Pernikahan benar-benar terlaksana 3 hari kemudian. Semua telah diatur sedemikian rupa hingga aku seolah tak lagi berpijak pada kakiku sendiri. Kekuasaan uang benar-benar telah diperlihatkan disini. Lagi dan lagi kenyataan itu seolah menampar wajahku dan menyadarkan aku bahwa diri ini lemah dan tak ada kekuatan untuk melawan.
Beruntung bu Yenni adalah orang yang sangat baik hingga tak ada yang tahu bagaimana nasibku setelah hari ini nanti.
Disana, didepan sana nampak pemuda tampan dengan rahangnya yang tegas dan penampilan yang menawan tengah mengucapkan ikrar suci yang menandakan ikatan kami berdua. Kata Sah yang di kumandangkan para saksi menjadi penutup dan mentadarkanku jika kini status yang ku sandang telah berganti.
Air mataku menetes tanpa permisi. Orang lain menganggapnya sebagai air mata kebahagiaan namun tidak bagiku. Inilah awal kisah yang harus aku tempuh, hanya harapan yang masih selalu ku pegang teguh. Harapan agar aku bisa bertahan dan selalu bersabar, bukan untukku tapi untuk kelangsungan hidup adik adikku.
Kulihat Citra dan Radit menatapku sendiri. Aku tahu, kedua adikku itu mencemaskan masa depanku. Ah masa depan, rasanya itu tak akan ada lagi bagiku. Hidupku sekarang hanyalah untuk mengabdi pada suamiku setelah ini, meski ku tahu pasti jika kehadiranku disisinya tak pernah dia harapkan. Bahkan mungkin aku akan tetap dianggapnya benalu dan pengrusak hubungannya.
Masih sangat jelas terekam dalam ingatan bagaimana tatapan nyalangnya padaku kala itu. Dengan mengatakan jika aku gadis yang berhati iblis. Hanya demi uang menghalalkan cara hingga meminta ibunya untuk menjodohkannya denganku.
Apapun sanggahanku tak berarti baginya. Dia tetap pada pendiriannya menuduhku. Ingin rasanya aku menolak perjodohan ini, akan tetapi kata kata bu Yenni yang akan menghentikan donatur pada panti membuatku kembali menelan semuanya dan diam menerima segala caciannya meski tak bisa ku pungkiri betapa sakitnya hati ini.
*
*
*
"Kak, baik baik ya disana. Jaga diri kakak, dan jangan lupa hubungi kami jika kakak dalam kesusahan." Radit memelukku erat diikuti Citra yang sesenggukan menahan tangisnya.
"Tentu. Kalian juga jaga diri ya, jangan nakal dan jangan menyusahkan ibu panti. Kalian harus tetap berjuang untuk maju dan menjadi orang sukses. Jangan lupa menabung. Kakak titip adik adik ya, kalian harus bisa memberi contoh yang baik bagi mereka." Ku peluk erat ke dua orang yang kuanggap adik kandungku itu. Rasanya enggan untuk melepas.
Ku lirik Raka disana, suamiku itu hanya menatapku sinis seolah air mataku ini adalah kepalsuan baginya. Ah aku sadar, memang begitulah aku dimatanya.
Malam ini untuk terakhir kalinya aku menatap langit diatas panti sebelum kakiku melangkah menuju mobil dimana suamiku telah duduk tenang di dalamnya.
Sopir menjalankan mobil perlahan meninggalkan panti dan sejuta kenangan indahku bersama adik adikku. Rasanya sedih sekali, aku berusaha meredam tangisku setelah lelaki yang kini menyandang status suamiku itu mengatakan jika tangisku menganggu ketenangannya.
Tuhan kuatkan aku, mulai detik ini aku pasrahkan segalanya padaMu. Akan ku jalani apa yang telah menjadi ketetapanmu, beri aku kekuatan dan kesabaran. Lindungi aku Tuhan.
*
*
*
Mobil melaju terus semakin menjauh, hingga berhenti di sebuah bangunan yang tinggi menjulang. Aku keluar mengikuti langkah kaki suamiku. Tak ada senyum tak ada kata, semua hanya ada kesunyian.
Lift yang kami tumpangi berhenti di lantai 5 gedung. Raka menempelkan kartu akses masuk dan setelahnya diberikannya padaku. Kami berdua melangkah masuk ke dalam apartemen yang akan menjadi tempat kami tinggal
"Ini kamarmu dan itu kamarku. Ingat, kita akan terus seperti ini sampai nanti waktunya kamu harus pergi. Jangan berharap lebih pada hubungan ini karena seperti yang aku bilang, jika aku tak akan pernah menganggapmu ada apalagi mencintaimu. Jangan campuri urusanku dan jangan pernah menuntut apapun dariku. Aku hanya akan memberikan mu nafkah lahir dan hanya itu yang akan kamu dapatkan dariku. Apapun yang aku lakukan kamu tak berhak untuk mengetahuinya, dan aku juga tak punya hak untuk melaporkan apapun yang aku lakukan diluar. Kita akan tetap melakukan aktifitas masing-masing tanpa saling menganggu."
Aku masih berdiam disini dengan rasa nyeri yang menghantam hati ini.
"Jangan masuk kamarku selagi aku masih ada didalam. Tugasmu hanya membersikannya saja.!!
Raka melangkah masuk ke dalam kamarnya setelah menutup pintu sedikit keras.
Ku tarik nafas dalam, ini baru permulaan dan aku harus siap dan mampu bertahan hingga nanti tiba waktunya sesuai kesepakatan yang telah ditentukannya hari itu, hari dimana dia membawaku ke kantornya hanya untuk menandatangani sebuah perjanjian kesepakatan.
Ku langkahkan kakiku menuju kamar yang diperuntukkan bagiku. Dengan mencoba tersenyum aku memasuki kamar. Setidaknya aku masih mempunyai tempat untuk beristirahat.
Ku rebahkan tubuhku di kasur empuk, berbeda sekali dengan yang ada dipanti namun tetap saja semua tak pernah sama. Rasa nyaman seperti yang kurasakan ketika tinggal dipanti tak akan pernah kudapati disini. Meski semua kemewahan ada didepan mata akan tetapi semua terasa hampa.
Kubuka mata secara perlahan, tak terasa aku terlelap lama. Ku renggangkan badan sebelum beranjak menuju dapur. Meski aku bukanlah istri yang dianggap, akan tetapi kewajibanku tetaplah sama. Bagaimanapun sikapnya padaku dialah suamiku. Orang yang bertanggungjawab padaku dan yang seharusnya menjadi imamku dan sudah sepatutnya aku patuhi. Karena itulah aku tak akan pernah membantah apapun yang dia ucapkan.
Tepat jam 7 malam semua masakan yang ku buat telah siap. Tak banyak, aku hanya memasak sesuai bahan yang ada di dalam kulkas. Aku rasa dia atau mungkin bu Yenni yang telah menyiapkannya.
Sudah 30 menit aku menunggu, kebingungan sendiri antara mau memanggilnya atau membiarkannya saja. Akhirnya aku memilih membiarkannya, kalau lapar nanti juga dia akan bangun.
"Dari pada aku kena bentak lagi, lebih baik diam yang penting makanan telah siap."
Selesai makan ku bereskan semuanya. Menaruh makanan dalam lemari dan menuliskan catatan kecil yang sengaja aku tempel di kulkas sebagai pesan untuk nya kalau kalau nanti dia mencari makanan agar tak sulit.
Kembali ku rebahkan tubuh ini dikasur, senyumku mengembang kala membaca pesan dari Citra dan Radit. Mereka berdua menanyakan kabarku. Berlebihan bukan?
Baru beberapa jam kami berpisah tapi rasa rindu itu telah datang menyapa. Dalam kesendirian aku hanya bisa merenung dan menangis. Mennangisi takdir kejam yang harus aku jalani ini.
Terkadang aku bertanya, apa salahku sebenarnya. Terlahir menjadi anak yang tak diinginkan dan terbuang. Seolah takdir belum puas mempermainkanku dan kembali membawaku menjalani hidup menjadi seorang istri yang tak pernah diharapkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Kᵝ⃟ᴸ♤⋆ 𝕯𝖜𝖎⏤͟͟͞R𝐙⃝🦜
berlian indah dan bersinar setelah di tempa, dibakar, dan berbagai proses lainnya.. begitupun kamu denisa, kamu akan menjadi bersinar setelah tertimpa berbagai ujian hidup
2023-09-20
0
𝓐𝔂𝔂🖤
aku sumpahin si raka bucin ngemis2 ke denis nanti...🙄🙄
2023-09-20
4
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦¢ᖱ'D⃤ ̐Nu⏤͟͟͞R❗☕𝐙⃝🦜
Sabar..semoga semua yang kamu lakukan akan mendapatkan balasan kebahagian nanti nya..mungkin stlh selesai perjanjian kebahagian menantimu.
2023-07-29
1