua bukan karena aku tamak, tetapi demi kesehatan menjelang kehamilan. Kamu nggak boleh terlalu capek mengurusi perusahaan," jelas Ellard.
"Iya, aku tahu, kok," kata Anella sembari memutar kedua bola matanya. "Atas nama aku atau kamu sama aja kan nantinya juga bakal untuk kita berdua," sambungnya sambil tersenyum manis.
"Kamu memang berhati malaikat, sayang. Sama persis sesuai dengan arti namamu," kata Ellard sambil mendaratkan hidung yang mancung di kening sang istri.
"Huh! Dasar culun! Mudah banget sih dibodohin." Ellard menertawakan istrinya dalam hati.
"Huh, kamu pikir aku sebodoh itu? Sudah cukup aku terlalu percaya padamu selama belasan tahun. Mulai saat ini aku akan menjadi wanita yang cerdas dan mandiri," pikir Anella dalam hati.
Ting! Sebuah pesan masuk ke ponsel Anella.
"Aku sudah menemukan infonya, Bu. Memang benar itu merupakan kartu akses ke dalam gedung apartemen. namun statusnya hanya pinjaman bukan kepemilikan."
Seorang pegawai yang mendadak jadi intel pribadi Anella, memberikan laporan khusus pada majikannya itu.
"Apa aku salah terlalu mencurigai Ellard? Bisa aja kartu itu digunakan untuk meeting dengan klien, kan? Lagipula kalau Ellard menyimpan sesuatu di apartemen, nggak mungkin dia meningalkan kartu itu di mobil, kan?" pikir Anella berusaha positif thinking.
"Ada apa, Anella?" tanya Ellard. Dia melihat raut wajah istrinya mendadak berubah, setelah membaca pesan masuk.
"Oh, nggak kok. Aku lupa hari ini ada janji dengan dokter, hari ini jadwal mama ceck up," kilah Anella. Untung saja Ellard langsung percaya.
...***...
Klinting!
"Selamat da- ... Ellard." Senyum mengembang di wajah Lilith, saat melihat seorang pria tampan yang memasuki toko kuenya.
"Selamat pagi, sayangku." Ellard langsung memeluk Lilith dan mendaratkan bibirnya, ke bibir ranum wanita itu.
"Sssstt! Jangan di sini, ada banyak pegawai." Lilith menarik lengan Ellard, memasuki sebuah ruangan di belakang meja kasir.
"Aku pikir kamu sudah ngelupain aku. Katanya mau datang kemarin malam, ternyata kamu ingkar janji," kata Lilith memasang wajah kesal. "Hampir aja aku melupakan wajahmu," sambungnya lagi.
"Maafkan aku. Aku juga merindukanmu, kok. Tapi kemarin hari suburnya Anella. Aku nggak bisa mengabaikannya gitu aja, biar dia nggak curiga pada kita," kata Ellard.
"Ckk, kenapa kamu masih berhubungan sama wanita itu, sih?" gerutu Lilith kesal.
"Sabar, dong. Nanti kan aku juga bakal sama kamu seharian. Tapi tunggu aku dapatkan semua harta Anella, dan menceraikannya," kata Ellard membujuk kekasihnya itu supaya nggak marah.
"Huh! Iya deh," sahut Lilith.
"Nih, ada sesuatu untukmu." Ellard mengeluarkan sesuatu dari saku celananya.
"Bros baju? Ya ampun, aku kira apa." Lilith mengerutkan keningnya, melihat hadiah pengolahan tersebut. "Kenapa dia membeli barang rongsokan seperti ini, sih? Kapan dia membeli barang bermerek?" gerutunya dalam hati.
"Dia pikir aku bakal memberinya barang mahal? Jangan mimpi! Lebih baik uangnya untuk aku bersenang-senang di pulau tropis," ucap Ellard dalam hati.
...***...
"Ini apa, Ma? Kenapa banyak sekali? Tanya Anela saat sang Ibu memberikannya dua rantang lauk.
"Tentu saja Ini lauk untuk kalian. Besok kalian kan, merayakan anniversary," ucap Nyonya Eleanor, Ibunda Anella.
"Tapi ini banyak banget, Ma. Mama kan harus istirahat, supaya nggak kambuh lagi sakitnya," protes Anella.
"Sesekali nggak apa-apa, kok. Ellard kan menyukai masakan mama. Oh iya, Mama juga menyiapkan sebuah mobil dan kapal mewah untuknya," jawab Nyonya Eleanor.
"Untuk Ellard?" Anella tak percaya, mamanya lebih menyayangi sang menantu, dibandingkan dia sendiri.
"Iya, dia itu terlalu baik untuk menjadi suamimu. padahal sampai sekarang kamu belum memberinya anak," ujar Nyonya Eleanor dengan pedas.
Anella menghela nafas panjang. "Aku lagi berusaha, Ma. Lagian hasil pemeriksaan dokter kemarin, aku sehat, kok." Anella membalas kalimat sang mama dengan lemah lembut, tanpa rasa marah sedikit pun.
"Lalu jangan terlalu memanjakan Ellard, Ma. Dia itu sudah dewasa, dan bisa mengurus dirinya sendiri. Mama fokus sama kesehatan Mama aja," ujar Anella mengingatkan.
...***...
"Aku pulang dulu, ya. Kita ketemu dua hari lagi," ucap Ellard sambil memasang kembali seluruh pakaiannya yang berserakan di lantai.
"Tepati janjimu, ya. Jangan seperti kemarin." Lilith begitu berat melepaskan Ellard untuk pulang ke rumahnya.
"Aku janji, sayang. Di mana lagi aku mendapatkan pelayanan terbaik, selain di sini?" ujar Ellard sambil mengedipkan matanya.
"Cih, tukang gombal!" gumam Lilith dengan lirih. "Sebelum pulang kita mampir ke toko dulu, ya. Aku udah menyiapkan sesuatu untukmu," ucap Lilith. Jemarinya sibuk mengancingkan bajunya yang tampak kusut.
"Oh ya? Apa itu?"
"Rahasia, dong," balas Lilith.
Kedua sejoli itu lalu keluar dari apartemen, lalu berjalan menuju toko roti dan cake yang berada beberapa puluh meter di sebelah apartemen.
"Sayang, dia siapa?"
Ellard dan Lilith kompak menghentikan langkah kaki mereka, saat bertemu pandang dengan seorang wanita cantik bagaikan seorang Dewi Yunani. Suaranya terdengar lembut, namun juga tegas.
"Sialan! Kok dia bisa ada di sini, sih?" umpat Ellard yang tertangkap basah.
(Bersambung)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Cucu Doank
ganteng tapi pelit
2023-08-29
1
Avril Qalesya Pratiwi
lanjut
2023-04-03
3