4. Keributan Di Penginapan

Beberapa jam telah berlalu, akhirnya hujan yang mengguyur dengan deras nya pun reda juga. Awan mendung telah hilang, di gantikan sinar matahari yang bersinar cerah.

Ozero, Aru dan Zeika pun keluar dari gua itu. Ozero menarik nafas nya dalam dan menghembuskan nya kembali. "Udara habis hujan emang segar." Ujarnya sembari menikmati angin yang bertiup menerpa nya.

"Akhirnya berhenti juga... Di dalam sana lama lama sumpek juga..." Zeika merentangkan tangan nya, meregangkan tubuh nya ikut menikmati udara yang segar.

"Jadi, kita langsung ke desa nih?"

"Ya, sudah mulai sore juga. Kalau sampai malam akan susah mencari jalan nantinya."

"Oke!"

[Anak ini bukan anak biasa tau.]

'Aku tau.'

Aru mengernyitkan dahi nya. [Kau sudah tau?]

'Um. Aku dapat melihat nya, bukan hanya roh elemen yang mendekati nya. Ada beberapa roh yang jarang ku lihat juga. Selain itu, aura dari sihir nya terasa berbeda dengan orang lain.' jelas Ozero.

Sebenarnya ia merasakan nya sejak pertama bertemu dengan Zeika. Beberapa roh yang jarang terlihat mendekati nya begitu saja, tanda roh itu tertarik atau mungkin sudah terbiasa berada di dekat nya.

Sempat terlintas dalam pikiran Ozero, mungkin kah anak itu memiliki kemampuan sihir yang langka? Tapi Ozero sendiri belum bisa memastikan nya secara pasti. Ia juga tak enak jika harus bertanya.

"Ozero... Kau sudah terbiasa berpetualang ya? Seperti nya kau tau banyak hal?"

"Tidak juga, aku terkadang ikut membantu ayah ku menjual barang dagangan nya ke kota. Jadi aku tau beberapa hal tentang kota atau desa lain."

"Kau pedagang?"

"Begitulah."

Ya, dulunya keluarga Ozero adalah seorang pedagang yang menjual sayuran, buah atau hasil kerajinan dari desa mereka ke kota. Beberapa kali Ozero juga ikut membantu sang ayah menjualnya di kota, jadi ia sudah cukup terbiasa dengan hal seperti ini.

"Hebat... Sudah pro nih~" Ucap Zeika dengan mata yang berbinar.

Ozero terkekeh. "Nggak se-pro itu juga kali. Cuma tau beberapa aja kok."

Keramaian menyambut mereka begitu mereka masuk ke dalam gerbang desa itu. Banyak pedagang dari desa lain yang datang untuk berdagang di sana. Ruko ruko kecil memenuhi samping kanan dan kiri jalanan yang terlihat ramai.

Tak jauh dari pintu masuk desa, sebuah bangunan besar terlihat. Terdapat sebuah papan di depan nya yang bertuliskan "penginapan Ruby." Mereka pun langsung menuju ke sana.

Pertama kali mereka masuk ke sana, mata mereka langsung di suguhkan dengan canda tawa orang orang di sana. Ozero coba mengamati, di antara mereka terlihat beberapa petualang yang juga duduk sembari menikmati makanan mereka.

Penginapan Ruby terdiri dari 3 lantai. Lantai pertama adalah lantai resepsionis dan restoran, sedangkan lantai ke dua dan ke tiga adalah kamar untuk para pelanggan.

Ozero, Aru dan Zeika pun langsung menuju meja resepsionis. Di sana, seorang wanita ber rambut coklat pendek duduk. Ia lantas melihat ke arah Ozero dan Zeika yang mendekat.

"Selamat datang di penginapan Ruby, ada yang bisa saya bantu?" Tanya wanita itu sembari tersenyum hangat.

"Kami ingin memesan kamar untuk dua orang." Ujar Ozero.

"Baiklah, tunggu sebentar ya, adik manis~" Ujar wanita itu sembari memeriksa daftar kamar yang masih kosong. "Ngomong ngomong, kalian imut sekali, kecil kecil sudah jadi petualang. Sungguh berani! Berapa umur kalian?" Tanya wanita itu.

Ozero tersenyum. "Umurku 12 tahun. Aku cuma mau cari pengalaman tentang dunia luar saja, sekaligus melatih sihir ku."

"Umurku juga 12 tahun. Aku cuma ikut Ozero aja hehe." Ujar Zeika sembari merangkul Ozero.

"Begitu ya, kamar kalian ada di lantai 2, kamar nomor 7 ini kunci nya." Wanita itu menyerahkan kunci nya pada Ozero.

Setelah membayar sewa kamar dan menerima kunci nya, Ozero dan Zeika pun hendak langsung menuju kamar mereka, namun secara tiba tiba...

BRAK!

"AQUA DI MANA KAU?! AKU TAU KAU DI DALAM! CEPAT KELUAR SEKARANG JUGA!" Teriak seorang pria berbadan besar, diikuti 2 orang lagi di belakang nya.

Dilihat dari penampilan nya, sepertinya dia adalah seorang petualang. Pria itu memiliki kumis tipis di wajah nya dan bekas luka di bata sebelah kiri nya.

Sepertinya dia mantan perampok yang menjadi petualang kah?

"S-siapa itu?" Aru dan Zeika refleks langsung bersembunyi di balik tubuh Ozero.

"Kayaknya mereka mencari seseorang di sini. Sebaiknya kita jangan ikut campur." Bisik Ozero pada Zeika dan Aru.

"WOY AQUA! KELUAR KAU! ATAU KU HANCURKAN PENGINAPAN INI!" Teriak pria itu lagi.

Semua orang tampak terdiam dengan tubuh gemetar, tidak berani menatap langsung pria itu.

"Hoaahm... Berisik amat sih... Aku lagi tidur tau... Enggak baik loh gangguin anak kecil lagi bobo manis." Dengan santai seorang anak lelaki turun dari tangga lantai atas sembari menguap dan mengucek sebelah mata nya.

Anak itu memiliki rambut orange dengan mata jingga gelap seperti langit senja. Ekspresi wajah nya tampak tak peduli dengan sosok pria yang berteriak memanggilnya, sekolah ia tak takut sama sekali.

"Beraninya kau meremehkan ku, Aqua!" Teriak pria itu sembari mengacungkan tangan ke arah anak itu.

Zeika berbisik, "jadi itu anak yang mereka cari... Kok nama nya mirip merek air mineral ya?"

"Pfftt..." Ozero hampir saja tertawa mendengar itu. Memang benar namanya mirip merek air mineral.

"Permisi, mereka siapa ya? Kenapa membuat ribut di sini? Apa tidak ada yang mau menghentikan nya?" Tanya Ozero pada wanita resepsionis.

Wanita itu sedikit menunduk, berbisik pada Ozero. "Dia adalah Rovein Fharn, dia penyihir level menengah dan juga petualang yang hebat. Dia begitu di takuti karena keangkuhan dan kekejaman nya. Kemungkinan anak lelaki itu sudah membuat masalah yang membuat Rovein marah." Jelas wanita itu.

Ozero mengangguk mengerti. Di sini, sudah jadi hal yang wajar jika orang yang kuat akan berkuasa.

Di mata Ozero, terlihat jelas para roh yang mendekati Revein. Roh roh itu berwarna jingga, menandakan dia merupakan penyihir elemen api.

Berbanding terbalik dengan Aqua yang memiliki aura sihir berwarna biru muda, serta roh elemen air yang mendekati nya. Elemen yang bertolak belakang antara mereka berdua.

"Om... Jangan buat ribut ribut sini dong.. Kasihan para pengunjung lain ketakutan. Lagipula, bukan gitu tau caranya bicara sama anak kecil..." Ujar Aqua.

Ucapan Aqua justru membuat Rovein semakin kesal. "Jangan banyak omong kau bocah! Kau pikir kau bisa menghajar teman teman ku seenak mu hah?!"

"Habisnya mereka ganggu para pedagang nggak bersalah, jadi kukasih sedikit pelajaran dong..." Ujar Aqua santai.

"Jangan bersikap sok jagoan bocah!"

Rovein mengarahkan tangan nya ke depan, dan sebuah lingkaran sihir muncul di depan nya. "[Sihir api: semburan bola api]!" Seru nya dan api langsung menyembur ke arah Aqua yang masih berdiri dengan tenang.

Sekitar satu meter sebelum api itu menyentuh Aqua, sebuah dinding es secara tiba tiba muncul di depan nya, menahan dan memadamkan serangan Rovein.

Hanya selang beberapa detik, Rovein melesat cepat ke arah Aqua sembari mengarahkan pedang nya yang di selimuti kobaran api. "Mati kau!!!"

Aqua mencoba menghindar, namun sebuah gundukan tanah muncul di dekat kaki nya, yang membuat nya tersandung dan nyaris terjatuh.

"[Pelindung]"

TRING!

Pedang Rovein seketika berhenti seolah tertahan oleh sesuatu. Di saat yang sama, Aqua kembali menyeimbangkan tubuh nya dan mengarahkan pukulan pada Rovein "[sihir es:pukulan es]"

BRAK!!

"Akh!!"

Rovein terlempar menabrak dinding penginapan akibat serangan Aqua. Pria itu berdecak kesal. Ia mencoba berdiri, namun lantai di bawah kakinya membeku dan muncul bongkahan es yang menahan kakinya, sehingga pria itu tak bisa bergerak.

"Ck. Fal! Fren! Serang anak itu!" Seru Rovein pada kedua rekan nya.

Kedua rekan nya pun maju sembari menodongkan pedang mereka. "Terima ini bocah!!"

Aqua terkekeh. "Hoho~ mau main main dengan ku ya, om?"

"[Sihir es:tusukan es tajam]!"

SREKK!!

"Huwaa!!"

Es es tajam bermunculan dan nyaris menusuk tubuh dua rekan Rovein.

"Hahahaha! Kalian kira aku bakal bunuh beneran? Cepat pergi dari sini, atau kali ini aku benar benar akan membunuh kalian!"

Kedua rekan Rovein langsung berlari pergi untuk menyelamatkan diri.

Sedangkan Rovein menggunakan sihir nya untuk melelehkan es yang menahan kaki nya. "Cih. Awas saja lain kali, aku pasti akan memberimu pelajaran!"

"Pelajaran apa? Matematika kah? Fisika? Atau pelajaran bagaimana caranya kalah dari anak kecil?" Aqua tertawa sembari menjulurkan lidahnya.

Rovein menggeram kesal dan langsung pergi dari sana.

Aqua mengibaskan tangan nya, seketika semua es dampak dari serangan nya langsung menghilang tanpa sisa. Ia pun berjalan menuju wanita di meja resepsionis dan sedikit menunduk. "Maafkan saya atas keributan ini." Ujarnya dengan sopan.

"T-tidak masalah. Saya justru berterimakasih karena telah mengusir orang itu." Sungguh, ia bersyukur Rovein sudah pergi. Ia khawatir penginapan nya akan hancur jika orang itu tetap di sini.

"Baiklah, jika begitu aku ingin kembali ke kamar. Masih ngantuk...." Ujarnya dan berbalik menaiki tangga menuju kamar nya.

"Keren... Jika di perkirakan mungkin sihirnya setara dengan penyihir level 7. Padahal kalau di lihat lihat umurnya gak beda jauh dadi kita kan?" Ucap Zeika dan di tanggapi anggukan oleh Aru.

"Ya kau benar, semoga saja... Kita bisa berteman dengan nya."

"Um!"

Terpopuler

Comments

Firenia

Firenia

bisa-bisanya bilang begitu padahal kamu sumber masalahnya

2023-05-21

1

Alkama

Alkama

oy Aqua husbu gue

2023-05-09

0

diliat doang kagak di baca

diliat doang kagak di baca

langsung ke tahap level 2 ygy

2023-04-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!