Di kejauhan dua ribu seratus dua puluh tiga mil dari keberadaan Emi, ada sebuah gedung apartemen yang terlihat modren dan luas. Simon Liu, seorang aktor dan juga seorang penyanyi terkenal menempati salah satu unit di gedung itu.
Di ruangan kerjanya, Simon duduk dengan santai di kursi pijat sembari menatap layar gawainya. Dia membaca sebuah forum web gosip yang menyeret namanya.
“Mengapa mereka terlalu serius menanggapi postingan gadis itu? Mungkin ia hanya penggemar biasa,” katanya kepada seorang pria yang terlihat sibuk berbicara dengan seseorang melalui gawai.
Pria itu adalah teman Simon Liu yang telah tujuh tahun menjadi manajernyanya. Pria bernama Kent itu menutup sambungan teleponnya, “hanya penggemar biasa?” sindirnya kesal sembari menunjukan screenshot postingan lama yang pernah diunggah oleh Simon di akun media sosial pribadinya.
Sebuah foto seorang gadis yang wajahnya tidak begitu jelas dengan caption love. Meskipun postingan foto itu sudah dihapus, namun entah mengapa ada orang yang mengabadikannya dan menyimpannya. Kini poto tersebut kembali disebarkan dan dikaitkan dengan unggahan yang dibuat oleh seorang gadis yang tidak mereka kenal.
“Bagaimana bisa mereka begitu sangat mirip?” tanya Kent tidak percaya dengan sebuah kebetulan yang tengah dihadapinya.
Simon melihat foto yang pernah diunggah olehnya dengan mimik wajah serius, dia menghiraukan pertanyaan Kent . Sebuah foto yang bahkan dia sendiri sudah lupa.
“Apakah mereka adalah gadis yang sama?” gumam Simon.
Kent menatap Simon dengan tatapan mencurigai. Sebuah dugaan prasangka muncul di otaknya, “tidak salah lagi, kau pasti memiliki hubungan dengan gadis itu. Mungkin saja besok dia akan kembali membuat pernyataan bahwa dia telah dihamili olehmu, dan kau memintanya untuk aborsi.”
“Tuan Chen, sepertinya kau butuh healing untuk membersihkan pikiranmu yang terkontaminasi oleh berita seleb,” saran Simon. Dia tak percaya manajernya berpikir terlalu jauh.
“Aku akan mencoba menghubungi gadis itu, dan menekannya,” ungkap Kent sembari menekan layar gawainya.
Emi memuat nomor teleponnya di bio akun sosial medianya untuk pembelian roti, jadi tidak sulit untuk mendapatkan nomor kontaknya.
“Dia tidak mengangkatnya?” gumam Kent heran, dan mencoba sekali lagi menghubungi nomor Emi.
“Jangan melakukan apapun, bukankah dia sudah meminta maaf,” kata Simon dengan santai.
“Gadis itu hanya akan dianggap sebagai penggemar biasa, jika waktu itu kau tidak memposting foto dan caption dengan sembarangan!” ungkit Kent.
Simon mendelik karena kembali mendengar protes Kent. Dia berdiri, dan beranjak meninggalkan ruangan itu. “Aku pergi, bye bye!”
“Kau mau kemana?” tanya Kent yang masih terus mencoba menghubungi Emi. “Aku sudah membuatkan janji dengan chef Qin. Latihan menggunakan pisau akan dimulai sore ini,” kata Kent memberi informasi dadakan.
Di drama terbaru yang proses syutingnya akan dimulai bulan depan, Simon berperan sebagai ahli memasak di drama terbarunya.
“Ok, aku akan latihan besok,” jawab Simon sekehendak hatinya, dan menghilang di balik pintu.
Rasa sesal merasuki diri Kent, “harusnya kemarin aku mengundurkan diri menjadi manajer anak itu,” gerutunya sembari berjalan menuju pintu keluar.
Simon kembali membuka pintu, dan mengagetkan Kent yang hendak meraih gagang pintu. “Jangan mengikutiku, aku memberimu cuti seminggu.”
“Cuti kepalamu!” balas Kent menatap sengit ke arah Simon, “kau pikir aku bisa cuti selama kau dalam masa kontrak?”
Simon berdecak. “Terserah kau saja lah,” katanya dengan nada tak semangat, dan melanjutkan perjalanannya meninggalkan gedung apartemen tempat tinggalnya.
***
Di tempat lain, di sebuah kamar perawatan rumah sakit. Terlihat dua gadis cantik berwajah oriental sedang terlibat pembahasan serius.
“Liu Yumei, apakah kau sudah melihatnya?” tanya seorang gadis sambil menahan tawanya.
“Simon gege ternyata sudah menikah diam diam.”
“Ssstt… kecilkan suaramu Lizhu.” Gadis yang dipanggil Liu Yumei menutup mulut Lizhu, “nanti kakek mendengarnya,” bisiknya kemudian.
Yumei melepaskan tangannya setelah Lizhu mengangguk mengerti.
Mereka tengah berada di kamar perawatan kakek mereka. Sudah seminggu lamanya Sang kakek terbaring koma. Meskipun ada perawat yang menjaga kakek, Yumei tetap selalu datang menjenguk kakeknya.
Kedua gadis itu adalah saudari sepupu Simon. Mereka selalu tahu berita terkini mengenai Simon Liu. Karena mereka adalah penggemar setia yang selalu mengikuti drama yang dibintangi Simon dan mereka juga aktif membicarakan sepupu mereka itu.
"Lizhu, mengapa kau ke sini?" tanya Yumei, karena penampakan Lizhu yang betah berlama-lama di kamar kakek adalah sesuatu hal yang aneh.
"Aku ingin membeli sebuah mobil baru...,"
"Eh... kau harusnya pergi ke dealer," potong Yumei
"Yumei, saat ini aku tidak akan pulang sampai ayahku membelinya," kata Lizhu melanjutkan kalimatnya.
Yumei mencerna pernyataan Lizhu. "Aha... aku mengerti," katanya mengangguk paham.
"Lizhu, mobil apa yang kau inginkan?"
"Ah... itu aku ingin," Lizhu menghentikan ucapannya dan menatap Yumei heran, "siapa yang bertanya?" tanya kemudian memiringkan badannya untuk melihat ke belakang sepupunya itu, dan Yumei berbalik kebelakan melihat apa yang dilihat Lizhu.
"Kakek!" Mereka berteriak kaget melihat kakek telah sadar.
"Kakek baik baik saja?" tanya Yumei dan segera memanggil dokter.
"Syukur lah kakek akhirnya bangun," ucap Lizhu menangis haru.
"Aku lupa kalau sedang koma," gumam kakek, dan kembali berbaring menutup mata.
"Kakek!!" teriak Yumei dan Lizhu marah. Ternyata selama ini kakek mereka berpura-pura sakit.
Setelah drama yang lumayan panjang, ditambah dengan kehadiran dokter yang ternyata juga bersekongkol, akhirnya kakek mau tak mau tidak bisa mengelak lagi dari kedua cucunya.
"Lizhu, kakek akan membelikan mobil itu untukmu," kata Kakek Liu.
Lizhu tersenyum bahagia mendengar pernyataan kakek yang tidak main main. Dia segera memeluk kakeknya. "Terima Kasih, Kek. Aku cinta Kakek."
"Yumei, apa yang kau inginkan?" Kakek beralih ke Yumei. Dia berhasil membujuk cucunya agar jangan memberitahukan kebohongannya kepada orang tua mereka.
Yumei hanya menggeleng, "sekarang belum ada, Kek."
Kakek mengangguk mengerti, "jika ada yang kau inginkan, katakan saja kepada kakek. Kakek tidak bisa melihat cucu kakek tidak bahagia," katanya kemudian dan tersadar akan sesuatu. "Apakah benar Simon sudah menikah?"tanyanya dengan antusias, karena kakek juga penggemar Simon Liu.
"Itu tidak benar, Kek. Hanya penggemar wanita yang halu, dan entah mengapa bisa jadi rumor," elak Yumei.
"Eii... bukan halu, mereka benar-benar pernah berpacaran," bantah Lizhu.
Sementara Yumei dan Lizhu saling berargumen, kakek memilih untuk membaca layar gawainya. Mencari tahu sendiri di internet apa yang terjadi dengan cucunya.
"Berhentilah bertengkar!" teriak kakek menghentikan debat pendapat kedua cucunya. "Kakek tahu apa yang terjadi," katanya kemudian.
"Apa?" tanya kedua gadis itu.
"Paman kalian, tidak. Semua anakku tidak mengerti apa itu arti kebahagiaan," kata kakek yang mungkin akan berkhutbah. Kakek hanya memiliki dua putra, satu putri. Ketiganya tidak ada yang mengerti dengan keinginannya, hingga akhirnya dia memutuskan untuk berpura-pura sakit.
Yumei dan Lizhu memasang pendengaran mereka baik- baik.
"Aku akan membuat mereka bisa bersatu. Semua cucuku harus bahagia," kata kakek membuat keputusan.
"Hah? apa? mengapa? bagaimana? apanya?" tanya kedua gadis seumuran itu tak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar.
"Paman kalian pasti menentang hubungan mereka, dan pada akhirnya mereka harus merahasiakannya. Ternyata selama ini mereka telah menikah. Mereka harus segera meresmikan pernikahan mereka. Aku tidak ingin keturunanku terlahir tanpa status," jelas kakek yang telah terhasut oleh opini media.
Yumei dan Lizhu, hanya bisa mengangguk setuju. Kakek mereka telah lama hidup di dunia dan menjalani pahit manisnya kehidupan, tentulah lebih ahli dalam membaca keadaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments