Hana tak punya semangat hidup. Sehari-hari ia hanya melamun. Memandang di kejauhan dengan tatapan kosong. Terkadang tertawa terbahak-bahak tanpa sebab. Ayah dan ibunya cemas.
“Ayah ... Kita harus melakukan sesuatu. Hana akan berakhir di rumah sakit jiwa jika hal ini terus berlangsung,” kuatir Ibu Hana.
“Apa yang bisa kita lakukan? Hana masih belum bisa menerima kenyataan jika Terius sudah meninggal.”
Ibu dan ayah Hana terus berpikir dan berpikir. Sampai akhirnya di ruang audisi ayah Hana yang berprofesi sebagai sutradara melihat aktor pemula yang berwajah sama dengan Terius. Tidak hanya itu saja tubuhnya juga mirip dengan Terius hanya terlihat sedikit kurus.
Joshua, nama aktor pemula itu. Ia memperkenalkan dirinya. Ia terlihat sedikit gugup.
“Selamat siang. Perkenalkan. Nama saya Joshua. Saya akan memperagakan adegan ke 20.”
Josua mulai menunjukkan aktingnya. Hanya ada satu kalimat. Tapi ia sudah melatihnya sambil menunggu gilirannya dipanggil masuk ke ruangan audisi.
Joshua tidak mendapatkan peran yang ia inginkan. Tetapi ia akan mendapat peran yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Ayah Hana menghubungi Joshua. Ia menawarkan “peran” untuk Joshua. “Jadilah Terius. Suami dari putriku. Aku akan memberikan uang yang banyak untukmu.”
Ayah Hana menyodorkan foto Terius.
Joshua terkejut melihat wajahnya di foto itu. Tetapi ia tahu ia bukan pria itu. Pria yang bernama Terius itu terlihat begitu terawat.
“Putri Anda akan tahu siapa saya.”
“Aku akan mengajarimu untuk menjadi Terius.”
“Saya akan memikirkannya.”
Joshua pulang ke rumah yang tidak bisa dibilang rumah. Rumah sepetak dengan dinding dari triplek yang mulai bergoyang jika angin kencang dengan lubang di mana-mana. Membuat tikus sering keluar masuk tanpa seijin dirinya.
Perutnya terasa lapar. Joshua melihat isi dompetnya. Hanya ada tersisa selembar uang dua puluh ribu.
Cuma bisa beli beras sekilo dan telur.
Joshua menuju warung terdekat. Ia membeli beras sekilo, satu butir telur dan satu bungkus mi instan. Sesampainya di rumah, ia hendak menyalakan kompor.
Cetek. Cetek. Knop kompor gas yang ia putar hanya berbunyi.
Sial! Gas habis.
Joshua meremas bungkus mi instan dan memakannya tanpa dimasak. Suara rintik hujan terdengar. Atap yang bocor ikut menitikkan air hujan ke dalam rumah.
Apa sebaiknya aku menerima tawaran bapak itu, ya. Setidaknya perutku bisa terisi setiap hari. Aku juga bisa tinggal di tempat yang layak.
Keesokkan harinya.
Joshua menghubungi ayah Hana. Ia bersedia menjadi Terius. Ayah Hana mengajari Joshua cara menjadi Terius. Ia menunjukkan foto-foto dan video Terius. Dan meminta Joshua memanggilnya ”Ayah.”
“A ... yah.” Joshua terasa kikuk. Sejak lahir, mungkin sejak dalam kandungan ibunya ia tak pernah mengenal siapa ayah kandungnya.
“Jangan kaku seperti itu, Terius itu sangat pintar bergaul. Saat Hana membawanya ke rumah untuk pertama kali, aku dan ibunya langsung setuju dengan Terius.”
“Ayah.” Joshua masih kikuk.
“Ini foto putriku, Hana.” Ayah Hana memperlihatkan foto Hana.
Cantik. Joshua tersenyum tersipu-sipu. Ini istri Terius?
Ayah Hana memperlihatkan foto ibu Hana. “Ini foto ibu Hana. Ia sudah tahu rencana kita. Ia akan ikut serta dalam perlakonan ini. Latihlah dirimu untuk memanggilnya ibu.”
“Ibu ...” Kata yang tak pernah terucap dari bibirnya. Membuat mata Joshua berkaca-kaca.
Ayah Hana lalu memberikan amplop tebal untuk Joshua. "Makan yang banyak. Kamu harus membuat dirimu menjadi sedikit berisi. Dengan begitu kamu jadi persis sama seperti Terius."
"Terima kasih, Om."
"Bukan Om. Tapi ayah."
"Terima kasih, Ayah."
...***...
Joshua melatih dirinya untuk menjadi Terius. Joshua berpakaian dan bertingkah laku seperti Terius.
Ayah Hana lalu membawa Joshua menuju rumahnya.
Joshua melihat rumah yang begitu besar dan megah. Rumah yang hanya ada dalam bayangannya saja. Joshua melangkahkan kakinya.
Sekarang namaku bukan Joshua. Aku punya istri. Aku punya ayah. Aku punya ibu. Aku punya keluarga sekarang.
Sekarang namaku Terius.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments