“Sayang, aku pergi. Aku pergi bukan karena tidak mencintaimu. Aku pergi karena aku tahu waktu ini pasti akan ku dapatkan dalam waktu dekat. Aku tahu kalian semua ingin aku sembuh. Tapi itu hal yang tidak mungkin. Axel aku sungguh mencintaimu. Tapi cinta kita sampai kapan pun tidak bisa bersatu. Maafkan aku yang tidak meminta izin darimu. Aku titip Viona yah? Dia adikku, adik yang paling aku cintai. Jaga dia seperti kau menjagaku selama ini. Viona lebih memiliki kemungkina bertahan ketika aku memberikan jantungku padanya. Aku minta nikahi dia demi aku, Sayang. Aku sangat percaya Viona akan bahagia di tangan pria sepertimu. Andai aku memiliki waktu lebih lama hidup, tentu akulah wanita yang paling bahagia memiliki pria sepertimu. Sayang, Viona berhak melanjutkan hidupnya yang sudah lama terenggut penyakit. Sedang aku sudah puas melewati masa hidupku selama ini. Aku mohon jaga adikku, jangan beritahu dia tentang kepergianku sampai kalian benar-benar bahagia dan memiliki anak. Aku mohon, Axel. Nikahi Viona. Aku sangat mencintaimu lebih dari apa pun, maafkan aku yah?”
Axel terduduk di lantai dengan derai air mata yang begitu membasahi wajahnya. Surat yang di tulis Tiara entah kapan, membuat Axel tak bisa berkata apa pun lagi. Hanya getaran di pundak pria itu yang menandakan jika dirinya benar-benar bersedih.
Semua begitu kehilangan Tiara, kini Axel hanya menatap sang kekasih dari arah ia terduduk. Tak ada apa pun lagi yang bisa mengembalikan Tiara jika bisa ia lakukan.
“Tega kamu, Ra. Tega kamu lempar aku begitu saja untuk Viona yang bahkan tidak sama sekali aku mencintainya. Oke baik. Kamu menginginkan ini semua kan?” gumam Axel yang sangat marah dengan keadaan.
Nada mau pun Danish menangis melihat Axel yang kembali memeluk kepala Tiara. Kesedihan mereka benar-benar terdengar jelas di ruangan jenazah itu.
Sementara di ruang operasi dokter dan perawat sudah membawa Viona masuk ke ruangan. Bahkan segala berkas sudah siap.
Hari itu juga pemakan di langsungkan tanpa adanya Viona. Entah apa jadinya ketika gadis itu tahu jika sang kakak sudah tiada saat ini.
“Tiara! Kenapa seperti ini akhir hubungan kita?” Axel kini memeluk erat nisan Tiara yang sudah tertancap kokoh di tanah yang menggunung itu.
Axel dan kedua orang tua Tiara sama-sama kehilangan saat ini. Kepergian yang tak di duga bagai mimpi buruk bagi mereka. Diam-diam Tiara sudah menyusun semuanya demi sang adik.
“Bagaimana dengan pesan Tiara, Xel? Ibu dan Ayah tidak akan memaksa mu. Itu bukan hal yang mudah untuk di lakukan. Tapi, ada baiknya kamu pikirkan dulu permintaan Tiara. Ibu benar-benar tidak menyangka jalannya jadi seperti ini. Seharusnya Tiara tidak menyerah. Seharusnya Tiara tidak memikirkan Viona saja.” Nada kembali menangis mengingat semuanya.
Bukan karena tidak sayang dengan Viona, namun mereka berdua adalah anaknya. Mereka berdua bisa berjuang bersama. Bukan menyerah dan mengutamakan sang adik seperti ini. Ingin sekali Nada marah, namun ia tidak tahu harus marah pada siapa.
“Kenapa, Ayah? Kenapa hidup kita sesakit ini? Ibu tidak kuat lagi.” Danish memelik erat tubuh sang istri dan ikut menjatuhkan air mata.
Ia juga sebagai seorang ayah tentu sangat sakit menerima kenyataan yang ada. Bahkan semua miliknya rela ia berikan pada sang anak dan keluarganya, tetapi sayang semua itu tidak bisa mengganti kepergian Tiara dan penyakit Viona.
Mereka semua pun akhirnya pulang menuju rumah masih-masing setelah pemakaman selesai. Keberadaan Viona di rumah sakit sampai terlupakan saat ini. Nada sangat sedih ia ingin mengistirahatkan pikirannya di kamar.
“Ayah ke rumah sakit dulu. Ibu istirahat yah? Ayah hanya sebentar kok. Lagi pula ada perawat yang menjaga Viona.” tutur Danish mengusap lembut kepala sang istri lalu menciumnya.
Nada sama sekali tak bersuara, seolah tenaganya sudah habis terkuras saat ini. Ia hanya ingin berbaring dan menangis. Semua masih terasa tidak nyata baginya. Baru saja Tiara bersama mereka pagi tadi, hari ini ia sudah tak ada bersama mereka.
“Tiara…kenapa kamu memilih jalan seperti ini, Nak? Kamu pergi tanpa memeluk ibu dan ayah. Kamu pergi tanpa memberikan waktu ibu lama-lama denganmu. Kamu pergi setelah kesibukanmu di kantor, Sayang.” Nada kembali menangis pilu memandangi foto sang anak.
Sulit rasanya menerima semua kenyataan ini.
Sedangkan di rumahnya, Axel hanya duduk diam di sisi tempat tidur. Matanya menatap kosong ke depan jendela. Pikirannya berputar pada isi pesan Tiara yang memintanya menikahi Viona. Axel memejamkan mata berusaha menenangkan diri. Hatinya masih terlalu sakit untuk segera mengisi orang asing di hidupnya.
Yah, bagi Axel Viona adalah orang asing. Sikap Axel yang serius dan kaku membuat hubungan dengan calon adik ipar terasa begitu jauh. Hanya Viona saja yang sering menggoda pria tersebut dengan mengatakan wajah tua dan kaku.
“Argh!!!” Axel teriak marah sembari mengacak rambutnya kesal.
Apakah mungkin dirinya bisa menikahi wanita yang sama sekali tidak ia cintai? Bagaimana bisa Axel menikahi gadis yang membuat sang kekasih menyerahkan nyawanya begitu cepat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments