Daniel tidak menghiraukan teguran sahabatnya itu, dia langsung mengalihkan pandangannya tanpa memperdulikan Rian yang merasa bingung dengan sikap sahabatnya itu, ini pertama kalinya Rian melihat Daniel melamun. Sedang Daniel langsung mengambil spidol yang ada di saku celananya mulai menulis yel-yel yang akan sering di dendangkan setiap kali pertemuan.
"Kak Daniel!" tegur salah seorang siswi yang ada di barisan paling belakang.
"Iya, kenapa?" sahut Daniel yang sejak tadi sibuk berbincang dengan Rian.
"Apa kita boleh minta nomor ponselnya?" tanya siswi itu.
"Mohon maaf, Kak Daniel tidak bawa ponsel, dan kebetulan Kak Daniel juga tidak hafal nomornya," jawab Daniel dengan senyum ramah yang membuatnya semakin terlihat tampan dan mempesona.
Daniel memang ramah dan murah senyum, tapi tidak sembarang orang bisa dekat atau bahkan hanya mendapat nomor ponselnya, bagi Daniel bersikap ramah itu wajar, tapi tidak untuk privasi yang memang tidak seharusnya di ketahui banyak orang.
"Untuk hari ini pertemuan kita sudah selesai, besok kita akan bertemu lagi di sini, dan hari Jum'at sore kalian harus bersiap, karena ada acara persami yang akan di adakan selama dua hari, kalian akan menginap dan camping di sekolah," tutur Daniel menutup pertemuan MOS.
Tanpa kata lagi Daniel berjalan keluar meninggalkan ruangan menuju kelasnya untuk menulis laporan kegiatan hari ini, dan menyerahkannya ke guru.
"Menurutmu acara tadi bagaimana Nad?" tanya Bella yang kini berjalan di samping Nadia keluar dari kelas menuju gerbang sekolah.
"Biasa aja," jawab Nadia acuh.
"Tumben banget kamu bilang biasa saja, padahal ketua osisnya lumayan ganteng," ujar Bella yang cukup membuat Nadia teralihkan, dia yang sejak tadi menoleh ke kiri dan ke kanan berniat untuk mencari cowok ganteng yang tak kunjung dia temui menoleh ke arah Bella.
"Berarti dia sangat tampan, sampai-sampai seorang Bella mengakui kegantengannya," sahut Nadia sambil tersenyum penuh arti ke arah Bella yang kini malah salah tingkah karena menyadari kesalahannya.
"Sudahlah, jangan membahas yang tidak berguna!" Bella yang sadar mencoba mengalihkan pembicaraan agar sahabatnya itu tidak membahas hal yang membutnya malu.
"Jangan membahasnya lagi! atau kamu yang takut ketahuan kalau ketahuan jika saat ini kamu tengah mengagumi seorang laki-laki?" goda Nadia sambil memandang penuh arti ke arah Bella sambil tersenyum menggoda ke arahnya.
"Hay!" sapa seorang pria yang terlihat cukup tampan berjalan mendekat ke arah Nadia dan Bella yang kini sudah sampai di depan sekolah menunggu angkutan umum yang menjadi transportasi keduanya.
"Oh, hay, ada apa ya?" jawab Nadia yang langsung pasang badan waspada takut jika pria yang menyapanya memiliki niat jahat padanya dan Bella sangat sahabat.
Nadia memang sangat ahli di bidang karate dan wushu, karena itulah dia punya kebiasaan pulang sendiri di tengah malam atau menjadi tameng saat Bella merasa tidak nyaman di dekati seorang pria.
"Tidak ada apa-apa, aku hanya ingin berkenalan dan berteman dengan kalian," jawabnya sambil tersenyum kaku ke arah Nadia dan Bella.
" Kenapa kamu ingin bertemanan kita? Kenapa kamu tidak bergabung dengan teman laki-laki yang lain atau dengan teman gadis yang lain?" Sahut Nadia yang memang tidak mudah percaya dengan orang lain.
" aku berasal dari SMP Angkasa, dan Hampir semua teman-temanku meneruskan di SMA Angkasa, hanya aku saja yang meneruskan sekolah di sini, sejak tadi hanya kalian berdua yang terlihat biasa saja saat melihat laki-laki dan aku juga memperhatikan jika hanya kalian saja yang terlihat serius memperhatikan apa yang diterangkan oleh ketua OSIS tanpa memperdulikan hal-hal yang tidak penting karena itulah aku ingin berteman dengan kalian, aku di sini siswa yang mendapat beasiswa, Karena itulah aku ingin berteman dengan orang orang yang memang serius untuk belajar dan menggapai cita-cita juga mempertahankan nilai agar beasiswa yang aku dapat akan terus berlangsung hingga lulus nanti," pria itu menjelaskan panjang kali lebar keseluruhan alasan dia memilih untuk berteman dengan Nadia dan Bella, sedang kedua gadis yang kini berdiri di depan halaman sekolah hanya Saling pandang tanpa suara keduanya bertukar pikiran hingga akhirnya keduanya menemukan kesepakatan jika laki-laki itu bisa berteman dengan mereka.
"Baiklah, kamu bisa memanggilku, Nadia dan ini sahabatku Bella," Nadia dan Bella yang memang sudah sepakat untuk menerima pria itu memilih untuk memperkenalkan nama mereka agar ketiganya bisa saling akrab dan saling menyayangi satu sama lain sebagai sahabat sampai lulus nanti.
"Hay Nadia dan Bella, panggil aku Raka," sahut Raka yang terlihat masih menyunggingkan senyum di wajahnya.
"Apa kalian akan pulang naik angkot?" Raka kembali bertanya.
"Iya," jawab Nadia singkat, rasanya masih sangat aneh dan canggung jika langsung akrab dengan orang yang baru saja kita kenal, apa lagi dia seorang laki-laki.
"Jika aku menawarkan tebengan sebagai tanda jika kita sudah berteman, apa kalian mau?" tawar Raka yang terlihat tulus.
"Maaf sebelumnya Raka, kita baru saja kenal, dan kita tidak mungkin bisa langsung percaya begitu saja dengan orang yang baru kita kenal, jadi lebih baik kita naik angkot saja," jawab Nadia menandakan jika kedua gadis dj hadapan Raka bukanlah gadis yang mudah untuk di ajak jalan bersama.
"Nadia benar Raka, aku juga minta maaf jika tidak bisa ikut denganmu, mungkin lain waktu kita bisa pulang bersama," sahut Bella yang sejak tadi hanya diam memperhatikan apa yang sedang terjadi dan mencoba untuk memberi pengertian pada Raka saat ini.
"Baiklah, aku mengerti dengan apa yang kalian maksud barusan, kalau begitu aku pulang dulu. Lain kali aku juga akan mencoba naik angkot bersama kalian, begitu pula sebaliknya," beo Raka seolah mengerti dengan penolakan yang di lakukan oleh Nadia juga Bella.
"Kalau begitu kita pamit pulang dulu Raka." Pamit Nadia yang langsung berjalan masuk ke dalam bus khusus milik sekolah yang memang di peruntukkan untuk siswa dan siswi yang tidak membawa kendaraan pribadi.
"Baiklah, Hati-hati!" sahut Raka yang kini menatap kepergian Nadia dan Bella yang menghilang di dalam bus.
"Raka baik ya, ternyata tidak semua laki-laki buruk," cicit Bella sesaat setelah keduanya berada di dalam bus.
"Jangan terlalu mudah percaya dengan orang Bella! ingatlah tidak semua senyum berarti bahagia dan tidak semua amarah berarti benci, terkadang seseorang tersenyum untuk menutupi rasa benci yang tengah menguasai hatinya dan tak jarang sebuah amarah menandakan kebencian, terkadang amarah itu datang Karena rasa sayang yang muncul di hati orang tersebut." sahut Nadia yang terlihat enggan menanggapi pujian yang di ucapkan oleh Bella.
Bella hanya bisa memutar bola mata Jengah saat mendengar penuturan dari Nadia yang memang memiliki sifat tidak mudah percaya dengan orang lain pengalaman hidup mengajarkannya banyak hal, terutama rasa percaya yang memang tidak seharusnya diberikan kepada sembarang orang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Intan Wulandari
ini cerita anak sekolah to
2023-06-06
0