Kini setelah kepulangan Viona dari rumah sakit tentu rasanya berbeda dari sebelumnya. Viona merasa tubuhnya belum terlalu pulih. Satu minggu tinggal di rumah setelah dokter memastikan ia bisa di bawa pulang, selama itu pula Viona mencari sosok yang tak pernah ia lihat. Sang ayah sudah memberi tahu dirinya jika ada seseorang yang sangat baik mendonorkan jantung untuknya. Dan Viona belum di perbolehkan bertemu keluarganya untuk mengucapkan terimakasih. Bukan hanya kebingunan yang ia rasakan, perbedaan suasana di rumah begitu jelas terasa. Semua orangtuanya nampak sibuk dengan aktifitas mereka masing-masing tanpa ada yang mau berbicara seperti biasa. Tentu Vinoa di buat bingung sekali, setiap ingin mendekat sang ibu selalu meninggalkannya dengan berbagai cara, bahkan sang ayah yang berusaha menegurnya pun hanya bicara seadanya.
“Kenapa ibu selalu sedih melihatku? Apa yang terjadi? Dan dimana Kak Tiara? Kenapa kamarnya semua bersih tak ada barang apa pun yang tersisa?” Viona di buat berpikir keras dengan semua yang terjadi.
Hingga pada waktu makan malam pun tiba, Danish membicarakan sesuatu dimana membuat Viona benar-benar syok.
“Menikah? Dengan Kak Axel? Ayah apa ini? Kenapa tiba-tiba membicarakan pernikahan?” tanya Viona sangat kaget sampai menjatuhkan sendok makan di tangannya.
Nada hanya diam melihat reaksi sang anak. Tak ada kata sama sekali yang ingin ia jelaskan pada Viona. Terlihat Viona sudah berkaca-kaca di kedua matanya.
“Pernikahan sudah tersebar. Sedangkan kakakmu Tiara memilih ingin mengejar karirnya dan meninggalkan Axel. Ayah tidak tega membuat Axel malu, Viona. Tolong lakukan demi kakakmu dan keluarga kita.” Air mata Viona jatuh.
Apa benar ia akan mengakhiri masa lajangnya dengan cara seperti ini? Dengan pria yang sama sekali tak pernah ada di pikirannya. Ingin menolak, Viona tak bisa. Selama hidup ia sadar begitu banyak merepotkan kedua orangtuanya. Lagi pula Viona pun tak memiliki kekasih, jadi menikah dengan pria pilihan orang tua mungkin tidak begitu buruk.
“Tapi, bagaimana dengan Kak Tiara, Ayah? Mereka saling mencintai, bukan? Aku tidak mau membuat Kak Tiara sakit.”
“Dia sudah merasakan lebih dari itu,” Nada berucap lirih hingga yang terdengar hanya gumaman tak jelas di telinga Viona.
Singkat waktu berjalan, kini acara pernikahan pun di langsungkan. Axel nampak memendam kesedihan yang mendalam kala mengucapkan ijab kabul itu, kedua orangtuanya hanya bersikap biasa sebab tidak tahu kepergian Tiara.
Bagi mereka Tiara sangat baik dengan mereka. Namun, pilihan sang anak tetaplah tak bisa mereka hentikan. Axel adalah pria yang sudah dewasa tentu bisa memikirkan dengan matang setiap langkah untuk ke depannya.
“Aku sedih kak dengan ini semua. Aku tidak tahu kenapa jalannya jadi seperti ini. Bahkan dulu aku bermimpi agar menikah di dampingi Kak Tiara. Tapi kenapa justru aku menikah dengan pria pilihan Kakak? Kenapa kak? Kakak pergi kemana? Aku bahkan sudah sembuh dari penyakitku, Kak. Kita bisa pergi bersama jalan-jalan.” Viona menatap para tamu yang hadir hari itu saat pria di sampingnya mengucapkan kalimat sakral.
Hingga akhirnya keduanya pun sah menjadi suami dan istri. Axel sama sekali tak menampakkan kebahagiaan di matanya. Hanya ada kesedihan dan amarah yang tertahan di sana.
“Argh! Sakit! Kak, ada apa?” Di sinilah keduanya bersama untuk menjalani malam pertama dari pernikahan. Rumah baru yang sudah Axel persiapkan untuknya dan Tiara.
“Kamu pikir kamu siapa berani menyentuh kasur ini? Turun!” Kedua mata Axel membulat penuh melihat Viona yang duduk di kasur mewah pilihan Tiara.
Bukan pilihan, lebih tepatnya Tiara pernah melihatkan pada Axel. Kelak ia ingin membeli tempat tidur seperti itu ketika sudah memiliki rumah dan menikah dengannya.
“Hah?” Viona bergetar ketakutan tubuhnya terjingkat kaget mendengar teriakan Axel yang begitu lantangnya.
Gadis itu menjatuhkan air mata, dadanya berdebar tak karuan karena terlalu kaget. Pasalnya ia hanya duduk tanpa melakukan apa pun.
“Itu tempatmu. Jangan pernah berani menyentuh kasur ini. Ingat itu. Dan jangan pernah menyentuh dapur untuk melakukan apa pun. Aku tidak akan mau makan masakanmu.”
“Tapi kenapa, Kak? Aku sudah menikah dan menjadi istri-“
“Tidak, Viona. Itu tidak pernah ada. Pernikahan ini hanya status. Bukan yang sesungguhnya. Selamanya wanitaku adalah Tiara. Dan kau, jangan pernah berani berharap untuk mendapatkan hatiku. Itu tidak akan pernah sampai aku mati sekali pun.” Air mata Viona berjatuhan tak tahu apa yang terjadi pada Axel.
Ia hanya menangis tersedu-sedu. Tak pernah mendapat perlakuan kasar seperti ini membuatnya sangat ketakutan. Jika biasa sang kakak selalu bertutur lembut dan penuh sayang padanya, kini tak lagi ada sosok baik hati itu di sisi Viona.
Axel keluar dari kamar membiarkan Viona tidur di sofa bed yang ada di kamarnya. Pria itu berniat keluar kamar untuk memilih menenangkan diri di tepi kolam.
Bayangan Tiara yang sangat ia rindukan sekali gus kecewa dengan pilihan sang kekasih.
“Ra, aku benar-benar sulit berdamai dengan keadaan. Bagaimana mungkin kau tega memberikan aku begitu saja pada adikmu sendiri? Apa semudah itu perasaanmu kau ikhlaskan untuk orang? Apa aku tidak berharga di matamu?” Axel menunduk menatap kosong lantai.
Hubungannya bersama Tiara selama ini terjalin dengan baik tanpa adanya masalah sedikitpun. Bahkan keduanya begitu tampak bahagia. Axel berpikir cinta Tiara begitu besar padanya.
Sedang Viona menangis di kamar meringkuk dengan selimut berbaring. Ia tidak tahu jika malam pernikahannya akan seperti ini.
“Sakit di tubuhku benar-benar sembuh. Tapi ternyata sakit di hati ini jauh lebih sakit rasanya. Mengapa semua orang memperlakukan aku dengan tidak adil seperti ini? Apa salahku, Kak? Kak Tiara, kakak dimana? Tolong aku, Kak. Tolong bawa aku pergi bersama kakak.” Malam itu Viona habiskan hanya dengan menangis.
Ia kelelahan sampai tidak sadar kedua matanya sudah terpejam. Tepat pada pukul setengah dua belas malam, pintu kamar pun terbuka. Axel masuk ke kamar dan melihat Viona terlelap.
“Aku bersumpah tidak akan pernah menganggapmu, Viona. Karena kau, Tiara meninggalkan aku.” gumamnya dalam hati lalu memilih menuju kasur dan tidur di sana.
Axel lama menatap langit kamar, bayangannya malam ini adalah malam yang paling indah ia lewatkan dengan Tiara. Namun, hal itu salah. Ia justru melewatkan malam ini dengan Viona.
Seperti yang di pikirkan oleh Danish saat ini, jika Axel pasti tak akan bisa menyentuh Viona seperti pengantin pada umumnya.
Bagaimana pun ia sangat tahu betapa Axel mencintai Tiara. Hingga jam terus berputar pada angka 1, kedua mata Danish tak kunjung tertutup. Meski lampu kamar sudah nampak temaram, hal itu membuat Nada yang tertidur karena lelah terbangun saat hendak memeluk tubuh sang suami ia merasa posisinya tak nyaman.
“Ayah, kenapa masih belum tidur?” tanyanya melihat sang suami bersandar pada headboard kasur.
“Ayah tidak bisa tidur, Bu. Ayah kepikiran sama Tiara dan Viona.” Nada pun ikut bangun.
Wanita itu bersandar pada dada bidang sang suami.
“Kenapa jalan kita harus seperti ini, Yah? Ibu sangat menantikan pernikahan Tiara dan Axel. Ibu yakin Axel sangat menderita menjalani ini semua. Itu sebabnya ibu tidak ingin memaksanya memenuhi permintaan Tiara.” tutur Nada.
Mereka tahu memaksa Axel menikahi Viona bukanlah jalan yang baik dan mudah, semua tentu memiliki resiko. Sayang, Axel justru menyanggupi untuk menikahi Viona. Tak ada yang tahu jika Axel telah menyiapkan seribu kemarahan yang akan ia layangkan setiap waktu pada Viona.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments