Aqua sedang berbaring di atas tempat tidur nya. Mata nya menatap kosong ke arah langit langit sembari memainkan sihir nya. Dalam pikiran nya, ia mengingat kejadian tadi.
Ia mengingat jelas saat Rovein akan menyerang nya, ia sempat tersandung karena gundukan tanah yang di buat salah satu rekan Rovein. Saat seperti itu tentu saja ia tak akan sempat untuk menahan serangan Rovein yang mengarah pada nya.
Ia yakin jelas ada yang menahan serangan itu sehingga tak mengenainya. Jika di ingat ingat sepertinya tidak mungkin jika itu para pelanggan lain ataupun wanita di meja resepsionis. Mereka yang ada di sana sudah mengenal jelas siapa Rovein itu sebenarnya dan tak akan mau berurusan dengan pria itu.
Rovein terkenal sebagai penyihir sekaligus petualang dengan kemampuan sihir tingkat menengah. Namun karena kekuatan nya itu, Rovein menjadi orang yang tamak dan sering menindas yang lemah.
Kemampuan sihir Rovein dalam mengendalikan api sangat lah handal, terlebih lagi kemampuan beladiri nya juga tidak bisa di remehkan. Mencari masalah dengan nya sama saja mencari mati.
"Apa mungkin anak itu..." Aqua mengingat dua anak seusianya yang berdiri di dekat meja resepsionis. Salah satu ber rambut hitam dan satunya ber rambut putih.
Jika di perhatikan lagi, anak ber rambut hitam terlihat tak tampak sama sekali ketakutan di wajah nya. Apa mungkin dia yang menahan serangan Rovein?
Tapi sihir apa yang di gunakan nya? Ia bahkan tak melihat anak itu mengucapkan kata kata sihir.
Aqua terkekeh. "Menarik... Kayak nya aku harus cari tau lebih banyak tentang mereka." Ujarnya.
...*****...
Sementara itu... Zeika memandang ke luar jendela, memandang langit malam yang indah. "Ozero, kamu nggak curiga sama anak tadi? Jarang ada penyihir elemen es semuda itu loh... Setahuku hanya salah satu pangeran dari Kerajaan Sagya saya yang memiliki kekuatan elemen dari lahir. Apa dia bangsawan?" Tanya Zeika tanpa mengalihkan pandangan nya.
Ozero yang saat itu sedang berbaring di atas kasur sembari mengelus bulu lembut Aru yang tertidur di atas dada nya. "Entahlah... Aku kurang yakin. Tapi dari kekuatan sihir nya yang begitu besar memang cukup mencurigakan."
Ozero melanjutkan. "Di tambah, dia berpetualang di usianya yang begitu muda. Pasti ada alasan khusus kan?"
Zeika berbalik, mata nya tampak berbinar. "Jangan jangan minggat juga sama kaya kita?"
Ozero menatap datar. "Yakali. Kita tanya saja lah besok. Kau gak mau tidur kah?"
Bruk
"Selamat tidur."
Dalam sekejap Zeika langsung berbaring di ranjang sebelah ranjang Ozero dan terlelap begitu cepat.
Ozero, "...." Apa apaan itu, cepat sekali!
Hening menyapa, malam sudah semakin larut kala itu. Lampu lampu menyala menghiasi jalanan yang mulai tampak sepi. Beberapa menit berlalu, Zeika sudah terbuai dalam dunia mimpi nya yang indah.
Lain hal nya dengan Ozero yang masih membuka mata nya, menikmati sunyi yang melanda. Suara binatang malam yang tak terlalu keras membuat nya merasa tenang.
"Kamu gak tidur, Zero?" Tanya Aru yang baru saja terbangun.
"Aku tidak bisa tidur..." Jawab Ozero jujur.
"Kau itu masih kecil, perlu banyak tidur."
"Aku tau."
Aru melompat turun dari atas tubuh Ozero. Ia berjalan menuju dekati jendela dan memandang keluar. "Kau tau, spirit magic paling efektif di gunakan saat malam hari loh~"
Ozero melirik Aru. "Karena banyak hantu gitu?"
"Gak semua hantu itu jahat tau... Beberapa dari mereka juga baik. Kau hanya perlu memahami mereka saja, Zero."
Ozero tak menjawab. Sebelum kejadian penyerangan di desa nya, ia masih belum bisa melihat makhluk spirit dengan jelas. Hanya kilauan samar di langit atau sekedar makhluk yg Ozero kira adalah hal yang normal.
Namun semua nya berubah sejak pertemuannya dengan Aru dan iblis itu. "Aru, apa kau juga yang membuat ku bisa melihat mereka lebih jelas sekarang?"
Aru mengangguk. "Mungkin begitu, karena aku adalah roh yang cukup kuat. Tapi, ini juga mungkin di sebabkan oleh kekuatan mu sendiri yang bangkit. Kau ingat kan saat kejadian itu, ada gelombang sihir yang begitu kuat dari dalam tubuh mu."
"Jadi kekuatan itu bakal bangkit kalau aku dalam bahaya?"
"Mungkin saja, walau gak selalu seperti itu juga."
"Tapi kalau cuma ini, rasa nya masih belum cukup untuk mengalahkan para iblis itu. Aku tak bisa terus kabur kan?" Bagaimanapun juga cepat atau lambat Ozero pasti akan berhadapan oleh para iblis itu.
Ozero duduk sambil memeluk lutut nya. Untuk anak seusia nya, semua masalah ini tentu terlalu membebani nya. Walau pada akhirnya, bagaimana pun ia juga harus menyelesaikan nya.
"Apa nggak ada cara cepat melatih kemampuan ku? Di tambah lagi ada Zeika. Apa aku bisa menggunakan semua sihir ku?"
Aru menghela nafas. Rubah kecil itu berjalan mendekati tuan nya dan duduk tepat di hadapan sang tuan. "Sebenarnya ada cara untuk mempermudah mu menggunakan Magic Spirit, dengan menggunakan Magic Card."
Ozero mengernyit. "Magic Card?"
"Iya. Magic card, kartu sihir yang di gunakan untuk menyimpan kekuatan roh dalam skala besar dan meningkatkan kekuatan nya menjadi dua kali lipat dari kekuatan sebelumnya. Tapi teknik itu terlalu berbahaya untuk saat ini."
"Beritahu aku caranya, Aru! Aku tak bisa terus menunggu juga kan?"
"Hey hey... Ini bahaya loh. Apalagi kau masih anak kecil umur 12 tahun. Kalau kau kenapa napa bagaimana?" Ujar Aru khawatir.
"Aku akan hati hati kok!"
Aru menatap tajam. Ekspresi wajah nya tampak suram seperti menakut nakuti. "Kau bisa kehilangan nyawa loh."
"Aku bakal berlatih dengan hati hati! Aku gak bakal ceroboh kok! Jadi, Aru yang keren, imut lagikan menggemaskan, ajari tuan mu ini doongg~" Ozero memasang wajah memohon dengan mata bulan yang tampak berbinar.
Aru terdiam beberapa saat. Mata nya fokus menatap wajah Ozero yang di buat buat. Walau terkesan di paksakan, namun terlihat jelas bahwa tak ada sedikitpun keraguan di wajah anak itu, membuat Aru kembali terkekeh. "Tak pernah berubah..." Ujarnya pelan.
"Apa?" Ozero yang tak begitu mendengar ucapan Aru bertanya, namun rubah kecil itu justru menggelengkan kepala nya.
"Bukan apa apa... Kau yakin akan menggunakan magic card? Kalau kau gagal, aku nggak mau tanggung jawab loh."
"Aku yakin! Lagipula ini waktu yang tepat kan? Zeika sedang tidur, dia tak akan curiga juga!"
"Baiklah... Jangan protes kalau gagal."
Aru pun menjelaskan bagaimana cara pembuatan Magic Card pada Ozero.
Sebenar nya ia tak ingin memberitahukan ini terlalu cepat pada Ozero, tapi melihat kesungguhan dan keyakinan anak itu membuat nya luluh.
Menurut sejarah, Magic Card hampir sama dengan Item Box bagi para penyihir atau petualang. Namun bedanya, Magic Card dapat menampung sihir dan memperkuat nya menjadi dua kali lipat.
Caranya adalah dengan memfokuskan energi sihir dan memanggil roh elemen untuk membantu nya. Kekuatan dari roh itu akan bersatu dengan kekuatan sihir sang pemanggil yang kemudian akan berubah menjadi bentuk kartu.
Konsentrasi penuh sangat di butuhkan dalam hal ini. Selain itu, sihir yang stabil juga di perlukan untuk menarik perhatian para roh yang ada di sekitar nya untuk mendekat pada Ozero.
Mendengar penjelasan Aru, Ozero mengangguk mengerti. Mata nya terpejam, dan mencoba mengatur aliran sihir nya untuk menarik perhatian para roh di sekitar nya.
Ozero dapat merasakan hembusan angin sejuk di sekitar nya, membuat tubuhnya terasa lebih rileks dan tenang. Beberapa cahaya muncul di sekitar tubuh Ozero, tanda beberapa roh sudah mulai mendekat.
Aru yang melihat itu tersenyum lembut. Seperti harapan nya, Ozero dapat melakukan nya dengan baik. "Ternyata aku memang tidak salah pilih orang ya..."
'Hey... Ternyata memang benar, keturunan sang pahlawan sudah terlahir kembali.'
Suara halus nan pelan memasuki pendengaran Ozero, namun anak itu terus mencoba untuk tetap tenang.
'Cahaya bulan sudah kembali bersinar...'
Sring!
Sebuah lingkaran sihir muncul di bawah kaki Ozero. Lingkaran berwarna biru dengan beberapa bagian dan simbol berwarna putih cerah bersinar di bawah kaki anak itu. Angin berhembus lembut menggoyangkan rambut Ozero.
'Sudah saatnya kau kembali, my hero.'
Sosok wanita secara tiba tiba muncul di hadapan Ozero. Wanita dengan rambut panjang berwarna putih dan mata biru langit yang indah. Wanita itu berwajah cantik dan mengenakan gaun putih yang indah. Tubuhnya terlihat sedikit transparan dan di selimuti cahaya putih yang bersinar cerah.
Ia melayang mendekati Ozero, dan tersenyum padanya. "Tak perlu khawatir, aku akan membantu mu. Kau hanya perlu terus melatih kemampuan mu saja, jangan menyerah ya, Ozero Fryfer."
Wanita itu seketika menghilang, dan setumpuk kartu sihir tiba tiba muncul di hadapan nya. Kartu sihir dengan simbol bulan yang terlihat begitu indah.
Perlahan Ozero membuka mata nya, memperlihatkan mata biru dengan simbol bulan sabit perak di tengah nya.
"Kau berhasil Ozero!" Ujar Aru senang dan melompat ke arah Ozero.
"Syukurlah... Haah aku lelah..." Setelah mengatakan nya, Ozero langsung tertidur begitu saja.
"Zero! Haduh... Setidaknya sembunyikan dulu kartunya kali! Kalau ada yang lihat bahaya tau!" Kata Aru sembari mendengus kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments
AkhsRyou🐈🐻
Item Box = suatu item yang dapat digunakan untuk menyimpan sesuatu. Bisa berupa item seperti dompet, atau bisa juga dalam bentuk skill. Terdapat batasan seberapa banyak barang yang dapat disimpan di dalamnya, tergantung kualitas item atau mungkin level dari skill Item Box tersebut
2023-06-02
1
Firenia
aru: nambah kerajaanku aja
2023-05-31
0
Firenia
yang bener aja. kenal kagak tiba-tiba ditanya "kamu minggat?"
2023-05-31
0