“Boleh. Ayah ijinkan. Tapi jangan kasar,” jawab ayah Hana.
“Maksud Ayah?” Joshua masih bingung dengan kata “kasar” yang dimaksud.
“Hubungan suami istri kalian lakukan dengan lembut.”
Seketika itu wajah Joshua memerah.
“Jangan bilang kalau belum pernah tidur dengan wanita sebelumnya?” Ayah Hana tahu jika Joshua adalah pria baik-baik tetapi ini di luar dugaannya.
“Jadi, kamu masih ...” Ayah melihat wajah Joshua yang sudah kepiting rebus.
“Ayah akan ajari kamu malam ini. Ini kursus kilat. Jika besok-besok kamu merasa kesulitan bisa konsultasi ke ayah lagi.” Ayah Hana lalu memberikan beberapa tips.
Awalnya Joshua malu-malu. Tetapi ia mendengarkan dengan seksama. Ini pasti berguna di masa depan.
Ayah Hana melihat jam dinding. “Sudah jam dua. Kita harus tidur.” Ayah Hana mengakhiri sesi belajar mengajarnya. Begitu menutup mata, ayah Hana langsung tertidur.
Tetapi tidak dengan Joshua. Dalam posisi berbaring ia menatap langit-langit kamar.
Ayah, apa besok aku bisa melakukannya? Jika aku melakukannya, apa itu artinya aku jadi gigo**? Pria yang dibayar untuk memuaskan keinginan wanita. Tapi bagaimana jika nanti Hana hamil? Apa nantinya aku boleh melihat anakku?
Karena lelah, Joshua tertidur.
Keesokkan harinya.
Joshua hendak ikut berangkat bersama ayah Hana ke lokasi reading (pembacaan skenario). Ia akan belajar dari ayah Hana. Tentang cara menyutradarai sebuah film.
“Kakak tinggalin aku lagi?” Hana cemberut. Ia berharap bisa bersama Terius seharian.
“Aku kan harus bekerja biar bisa dapet uang. Untuk kamu juga. Di rumah juga aku bisa ngapain.”
“Kita bisa buat anak,” ceplos Hana.
Joshua yang baru saja hendak meneguk air jadi tersedak.
“Bukannya Kakak kepengen punya anak banyak? Lima kan yang Kakak mau supaya bisa bikin tim futsal. Itu aku sudah mengalah lho karena karena aku mau sebelas anak.”
Joshua tersedak lagi. “Hukh ... Hukh ...”
Hana menepuk-nepuk punggung belakang Joshua. “Jangan terlalu capek kerjanya. Malam nanti kita harus begadang.”
Joshua pergi bersama ayah Hana ke lokasi reading. Para aktor sudah berkumpul untuk membaca skenario film. Joshua mengambil tempat di sudut ruangan. Ia akan mengamati dari jauh.
“Te, duduk sini. Kamu gantiin aktor C yang nggak datang hari ini.“ Ayah Hana memanggil Joshua. Joshua menoleh ke kanan dan ke kiri. Ia baru sadar jika ia yang dipanggil. Nama Terius masih terasa asing bagi telinganya.
Joshua duduk di sebelah ayah Hana.
Satu persatu aktor membacakan skenario mereka. Giliran dialog aktor C. Joshua membacanya dengan nada datar.
“Tidak seperti itu. Harus ada emosi di kalimat yang kamu ucapkan. Ingat tokoh ini punya dendam terhadap lawan bicaranya. Tidak mungkin ia hanya bernada biasa.” Ayah Hana lupa jika Joshua hanya pengganti aktor C dalam sehari. Seharusnya ia melewatkan kesalahan Joshua begitu saja.
Joshua mengucap ulang dialog aktor C.
“Sudah lebih baik tapi masih agak kurang. Jangan lupa melatihnya lagi nanti,” kata ayah Hana. “Kita lanjutkan dialog berikutnya.”
“Baik, Yah. Baik, Pak.” Joshua meralat ucapannya. Ia tahu ia sekarang statusnya setara dengan aktor lain. Ia harus menghormati ayah Hana.
Joshua belajar banyak hari ini. Para aktor yang di-casting begitu hebat. Mereka langsung bisa menyatu dengan tokoh yang mereka perankan. Kalaupun ada salah, ayah Hana langsung memperbaikinya.
Sore hari.
Joshua tiba di rumah bersama ayah Hana. Hana langsung menghampiri Joshua dan memeluknya. “Kakak capek? Mau aku pijitin? Atau mau aku?” Hana berkata blak-blakan.
Joshua berbisik. “Hana, masih ada ayah di sini.” Joshua malu. Tetapi sepertinya anggota keluarga di rumah Hana itu tidak menahan diri dalam hal berbicara.
“Ayah juga seperti itu dengan ibu. Kakak tak perlu malu.” Hana ikut berbisik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments