Lebih Baik Mati Bersama

Keputusasaan yang Emi rasakan dan sampaikan pada Bagas akhirnya menyadarkan Bagas. Dia harus kuat demi wanita yang sudah mengisi hatinya itu.

Wanita yang ingin dia jaga seumur hidupnya itu. Dia ingin segalanya bisa mereka lalui bersama. Itu janji mereka dulu. Tapi saat mengalami hal seperti sekarang, Bagas hanya ingin satu. Emi tidak bersedih dan susah saat bersama dengan dirinya.

Bagas bisa mengikhlaskan Emi dengan laki laki lain asal laki laki itu bisa menjaga Emi dengan baik.

" Jangan bicara begitu lagi Yank.. maaf.. aku tidak akan mengulanginya lagi. "

" Aku hanya ingin bersama kamu. Kita bersama lewati semua ini dalam suka atau duka. Aku lebih baik mati bersama kamu daripada hidup sendiri tanpa kamu. kamu paham itu? "

Perkataan Emi membuat Bagas semakin merasa bersalah kepada Emi. Dia tidak menyangka akan mendapatkan penyakit yang sangat ganas. Padahal pola hidup Bagas sangat sehat selama ini.

" Sudah, jangan menangis lagi. Aku tidak suka melihat kamu menangis. "

" Bagaimana kalau kita menjalani pengobatan ya yank... aku tidak mau menyerah sebelum berusaha sedikitpun. "

" Aku belum siap.. aku belum bisa menerima kalau seandainya nanti aku merepotkan kamu. "

" Apa yang akan aku katakan nanti pada keluarga kamu kalau kamu terus begini. Sebelum terlambat, lebih baik kita berobat dulu ya. "

Pembicaraan antara Emi dan Bagas terjadi cukup lama dan akhirnya Bagas menyerah dan mengikuti keinginan Emi untuk melakukan pengobatan. Dia tidak mungkin membiarkan istrinya nanti di salahkan oleh keluarganya kalau dia kenapa kenapa. Jadi Bagas berencana membawa laporan hasil tes kesehataannya dan membicarakannya pada keluarganya langsung.

" Kita datang ke rumah keluarga aku dulu dekat dekat ini ya... Aku ingin memberitahu mereka soal keadaan aku. Bila nanti ada apa apa biar kamu tidak di salahkan dan kamu tidak sendirian. "

Bagas mengatakan hal itu bertujuan untuk berjaga jaga agar istrinya tidak ada di persalahkan nanti. Dan istrinya tidak menanggung beban sendirian.

" Kamu yakin ingin secepatnya memberitahu mereka? "

" Kamu tidak yakin? Kamu meminta aku untuk melakukan pengobatan. Dan pengobatan itu tidaklah murah biayanya yank.... Mungkin biaya di rumah sakit kita di tanggung oleh pemerintah. Tetapi untuk biaya yang lainnya bagaimana? Kamu perlu banyak biaya nanti. Dan kita tidak punya cukup uang untuk itu. "

Memang semua yang di katakan Bagas benar. Tetapi Emi tidak mau berhutang budi kepada keluarga suaminya itu. Dia tidak mau nanti apa yang di berikan mereka di ungikit ungkit suatu saat nanti.

Dengan berat hati, Emi menerima keputusan suaminya. Karena dia tau, dia tidak mungkin menyembunyikan hal ini dari keluarga suaminya. Karena mereka juga berhak mengetahui keadaan suaminya itu.

Jadi Emi dan Bagas sudah memutuskan memberitahu keluarga masing masing tentang keadaan mereka sekarang.

Saat malam tiba, seperti biasa Emi dan Bagas menikmati waktu mereka berdua dengan duduk berdua di halaman belakang rumahnya.

Mereka hanya duduk diam dan menikmati waktu mereka bersama.

" Tuhan... aku ingin ini untuk selamanya. Aku merasa tidak sanggup bila harus kehilangan sandaran hidup aku ini. Bila bisa, tolong buat waktu untuk berhenti saat ini juga Tuhan.. aku ingin selamanya dengan dirinya. "

Emi larut dalam pikirannya tentang Bagas. Dia menikmati saat kebersaman dengan suaminya itu. Menikmati saat di bisa bersandar di pundaknya, memeluk dirinya, bermaja seperti saat ini. Karena hal itu akan sangat sulit nanti mereka lakukan saat suaminya mulai pengobatan dirinya.

" Tuhan, bila nanti memang aku sudah tidak bisa bersama dia lagi dan tidak bisa menjaga dia, aku mohon kirimkan seseorang yang bisa menjadi tempat bersandar dirinya nanti. Kirimkan seseorang yang bisa menghapus air matanya kala dia menangis, Dan kirimkan seseorang yang bisa membuat dia tersenyum bahagia lagi. Aku terima bila aku tidak bisa bersama dia selamanya. Tetapi aku sudah membuktikan kalau cinta dan sayang aku ini selamanya untuk dia. Tidak ada wanita lain yang aku cintai selain dirinya. "

Bagas juga bergelut dengan pikirannya sendiri. Dengan harapan harapan yang dia panjatkan kepada Tuhan dan berharap itu akan terkabul nanti.

Hari berlalu, dan hari ini saat ingin pergi ke rumah mertuanya, Bagas sudah tidak sadarkan diri di kamar mandi rumahnya. Emi yang mendengar kalau ada sesuatu yang jatuh di kamar mandi membuat dia penasaran dan melihat kedalam. Dan disana dia melihat Bagas sudah pingsan.

Emi sangat panik dengan keadaan saat ini. Tetapi dia masih ingat untuk menelpon ambulan agar bisa cepat membawa suaminya ke rumah sakit.

" Aku mohon jangan secepat ini. Aku mohon... aku tidak sanggup bila harus secepat ini kehilangan. aku tidak sanggup. Tuhan tolong biarkan aku sebentar saja menikmati waktu ku lebih lama bersama dengan dirinya. "

Kata kata Emi seperti itu terus berulang dia ucapkan sampai di rumah sakit. Dan saat suaminya di periksa, Teman Emi dokter Jemmy yang sebelumnya sudah berbicara dengan dirinya soal Bagas langsung menghampiri Emi.

" Bisa kita bicara sebentar? "

" Jem... "

" Kamu sudah membicarakannya dengan keluarga suami kamu? "

" Kami berencana melakukannya hari ini. Tapi saat mandi dia sudah pingsan. "

" Kamu tau kan Mi apa yang akan terjadi bila terlalu lama kamu tunda memberitahu hal ini. "

Emi diam saja. Dia bingung bagaimana cara dia untuk bicara dengan keluarga suaminya. Karena dia tidak mungkin di percaya.

" Kamu tidak berani menghubungi mereka? kamu takut tidak di percaya? Sini biar aku yang menelpon dan menyuruh mereka datang kerumah sakit sekarang ini. "

Emi masih diam karena ragu untuk hal ini. Tapi Jemmy tidak bisa membiarkan temannya di hina dan di salahkan nanti saat suaminya kenapa napa.

Jadi Jemmy dengan berani mengambil hp Emi untuk menghubungi keluarga Bagas. Sedangkan Emi dia diam dengan pandang kosong. Dia seperti sudah tidak ada nyawa.

" Halo selamat pagi, apa ini keluarga bapak Bagas Putra. Saya dokter Jemmy dari rumah sakit Puri Bunda. Saya ingin mengabarkan kalau putra anda saat ini sedang di rawat di rumah sakit ini. Mohon untuk datang ke rumah sakit sekarang karena ada yang harus kami bicarakan dengan pihak keluarga. "

" Maaf dokter. apa istrinya tidak ada disana bersama Bagas. "

" Untuk ibu Eva saat ini tidak bisa di ajak komunikasi bu, Karena kondisi dia sedang syok berat saat ini. Saya harap bila bisa tolong datang kerumah sakit saat ini juga bu. Terimakasi. "

Akhirnya Jemmy mengakhir panggilan telponnya dan menatap Emi kasihan. Ternyata memang keluarga Bagas tidak peduli lagi dengan mereka berdua.

" Kasihan kamu Mi, keluarga suami kamu bahkan tidak oeduli lagi dengan keadaan kalian berdua. Tetapi bila kita tidak memberitahu mereka, mereka akan semakin membenci kamu. "

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!