Almaira semakin mengamuk tidak jelas di pelukan Prince membuatnya kewalahan karena tenaga Maira lumayan kuat.
Tubuhnya yang mungil di pelukan Prince sekuat tenaga meronta agar terlepas dari pelukan Prince yang semakin erat memeluknya.
"Lepas!!"
"Nggak akan!"
"Lepas bang!!" pekiknya di telinga Prince hingga Prince memejamkan kedua matanya.
Rasa sakit di telinga tidak ia hiraukan. Yang penting Almaira dulu.
"Lepaskan aku bang Prince Arryann!!!!" serunya lagi semakin kuat meronta-ronta di dalam pelukan Prince.
Prince tidak peduli.
Ia tetap memegang kuat tubuh yang kini bergetar dan semakin kuat meronta-ronta.
Entah apa yang terjadi padanya, hingga tubuhnya yang mungil bisa sekuat Hulk saat ini. Ia mengurai paksa tangan Prince hingga pemuda itu jatuh tersungkur ke ranjang dengan keadaan perutnya terasa perih akibat tendangan dari Maira yang kini ingin mengambil pecahan kaca lagi dan ingin menyayat kembali lengan kanannya.
Mami annisa melihat itu segera berlari mendekati Prince dan membangunkannya. Sedang Almaira di peluk erta oleh papi tama yang kini terus meronta-ronta tidak jelas.
Entah apa yang terjadi dengannya, hingga ia mengamuk dan semakin mengamuk denmgan wajah merah padam dam mata menyala.
Seperti orang kerasukan. Terlihat jelas dari kening Almaira yang berubah menjadi merah kehitaman sedikit.
Ia terus mengamuk dan meronta hingga cekalan tangan Ummi Ira dan Papi Tama terlepas. Ia mendorong keduanya hingga jatuh terjengkang ke belakang yang mengakibatkan keduanya terbentur di tepian sudut meja.
"Allahu akbar!! Ssssttt.. Ya Allah.. Kamu kenapa nak? Kenapa kamu jadi begini?" keluh papi Tama pada Almaira yang kini ingin mencoba menyayat lengannya lagi.
Abi Raga yang kini memeganginya pun kewalahan. Mami Annisa sedang mengusap perut Prince.
Tendangan Maira baru saja mengenai lukanya yang baru saja di operasi dua bulan yang lalu. Operasi usus buntu.
Wajahnya pucat pasi menahan sakit di perutnya. Mami Annisa sampai kelimpungan di buatnya. Ada setetes darah yang mengalir disana.
Entah kekuatan apa yang merasukinya saat ini, hingga tendangannya itu begitu mematikan sampai-sampai Prince terluka lagi dibuatnya.
Maira terus mengamuk dan meronta di pelukan Abi Raga yang kini juga mulai kewalahan memegangi dirinya.
Dengan sekali sentakan, Abi Raga terhuyung ke samping dan menabrak pintu kamar yang sudah terbuka itu.
Bruk.
"Allahu akbar!" seru Abi Raga merasakan pusing yang sangat mendera kepalanya akibat kepalanya membentur pintu.
Melihat itu bukannya Maira berhenti. Ia malah semakin menjadi. Ia tertawa dan menangis bersamaan. Nama yang disebut adalah nama Azka dan saudara kembarnya Alzana.
Ia ingin menggores lengan kanannya sebelum mami Annisa menyentakknya dengan kuat dan..
Plak!
Plak!
Plak!
Plak!
Plak!
Brruuk!
"Maira!!"
"Sayangku!!" seru Prince dengan segera melompati ranjangnya dan mendekati Maira yang jatuh terkapar tidak sadarkan diri akibat tamparan kuat dari sang mami di kedua pipinya yang kini memerah.
"Sayang! Apa yang kamu lakukan?!" seru Tama mendekati Annisa terlebih dahulu karena melihat Annisa yang begitu marah saat ini.
Seperti ingin menghabisi Maira hidup-hidup. Raut wajahnya memerah menahan amarah dan juga matanya melotot melihat Maira yang kini pingsan dengan kepala berada di pangkuan Prince.
"Sayang.. Sadar Nis.. Dek.. Ini Abang! Lihat kesini!" titah Tama pada Annisa yang kini tiba-tiba mengerjab saat mendengar suara lembut Tama.
Tama tersenyum walau dengan air mata berjatuhan di pipinya. Annisa mematung di tempat melihat air mata Tama.
Ia pun kembali menangis dan memeluk Tama dengan erat. Ia kembali menangis sesegukan di pelukan Tama hingga tubuhnya ambruk jatuh ke lantai dengan tangan bergetar karena sudah lancang memukul putrinya sendiri hingga pingsan seperti itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments