Next Time

Biarpun tidak bisa tercapainya sebuah cita-cita... asalkan impian membahagiakan orang tua mampu kugapai tak apa.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Belajar, itulah yang dilakukan Maya dua malam sebelum esoknya UKK. Karena nilai tertinggi adalah bagian dari harapannya agar kedua orang tuanya bisa bangga dan bahagia karena puas jika, anak gadisnya mendapatkan nilai terbaik nanti saat kelulusan.

Bisa dibayangkan sulit dan pastinya amatlah tidak mudah mata pelajaran MIPA, tetapi Maya mampu menyelesaikan setiap persoalan yang tertulis di sana.

“Kira-kira besok bangku aku sama siapa, ya?”

Dalam setiap pelaksanaan UKK anak-anak akan satu kelas dengan beda kelas. Hingga mengundang rasa penasaran dari seorang Maya, hal sama juga tengah dirasakan oleh lelaki muda dan tampan dari seberang, siapa lagi kalau bukan... Keinandra.

“Besok aku harus bangun lebih awal. Aku semakin penasaran, jika orang itu nanti tidak baik... cukup diam saja.” Maya ber antusias.

Karena Maya tidak ingin bangun terlambat, pada jam 09.00 malam Maya memutuskan untuk menutup bukunya lalu lekas tidur. Dengan kaos polos dan celana kulot selutut itu Maya memejamkan mata seraya memeluk guling yang dijadikan pelampiasan saat kesedihan dan kerinduan menerpanya.

“Neng... sudah subuh. Bangun! Rana... Rani...”

Indung tidak hentinya berteriak dari depan kamar Maya sampai ketiga anaknya bangun dan membuka pintu untuknya. Dan yang membuka pintu itupun adalah anak tertuanya, Maya Lestari.

“Ada apa Indung, kok teriak-teriak segala?” tanya Maya lugu.

“Aya naon, Neng? Indung teu hayang anak-anakna telat sholat subuh. Hayu, gugah.”

“Iya, Indung. Maya sudah bangun dari tadi kok. Tapi... Rana dan Rani belum bangun. Maya bangunin sekarang deh.” Maya kembali masuk ke kamarnya.

Langkahnya terhenti setelah berada di hadapan kedua adiknya. Ya, kamar ketiganya memang satu ruangan, tetapi ranjang mereka di dusun menjadi tiga. Paling atas ada Rana, kedua ada Rani dan paling bawah Maya. Begitu sempit, tapi mereka suka kebersamaan yang tercipta.

Selang beberapa menit kemudian Rana dan Rani bangun, lalu beranjak ke kamar mandi hendak membersihkan muka dan mengambil air wudhu secara bergantian.

Jam dinding sudah berputar dengan begitu cepat, setelah pukul 06.30 Maya memutuskan untuk berangkat ke sekolah, karena di hari pertama UKK jelasnya Maya tidak ingin terlambat. Sedangkan Rana dan Rani juga memilih untuk berangkat bersama dengan kakak nya itu.

Ketiga nya menaiki angkot yang sama, seperti biasa. Rana dan Rani turun lebih dulu setelah tiba di sekolahnya, saat ini kedua saudara kembar itu menduduki bangku SMP. Keduanya kelas IX SMP, tetapi beda kelas.

“Hati-hati kalau di sekolah! Jangan lupa doa kan kakak biar lancar ngerjain soalnya. Ok!” pinta Maya bersemangat.

“Siap! Kak.” Kedua nya memberi tanda hormat, seolah menerima permintaan dari Maya.

Setiba di sekolah Maya mencari nama nya dalam daftar yang menempel di mading. Di sana tertulis kan jika kelas XII MIPA 2 satu kelas dengan kelas XII IPS 2. Dan itu tandanya Maya akan sering bertemu dengan Keinandra tanpa harus naik turun tangga.

“Hai! Bagaimana sekarang, suka kan, kalau kita satu kelas?”

“Suka, kok. Malah pake banget.”

Keinandra dan Maya seketika tertawa bersama, tidak disangka saja seolah guru memang tengah memihak hubungan dua remaja itu. Ya, walaupun tidak satu bangku, tetapi setidaknya mereka satu kelas. Itupun sudah membuat rasa bahagia tersendiri bagi pasangan remaja itu.

Bel masuk berbunyi dengan keras, semua siswa-siswi kelas XII masuk ke dalam ruangan yang sudah disediakan untuk mereka menjalani UKK pada tahun 2022. Dan pihak sekolah selalu berharap jika anak didik mereka semua akan lulus pada tahun tersebut, seperti pada tahun-tahun sebelumnya. Di mana sekolah Taruna Bakti selalu unggul nilainya dibandingkan dengan sekolah lain.

Anggap saja seperti itu ya gaes.

Tuk... Tuk... Tuk...

Seorang guru memasuki ruangan dengan amplop besar berwarna coklat, dan di dalamnya tak lain adalah lembaran soal dan jawaban yang akan dibagikan ke semua murid. Dan seketika semua murid itu menegang, memikirkan bagaimana persoalan yang akan mereka hadapi pada ujian kali ini.

“Huft! Bismillah, semoga bisa!”

Dengan segala optimis dan percaya diri yang ada dalam diri Maya, ia pun mengerjakan soal dengan santai. Karena sebelumnya ia juga sudah belajar sampai dua malam. Di tambah lagi Maya adalah murid yang berprestasi, bukan hal sulit lagi bagi Maya, kan?

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Hari terus berjalan begitu cepat, hingga hari ini adalah hari terakhir murid Taruna Bakti menjalani UKK. Apalagi mata pelajaran yang harus dihadapi hanya satu saja, hingga membuat mereka senang jika pulang pagi.

Bel berbunyi setelah dua jam anak-anak mengerjakan soal, tanda jika waktu mengerjakan sudah habis dan sekarang sudah waktunya anak-anak Taruna Bakti untuk pulang.

“Sumpah! Gue deg-degan banget pas jam terakhir tadi. Bayangin coba, ada guru ganteng banget di depan, dan gue... suka lihatnya. Tapi sialnya, gue jadi nggak fokus ngerjainnya,” ungkap Safira seraya mengibas rambutnya yang sebahu itu.

“Dasar, lo itu ya, Ra. Ingat! lo sudah punya pacar.” Ayu menekankan kalimatnya.

“Iya, gue tahu. Tapi kan, Dia nggak tahu juga. Lagian juga gue cuma lihat doang guru itu, nggak ngarep juga.” Safira mendelik sebal.

Lina dan Maya hanya tertawa saja mendengar percakapan dua sahabatnya itu. Dan sesuai rencana awal, momen akhir sebelum liburan harus diagendakan oleh keempat gadis remaja itu. Hangout, entah kemana arah tujuan mereka, yang pasti makan-makan.

“May, lo ingat janji lo sama kita-kita, kan?” tanya Safira sembari mengangkat sebelah alisnya.

Ayu, Safira dan Lina menatap tajam Maya yang masih duduk di kursi. Dan tatapan itu membuat Maya merasa takut saja, tapi Maya juga tahu kalau ketiga sahabatnya tidak akan pernah memperlakukan dirinya dengan sejahat yang para pembaca kira.

Ayu, Safira dan Lina adalah sahabat Maya yang selalu ada untuk Maya. Bahkan apapun yang dibutuhkan Maya jika Maya tidak memiliki biaya, mereka lah yang sering membantu. Persahabatan mereka begitu erat, bak saudara saja. Jika salah satu dari mereka sakit, seolah semuanya juga ikut merasa sakit. Dan jika dari salah satu mereka hancur, maka mereka semua juga ikut hancur.

“Iya, aku ingat kok. Tapi... boleh ijin dulu tidak? Emm... aku mau bertemu dulu sama Keinandra. Sebentar saja,” jawab Maya nampak ragu-ragu.

“Ok. Tapi, lo harus ingat, May! Waktu lo hari ini cuma buat kita, bukan buat Keinandra saja.” Safira menatap tajam Maya.

Maya terkekeh, lalu mengangguk_tanda jika setuju dengan yang diucapkan oleh Safira. Dan waktu yang diberikan pun hanya lima belas menit saja, setelahnya Maya harus ikut dengan Safira, Ayu dan Lina.

Maya tahu jika Keinandra sudah keluar ruang kelas sedati tadi. Dan Maya juga tahu di mana Keinandra berada, mana lagi kalau bukan ruang basket. Karena sebelumnya Keinandra sudah bilang sama Maya jika Keinandra harus mengurus sesuatu dengan teman basketnya.

“Permisi! Bisa bicara dengan... Keinandra sebentar?”

Kelima anak lelaki itu menatap Maya yang berdiri di ambang pintu dengan tatapan nanar. Tatapan yang sulit diartikan oleh Maya, karena sebelumnya mereka tidak pernah menatap Maya seperti itu. Selalu ramah dan murah senyum, bahkan selalu hapal jika Maya datang kesana.

“Emm, tunggu saja! Keinandra... masih di ruang guru. Dia... belum kesini, May.” Boy memberi penjelasan setelah menghampiri Maya.

“Oh...” Maya hanya ber oh saja seraya mengangguk pelan.

Dan tidak lama kemudian Keinandra pun datang, nampak kebahagiaan yang tersirat dari Maya. Senyum melebar dari bibir gadis pemilik bulu mata lentik itu.

“May, sejak kapan kamu ada di sini?”

“Baru saja kok, lalu kamu datang.”

“Terus, kamu mau ngomong sama aku?”

“Iya, aku cuma mau ijin sama kamu. Kalau aku mau ikut keluar sama Safira, Ayu dan Lina. Boleh, kan?”

“Boleh dong! Tapi ada syaratnya,” ucap Keinandra.

Maya mengernyitkan keningnya, lalu berkata, “Apa syaratnya?”

“Aku harus ikut. Tunggu sebentar, hanya lima menit saja dan setelah itu... aku ikut dengan kamu, May. Jika tidak diijinkan ya... berarti kamu harus ikut aku.” Keinandra mengatakan dengan penuh yakin, dan itu tanda jika tidak ingin dibantah oleh Maya.

Maya menurut saja, karena sebelum hari libur panjang yang akan mereka jalani, hari ini adalah hari terakhir bagi Maya untuk bertemu Keinandra. Dan entah next time bisa bertemu lagi atau... tidak. Takdir kah yang akan membawa mereka berjumpa.

Setelah Maya menjelaskan persyaratan dari Keinandra kepada Safira, Ayu dan Lina, tidak ada pilihan lagi selain mengiyakan persyaratan itu. Karena yang dibutuhkan mereka berkumpul bersama sebelum libur panjang. Dan setelah libur panjang telah tiba dapat dipastikan mereka akan sibuk dengan kegiatan masing-masing, demi melanjutkan masa depan yang akan mereka jalani selanjutnya.

“Ok, lo boleh ikut Kei, tapi lo pakai motor lo dan ngikuti kita dari belakang. Nggak lucu juga, kan, kalau lo satu mobil sama kita?”

“Ok, aku setuju. Tapi, ingat ya kalian! Jagain cewek aku dan jangan ngebut-ngebut nyetirnya.” Lelaki muda itu memang tidak rela jika ceweknya akan lecet sedikit saja.

“Tenang saja, kita sudah tahu itu kok.”

Mobil Safira melaju dan membelah jalan raya, lalu di ekori dengan motor Keinandra yang ada dibelakangnya. Mata Safira pun tidak lepas dari kaca spion, sesekali melihat arah belakang tepatnya melihat Keinandra yang begitu setia mengawasi Maya, ceweknya.

“May, lo itu beruntung banget punya cowok kayak Keinandra. Selain pintar, ganteng dan ketua basket ball, Dia itu tipe cowok yang... setia. Gue iri sama lo, May.”

Apa yang diucapkan Safira mengundang tawa ketiga sahabatnya saat berada di sebuah kafe yang biasa dijadikan tempat nongkrong anak muda. Dan hari itu kafe tersebut sangat ramai dihuni oleh siswa-siswi SMA yang sama-sama baru mengerjakan UKK di hati terakhir. Bukan hanya sekolah Taruna Bakti saja, tetapi juga ada berbagai sekolah lain.

“Gaes, sudah sore. Yuk kita pulang sekarang! Gue takut kalau Maya nanti dicariin sama orang tuanya.” Ayu menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

“Ok. Next time kita harus berkumpul kayak gini lagi. Dan ingat May, kita tidak butuh penolakan.” Safira kembali menekankan pada kalimatnya.

Tapi itu justru membuat Maya terkekh geli dengan perilaku ketiga sahabatnya. Dan itu adalah tanda jika sebenarnya mereka enggan untuk berpisah. Karena persahabatan yang seperti itu jarang sekali bukan?

“Karena sudah sore Maya harus pulang sama aku. Dan kalian ingat, aku tidak bisa ditolak ataupun dibantah.” Keinandra menghampiri keempat gadis remaja itu.

Tanpa mendengar apapun dari mereka Keinandra menarik lengan Maya begitu saja. Dan lagi-lagi Maya hanya bisa menurut saja dengan yang dilakukan Keinandra, karena baginya itu adalah tanda jika Keinandra sangat mencintai dan menyayangi dirinya.

‘Andai perpisahan tidak akan terjadi, pasti aku akan selalu berada di sampingmu.’

🌹

Terpopuler

Comments

mama maryani

mama maryani

sebegitu sayangnya kei sama maya,bikin iri teman"Maya aja

2024-07-04

2

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 SMA Taruna Bakti
3 Ucapan Bapak
4 Tidak Ingin Mengakhiri
5 Next Time
6 Only One
7 12 Februari 2022
8 Acara Prom Night
9 Definisi Menunggu
10 Welcome Kota Metropolitan
11 Rasa Yang Tidak Bersahabat
12 Awal Pertemuan Yang Menyenangkan
13 Seperti Orang Yang Sama
14 Akhirnya Bertemu
15 Luka Itu Duka
16 Rasa Kehilangan
17 Titik Terendah
18 Kehadirannya
19 Keputusan Yang Menguntungkan
20 Rasa Kecewa Yang Mendalam
21 Amarah Yang Membuncah
22 Janji Yang Tak Akan Hilang
23 Cinta Yang Tak Salah
24 Malam Yang Sempurna
25 Rumah Untuk Bersinggah
26 Merasa Indah Di Hari ini
27 Cinta?
28 The Law of Love
29 Mengharapkan Cinta Yang Salah
30 Sisi Baik Yang Tak Diketahui
31 Senja Yang Membuat Candu
32 Penyesalan Seseorang
33 Bumi Dan Lukanya
34 Jangan Mendekat!
35 Serpihan Sesal
36 Jumpa?
37 Insiden
38 Terbawa Emosi
39 Butuh Sandaran
40 Aku Ingin Bahagia
41 Akhirnya
42 Garis Waktu
43 Tidak Percaya?
44 Surat Untuk Tuhan
45 Mengubah Takdir
46 Tetap Mempertahankan
47 Tak Harus Sempurna
48 Dibawah Ribuan Hujan
49 Bersandar Di Bahumu
50 Siap Melangkah
51 Diary
52 Thank You My Super Hero
53 Tak Mampu Menahan?
54 Jangan!
55 Egois Yang Terlaksana
56 Tak Terduga
57 Dag Dig Dug Dar
58 Sebuah Pertanda?
59 Bukan Hanya Sekedar Gombalan
60 Penenang Hati
61 Cahaya Yang Terang
62 Melonjak Kegirangan
63 Cinta Itu Buta
64 Terimakasih Tuhan
65 Tingkah Yang Absurd
66 Menyambut Dengan Hamdalah
67 Tak Disangka
68 Mengapa Tuhan?
69 Menusuk Hingga Qalbu
70 The Promise Of a Keinandra
71 Berdamai Dengan Takdir
72 Mengapa Harus Kembali!?
73 Pelajaran Berharga
74 Tolong Hamba Ya Rabb
75 Hampir Menyerah
76 Tertahan
77 Definisi Rindu?
78 Melangitkan Harapan
79 Tangis Seseorang
80 Tragedi Yang Menyayat Hati
81 The Star I Will Keep
82 Qabiltu?
83 Tangismu Perlu Dipertanyakan?
84 Cheerfull
85 Kiss Me, Please!
86 Stressful Day
87 Berdebar Cenat Cenut
88 Kehangatan Keluarga Wijaya
89 Big Family
90 Hadirmu Bahagiaku
91 Thank You, Oh My God!
92 Terlalu Bucin
93 Aku Dan Semesta
94 Jangan Saya!
95 Proses Belajar
96 Seseorang?!
97 Festival Musik
98 Sport Jantung
99 Banjir Peluh Bersama
100 Jika Hati Sudah Bersuara
101 Penuh Teka-Teki
102 Jangan Pergi!
103 Lentera Ku
104 Tawamu Menular
105 Keputusan
106 Pamit
107 Khawatir Yang Berakhir Bahagia
108 Mengapa Terjadi?
109 Good Bye!?
110 Rasa Yang Hilang
111 Pertahanan Yang Baik
112 Thank You, Adelard
113 I'am Sorry!?
114 My Sweet Husband
115 The Moment Of Romantic
116 Malam Terindah
117 Rencana Liburan
118 Berakhir Dengan Kata Hamdalah
119 Hari Bahagia
120 Hubungan!?
121 Terbongkar
122 Nyidam
123 Pesan!?
124 Tempat Bercerita
125 Rumah Sakit
126 Langkah Awal
127 Bertemu
128 Periksa Kandungan
129 Periksa Kandungan 2
130 Merindukan Sosok Itu!?
131 Kamu Tak Perlu Sempurna
132 Meriang
133 Kisah Sempurna
134 Bergandengan Tangan
135 Quality Time
136 Bitter Memories
137 Bitter Memories 2
138 Misi Berhasil
139 Tetesan Bening
140 Merasa Kehilangan
141 Lounching Generasi Baru
142 Bidadari Kecil Wijaya
143 Gelak Tawa Yang Tercipta
144 Rindu Tak Ada Obat
145 Jangan Ada Air Mata Lagi
146 Alhamdulillah
147 Cinta Pertama
148 Mahira
149 Happy Hour
Episodes

Updated 149 Episodes

1
Prolog
2
SMA Taruna Bakti
3
Ucapan Bapak
4
Tidak Ingin Mengakhiri
5
Next Time
6
Only One
7
12 Februari 2022
8
Acara Prom Night
9
Definisi Menunggu
10
Welcome Kota Metropolitan
11
Rasa Yang Tidak Bersahabat
12
Awal Pertemuan Yang Menyenangkan
13
Seperti Orang Yang Sama
14
Akhirnya Bertemu
15
Luka Itu Duka
16
Rasa Kehilangan
17
Titik Terendah
18
Kehadirannya
19
Keputusan Yang Menguntungkan
20
Rasa Kecewa Yang Mendalam
21
Amarah Yang Membuncah
22
Janji Yang Tak Akan Hilang
23
Cinta Yang Tak Salah
24
Malam Yang Sempurna
25
Rumah Untuk Bersinggah
26
Merasa Indah Di Hari ini
27
Cinta?
28
The Law of Love
29
Mengharapkan Cinta Yang Salah
30
Sisi Baik Yang Tak Diketahui
31
Senja Yang Membuat Candu
32
Penyesalan Seseorang
33
Bumi Dan Lukanya
34
Jangan Mendekat!
35
Serpihan Sesal
36
Jumpa?
37
Insiden
38
Terbawa Emosi
39
Butuh Sandaran
40
Aku Ingin Bahagia
41
Akhirnya
42
Garis Waktu
43
Tidak Percaya?
44
Surat Untuk Tuhan
45
Mengubah Takdir
46
Tetap Mempertahankan
47
Tak Harus Sempurna
48
Dibawah Ribuan Hujan
49
Bersandar Di Bahumu
50
Siap Melangkah
51
Diary
52
Thank You My Super Hero
53
Tak Mampu Menahan?
54
Jangan!
55
Egois Yang Terlaksana
56
Tak Terduga
57
Dag Dig Dug Dar
58
Sebuah Pertanda?
59
Bukan Hanya Sekedar Gombalan
60
Penenang Hati
61
Cahaya Yang Terang
62
Melonjak Kegirangan
63
Cinta Itu Buta
64
Terimakasih Tuhan
65
Tingkah Yang Absurd
66
Menyambut Dengan Hamdalah
67
Tak Disangka
68
Mengapa Tuhan?
69
Menusuk Hingga Qalbu
70
The Promise Of a Keinandra
71
Berdamai Dengan Takdir
72
Mengapa Harus Kembali!?
73
Pelajaran Berharga
74
Tolong Hamba Ya Rabb
75
Hampir Menyerah
76
Tertahan
77
Definisi Rindu?
78
Melangitkan Harapan
79
Tangis Seseorang
80
Tragedi Yang Menyayat Hati
81
The Star I Will Keep
82
Qabiltu?
83
Tangismu Perlu Dipertanyakan?
84
Cheerfull
85
Kiss Me, Please!
86
Stressful Day
87
Berdebar Cenat Cenut
88
Kehangatan Keluarga Wijaya
89
Big Family
90
Hadirmu Bahagiaku
91
Thank You, Oh My God!
92
Terlalu Bucin
93
Aku Dan Semesta
94
Jangan Saya!
95
Proses Belajar
96
Seseorang?!
97
Festival Musik
98
Sport Jantung
99
Banjir Peluh Bersama
100
Jika Hati Sudah Bersuara
101
Penuh Teka-Teki
102
Jangan Pergi!
103
Lentera Ku
104
Tawamu Menular
105
Keputusan
106
Pamit
107
Khawatir Yang Berakhir Bahagia
108
Mengapa Terjadi?
109
Good Bye!?
110
Rasa Yang Hilang
111
Pertahanan Yang Baik
112
Thank You, Adelard
113
I'am Sorry!?
114
My Sweet Husband
115
The Moment Of Romantic
116
Malam Terindah
117
Rencana Liburan
118
Berakhir Dengan Kata Hamdalah
119
Hari Bahagia
120
Hubungan!?
121
Terbongkar
122
Nyidam
123
Pesan!?
124
Tempat Bercerita
125
Rumah Sakit
126
Langkah Awal
127
Bertemu
128
Periksa Kandungan
129
Periksa Kandungan 2
130
Merindukan Sosok Itu!?
131
Kamu Tak Perlu Sempurna
132
Meriang
133
Kisah Sempurna
134
Bergandengan Tangan
135
Quality Time
136
Bitter Memories
137
Bitter Memories 2
138
Misi Berhasil
139
Tetesan Bening
140
Merasa Kehilangan
141
Lounching Generasi Baru
142
Bidadari Kecil Wijaya
143
Gelak Tawa Yang Tercipta
144
Rindu Tak Ada Obat
145
Jangan Ada Air Mata Lagi
146
Alhamdulillah
147
Cinta Pertama
148
Mahira
149
Happy Hour

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!