Jangan tinggalkan aku..

Mami Annisa duduk di sudut ruangan bersama Papi Tama. Keduanya sakingmneguatkan satu sama lainnya.

Kedua paruh baya itu tersu terisak. Prince pun ikut terisak melihat pipi lebam Maira akibat tamparan dari Mami Annisa.

"Kenapa di tampar Mi? Kan bisa dibicarakan baik-baik? Nggak perlu kekerasan kan?" ucap Prince pada semua orang yang kini tersedu melihatnya memnagku kepala Maira dengan tangan terus membersihkan pecahan kaca di bawah badan Maira yang kini sedang terlelap.

Mami Annisa hanya bisa tergugu. Ia tidak bisa berbicara saat ini. Sakit dan perih sedang menjalar di seluruh tubuhnya saat melihat putri yang ia lahirkan dengan taruhan nyawa terkapar dengan pipi membiru.

"Hiks.. Jangan di tam,par kan bisa Mi? Cukup ditarik saja.. Perut abang sakit tadi. Kalau tidak kan Abang yang memegang nya?" lanjut Prince masih dengan terisak.

Ia berusaha bangkit setelah mengambil sebuah kain untuk mengganjal kepala Maira yang belum sadarkan diri.

Prince bangkit menuju ke luar. Ia mengmbil sapu dan juga serokan sampah dari seorang OB yang terpaku menatapnya.

Prince tidak peduli dengan tatapan orang lain. Yang penting saat Ini Maira. Maira yang pingsan karena tamparan keras dari sang mami.

Prince kembali masuk dan mulai membersihkan lantai itu. Sebelumnya ia mengangkat Maira dan ia tidurkan di ranjang yang saat ini penuh dengan tumpukan baju dan bantal yang berseraklan.

Dengan perut yang sakit Prince terus membersihkan semua pecahan kaca itu hingga bersih. Ia menyuruh ke empat orang tua itu untuk duduk di dekat maira yang kini belum sadarkan diri.

Belum lagi Prince menyelesaikan menyapu lantai, Maira sudah terbangun dengan kepala yang pusing. Ia melihat sekeliling dan menemuka kedu orang tuanya yang saat ini sednag berpelukan dan menangis.

Begitu pun dengan Uwaknya. Beliau pun menagis. Maira membelalakkan matanya saat ia mengingat jika Prince tidak ada disana.

Alam bawah sadarnya menuntunnya untuk bangkit secara spontan hingga membuat k empat orang tua itu terkejut bukan main.

"hiks.. Abang!! Abang kemnana?! Abang pegi juga seperti nya?? Huh? Uwak1 mana abang?! Huh?1" serunya semakin tidak terkendalai dengan wajah memerah dan air mayta yang terus mengalir di pipinya.

Keempat orang itu berusaha memegang tubuh Maira yang kembali histeris. Prinvce yang sednag membuang pecahan kaca serta mengambil pelan tidak tahu jika Maira sudah sadar.

Saat ia kembali ia terkejut melihat Maira yang kembali histeris seperti tadi.

"Lepas!!! LepaS!!! Bnag Prince Arryaaannnn!!!!" pekiknya dengan suara melengking membuat Arryan melepaskan pelan itu dan berlari ke arah nya.

Grep!

Maira terpaku.

Prince terisak lagi melihatnya. "Hiks.. Ini Abang, sayang. Abang nggak pergi kok. Cuma lagi bersihin kaca aja kok. Lihat tuh, hiks.. Lantainya bersih kan ya? Nggak ada kaca lagi kan yang bisa melukai kaki kamu??"

Maira menglihkn padangan matanya ke lantai. Ia tertegun. Benar. lantainya kembali seperti semula.

Maira mengais lagi dengan tangan memeluk erat tubuh Prince.

"Hiks.. Hiks.. Ja-jangan tinggal-kan a-ku Bang.. Jan-gan pergi se-seperti-nya.." ucapnya terputus-putus di sela isak tangisnya.

Prince mengangguk. Ia mengakupkan wajah Maira dan mengecup keningnya yang membuat Maira semakin tersedu di pelukan nya.

"Hiks.. Ja-ngan per-gi Bang.. A-ku nggak pu-nya sia-pa pun lagi.." lanjutnya maira lagi masih denegn memeluk tubuh Prince dengan erat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!