Bab 3 (Bercerai)

Happy Reading.

Azka dan Icha menghabiskan waktu di sebuah mall yang ada di kota itu. Senyum Icha tidak pernah pudar dari wajahnya, dia merasa begitu bahagia bisa jalan bareng dengan Azka hari ini.

Icha merasa bahagia luar biasa, begitupun dengan Azka. Kalau mereka bersama bisa bahagia, lalu kenapa mereka tidak bersatu saja dalam ikatan pernikahan, seperti keinginan mereka sejak dulu.

"Cha, masih suka es krim?" Icha mengangguk.

Azka mengacak rambut Icha dengan gemas, sungguh dia begitu mencintai wanita yang ada didepannya ini. "Duh, nggak sabar pengen cepet-cepet bawa kamu ke penghulu, nggak rela kalau kamu nanti di taksir cowok lain, cantiknya Icha-ku bikin hati ini meleleh," Icha langsung mencubit lengan Azka yang memang pandai menggombal sejak dulu.

"Receh banget sih mulutnya sekarang, pasti sering gombalin istrinya, ya?" tiba-tiba wajah Azka meredup ketika mendengar kata-kata 'istri' dari mulut Icha.

"Sayang, Aku tuh nggak pernah gombal dengan siapapun selain kamu, apa Lagi sama Maira, dia itu udah aku anggap seperti adikku sendiri. Kamu tahu 'kan kalau kita dulu tetanggaan di desa sewaktu kecil, jadi rasanya tuh aneh aja kalau aku tiba-tiba nikah sama cewek yang udah aku anggap sebagai adikku sendiri," ujar Azka, "coba deh kamu bayangin, misalkan kamu sama adik sepupu kamu yang dari kecil itu udah barengan main bareng terus, Kalian pisah bertahun-tahun setelah itu kalian dijodohkan dan menikah, kan aneh rasanya! nah itu yang aku rasakan sama Maira," jelas Azka membuat Icha tersenyum.

"Terima kasih," ucap Icha.

"Untuk?"

"Untuk tetap menjaga hatimu untukku, aku jadi semakin yakin ingin bisa hidup bersamamu dan kita menua bersama," jawab Icha.

"Kalau gitu biarkan aku melamar kamu secepatnya dan kita bisa nikah," ujar Azka.

Keduanya tersenyum lebar, memupuk cinta yang awalnya harus terkubur kini timbul lagi ke permukaan, membuat perasaan Icha dan Azka sungguh bahagia.

Mereka lupa jika ada seorang wanita yang tengah risau di rumah. Amaira tiba-tiba merasakan perasaannya gundah gulana. Entah kenapa, tetapi perasaan itu tidak mau hilang dari hatinya.

Melihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul 03.00 sore, Amaira segera mengambil air wudhu untuk menyambut waktu Asyar.

Adzan berkumandang terdengar jauh di ujung sana, karena mushola di komplek itu memang berada di ujung.

Amaira menunaikan hajatnya sebagai Muslim, setelah melaksanakan salat ashar Amaira bermunajat kepada yang maha kuasa. meminta kepadaNya agar hatinya selalu diberi keikhlasan dan dilapangkan. Amaira juga berdoa meminta agar hati suaminya segera dibukakan, memiliki perasaan yang sama untuknya.

Meskipun sudah bermunajat kepada Tuhan semesta alam, hati Amaira masih begitu resah. Padahal seingatnya dia tidak memiliki masalah apapun. Akhirnya wanita itu memutuskan untuk menghabiskan sorenya dengan membuka Al-Qur'an. Membacanya agar hatinya lekas tenang.

Ayat demi Ayat Amaira baca, sampai akhirnya tidak terasa dia membaca hampir satu juz. Amaira menutup mushaf Al-Qur'an itu dan menciumnya tiga kali, kemudian dia letakkan di atas lemari yang tidak terlalu tinggi di dalam kamarnya.

Amaira memutuskan untuk membersihkan diri dan segera masuk ke dalam kamar mandi. Selama 10 bulan ini dia merasa hidupnya hanya berjalan di tempat, memang semenjak menikah dia tidak bekerja karena Amaira ingin menjadi istri yang hanya berdiam diri di rumah.

Meskipun sejatinya dia juga tidak terlalu bisa menghadapi dunia luar di perkotaan seperti ini, memilih berdiam diri di rumah membuat Amaira merasa lebih nyaman.

Amaira keluar dari dalam kamar mandi sudah memakai gamis rumahan, kemudian dia mengoleskan pelembab di wajahnya sebagai perawatan. Amaira tidak perlu memoleskan lipstik di bibirnya karena warna bibirnya sudah merah alami.

"Pake kerudung yang ini saja, warnanya lebih cerah dari bajuku," gumam wanita itu.

Kemudian memakai jilbab instan yang panjangnya sampai paha.

Amaira mendengar suara deru mesin mobil suaminya seperti berhenti didepan rumah. Bukankah Azka bilang kalau dia tidak akan pulang? Tapi kenapa ini baru jam 4 sore Azka sudah ada di rumah.

"Sepertinya itu suara mobil Mas Azka?" Amaira segera keluar dari dalam kamar.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, mas! Kok sudah pulang? Katanya malam ini tidak pulang?" tanya Amaira mendekati suaminya.

Sebenarnya dia ingin sekali menyalami tangan itu, seperti pasangan suami istri diluar sana, tapi apalah daya Azka sepertinya tidak mau disentuh olehnya.

"Ada yang mau aku bicarakan padamu, duduklah!" Azka meminta Amaira duduk di sofa ruang tamu.

Lalu dirinya juga duduk di single sofa di sampingnya. Jantung Amaira berdegup kencang, dia merasa jika apa yang akan dikatakan suaminya ini adalah hal yang tidak ingin dia dengar.

Tapi tentu saja Amaira tidak bisa untuk tidak mendengar karena Azka kali ini benar-benar sudah memantapkan hatinya untuk menceraikan istrinya itu.

"Aku tidak ingin basa basi, Amaira Maulida, ayo kita bercerai!"

Bersambung.

Terpopuler

Comments

✨Nana✨

✨Nana✨

sabar amaira ...mngkn azka emang bkn jodohmu....klo dia mau cerai silahkan aja...diluar sana km akan mendapatkan kebahagiaan lebih...buat apa bertahan dlm.pernikahan toxic mcm ini

2024-01-24

0

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

sabar Amaira..Azka pasti akan menyesal..

2023-06-19

3

Agus Purwanto

Agus Purwanto

😭😭😭 kasian amairs

2023-04-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!