Pagi itu, kepala Emi masih dipengaruhi oleh ancaman Simon yang akan melayangkan tuntutan kepadanya.
Bisakah orang asing dari negara lain memenjarakannya?
Cih... mengapa sih itu aktor baper sangat? keluhnya dalam hati, banyak aktor aktor yang fotonya diedit sedemikian rupa, biasa saja tuh.
Jika itu benar Simon, sang aktor dari pulau Formosa yang mengubunginya secara langsung bahkan video call, tentu dia akan sangat senang seperti mendapatkan hadiah utama dari sebuah undian.
itu akan menjadi momen bersejarah. Dan bisa menjadi cerita yang membanggakan untuk anak cucu.
Tapi, dia tidak senang.
Sementara itu, di pulau lain...
Kent, meskipun bukan lulusan keperawatan, dengan terampil dia mengobati tangan Simon yang terluka saat latihan menggunakan pisau dapur. Sebagai manajer Simon, dia harus serba bisa. Terlebih aktornya suka ngeyel ingin seperti Jackie Chan yang tidak menggunakan peran pengganti pada setiap adegan berbahaya.
Sementara si empunya tangan tampak tidak peduli, dia sedang berpikir mengapa Emi memblokir nomornya.
Siapa dia memblokir nomor seorang Simon? mendapatkan nomor seorang Simon adalah sebuah keberuntungan, berkah.
"Berikan aku teleponmu!" Simon dengan tak sabar meminta Kent untuk memberikan gawainya. dia ingin mencoba kembali menghubungi Emi dengan nomor lain.
"Untuk apa?" tanya Kent sembari memberikan gawainya dengan enggan.
"Gadis itu memblokir nomorku."
Kent memaksa otak kirinya untuk bekerja mencerna perkataan Simon. Gadis siapa?
Dia mengerutkan keningnya, mengamati Simon yang tengah menunggu sesorang di ujung sana menjawab panggilan teleponnya.
"Siapa yang sedang Kau coba hubungi?" tanya Kent yang ikut menunggu seseorang itu menjawab panggilan Simon.
"Gadis undangan," jawab Simon singkat tanpa mengalihkan pandangannya dari layar telepon.
"Gadis undangan?" Kent mencoba mencari jawaban atas pertanyaannya sendiri. "Maksudmu penggemar yang terlibat skandal denganmu? Ah, aku lupa mengatakannya kepadamu. Mereka tidak peduli dengan masalah itu, bahkan mereka akan menargetkan pasar Indonesia," ungkapnya kemudian.
Tentu saja mereka tidak peduli dengan proyek drama 11 episode yang melibatkan Simon. Sekalipun drama itu menjadi produk gagal, dan kerugian besar yang harus ditanggung rumah produksi. Karena perusahaan itu sebentar lagi akan diserahkan kepada Simon, jika dia berhasil mencegah kakeknya untuk menikah lagi.
Seleksi ketat kepada para pemain karena takut dengan penolakan pasar. Seorang bintang dituntut untuk menjadi orang suci. Dan itu adalah aturan yang keras untuk bisa terus hidup dalam dunia itu. Tetapi Simon tidak peduli akan hal itu. Dia tidak peduli dengan penilaian masyarakat tentangnya. Bahkan jika orang orang tidak ingin lagi mendengar suara emasnya, masih ada aliran air keran kamar mandi yang setia mendengarkan nyanyiannya.
"Hallo... " suara wanita dengan nada serak terdengar dari gawai Kent.
Membuat Simon terperanjat membetulkan duduknya agar lebih tegak, dan Kent mencondongkan telinganya mendekat.
"Hallo..." Emi yang berada di ujung telepon kembali mengeluarkan suaranya, karena tak kunjung mendengar jawaban.
"Ini aku," jawab Simon bernada ragu. "Jangan matikan teleponnya!" teriaknya sejurus kemudian, seolah bisa melihat Emi akan mematikan sambungan teleponnya.
"Ok, aku tidak akan."
Simon mengatur napasnya agar terdengar natural dan normal untuk menutupi rasa gugupnya. Bagaimana tidak? dia akan melamar seorang gadis. Meskipun lamaran itu bukan karna hatinya yang terpaut, tidak bisa dielakkan jantungnya berdebar. Jika bisa diandaikan debarannya seperti menunggu hasil pengumuman kelulusan sekolah. Meskipun tahu hasilnya, tetap saja gugup, bisa saja terjadi human error.
"Aku memiliki penawaran yang bagus, dan saling menguntungkan." katanya dengan intonasi mengeja kalimat, dan ritme lambat. Bukan karena dia tidak fasih berbahasa Inggris, dia takut Emi akan melewatkan satu kata yang dia ucapkan. Human error.
"Ya?"
"Kita akan menikah," katanya cepat dan ada penegasan di dalamnya.
"Ok," Suara Emi terdengar datar tanpa emosi.
Sulit diidentifikasi, apakah Emi serius menyetujui tawaran Simon, atau dia hanya asal menjawab untuk menunjukkan ketidakpeduliannya secara jelas.
Simon menyeringit, "kau menjawab, Ok?" dia menggunakan nada Ok yang diucapkan Emi.
"Ya, lalu aku harus jawab apa? tidak?" tanya Emi bernada sinis, dan membuat Simon agak terkejut. Siapa dia berani berbicara seperti itu?
"Aku bahkan tidak tahu, harus marah atau bagaimana," ucap Emi mengunakan bahasa Indonesia, yang mana Simon sama sekali tidak mengerti satu katapun. Tapi dia mendengarkannya dengan serius seolah mengerti.
"Sepertinya kita butuh penerjemah untuk bernegosiasi dengannya," saran Kent.
Eh tunggu, bukannya tadi dia mengatakan tentang pernikahan? Sadar akan hal itu, Kent menatap Simon dengan serius. "Kau serius tentang menikah?"
Simon mengangguk, Emi masih berbicara dalam bahasa yang hanya bisa dimengerti olehnya
"Apa kau masih di sana?" kali ini Emi menggunakan bahasa yang bisa dimengerti oleh Simon dan Kent.
"Ya," Simon menjawab ragu. Itu baru kali pertama dirinya mendengar seorang wanita berpidato tanpa jeda dan intonasi yang tidak jelas. Apakah memang seperti itu cara mereka berbicara?
"Oh, terima kasih karena masih disana mendengar ceritaku," tawa Emi yang sama sekali tidak mengandung humor.
Jadi dia sedang memberitahukan ceritanya? kupikir kau sedang memakiku, aku anggap begitu. Batin Simon.
"Aku sudah menghapus postingan itu, jadi sudah tidak ada masalah. Kecuali kau adalah Simon palsu yang mencoba memerasku. Aku benar kan?" tanya Emi kepada Simon.
Ini tidak bisa, Simon berpikir untuk terbang menemui Emi secara langsung. Mungkin gadis itu akan mengubah sikapnya setelah melihatnya, lalu menyerahkan diri menjadi penggemarnya.
"Sepertinya kita harus mencari penerbangan ke Indonesia dalam waktu dekat," katanya kepada Kent. dan ditanggapi dengan anggukan oleh Kent.
Mereka benar-benar memiliki hubungan. Pikir Kent.
"Baiklah Nona Talenta, sampai bertemu nanti," ucap Simon.
"Hah. kau mengakhiri teleponmu karena kehilangan kata kata, bukan? penipu..,"
Klik
Simon memutuskan sambung teleponnya secara sepihak.
Rencananya jelas, terperinci, dan matang. Menunjukan kepada kakek tentang pernikahan bahagia mereka, mendapatkan imbalannya, lalu selesai, dan menjalani kehidupan masing-masing.
Dia mengkhayalkan Emi akan terdiam seribu bahasa begitu mata bulat itu melihatnya.
Kelopak matanya yang indah itu mungkin enggan untuk berkedip.
Indah?
Simon mengedipkan matanya dan menggelengkan kepalanya, mengusir kata pujian untuk Emi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments