Ibu Hana melihat Joshua. Ia benar-benar seperti Terius.
“Ibu.” Joshua memeluk ibu Hana. Ibu Hana terlihat sedikit kikuk. Ia tahu pria yang di depannya ini bukan Terius. Tetapi ia sudah bersepakat dengan sang suami dalam sandiwara yang dibuat oleh suaminya.
Ayah Hana lalu mengajak Joshua ke kamar Hana. Hana terlihat lemah. Ia menolak untuk makan sejak kemarin.
“Hana, lihat siapa yang datang,” ucap ayah Hana.
Hana melihat sekilas. Ia langsung berlari dan memeluk Joshua. “Kak, kamu masih hidup!”
“Siapa yang bilang aku sudah mati?” tanya Joshua yang sedang berperan sebagai Terius.
“Ayah. Ibu juga. Aku juga melihat batu nisan milikmu di makam.” Hana menangis karena melepas rindu.
Joshua memeluk Hana dengan erat. “Maaf. Itu cuma prank. Kamu tahu kan kalau aku suka bercanda.”
“Tapi becandanya kali ini keterlaluan.” Hana cemberut.
“Kata ayah kamu belum makan dari kemarin. Mau aku suapin?”
“Iya.” Hana menggandeng Joshua dan membawanya masuk ke dalam kamar. Hana duduk di ranjang. Sedangkan Joshua duduk di kursi dekat Hana. Ia mengambil piring berisi lauk di atas nakas dan mulai menyuapi Hana.
“Kakak sudah makan?” Hana bertanya.
“Sudah.” Tetapi perut joshua tiba-tiba berbunyi. Joshua jadi malu.
“Perut Kakak nggak bisa boong. Kakak ikut makan juga.” Hana menyodorkan sendok berisi nasi dan lauk yang ditujukan untuk dirinya ke bibir Joshua.
“Kakak selama ini ada di mana? Aku telepon nggak diangkat.”
“Aku ... Aku ada di rumah. Ponselku hilang jadi nggak bisa angkat teleponmu.”
“Tapi kenapa Kakak nggak jenguk aku di rumah sakit. Aku itu istri Kakak lho. Kakak sudah nggak sayang sama aku?”
Joshua bingung harus menjawab apa. Bukan salah dirinya ia tidak menjenguk Hana. Ia sendiri bukan Terius.
“Aku lagi sibuk,” jawab Joshua asal.
“Kakak tahu. Aku itu sampai mau ceraiin Kakak.” Hana mengambil surat cerai dari laci nakas kemudian merobeknya. “Ini sudah nggak berguna lagi.”
Sementara itu di ruangan lain.
“Ayah, Joshua itu benar-benar mirip Terius. Ibu sampai kaget. Ibu kira Terius bangkit dari kuburnya,” kata ibu Hana.
“Sst. Jangan pernah sebut nama Joshua lagi di rumah ini. Ibu harus ingat nama Terius saja.”
“Tetapi, Yah. Apa tidak apa-apa membiarkan mereka tidur sekamar. Mereka bukan suami istri.”
“Tetapi Terius adalah suami Hana. Jika mereka tidur terpisah ...” Ayah Hana mulai berpikir yang tidak-tidak.
Joshua itu juga seorang pria.
“Ayah akan minta Terius tidur bersama ayah. Jadi tidak akan terjadi apa-apa untuk malam ini.”
“Malam berikutnya, Yah?”
“Ayah akan pikirkan lagi besok.” Ayah Hana juga tahu Joshua harus tidur sekamar dengan Hana supaya Hana tidak curiga.
Ayah Hana lalu menuju ke kamar Hana dan meminta Joshua tidur bersamanya malam ini.
“Ayah, istri kak Terius itu aku. Bukan ayah.” Hana tidak mau Joshua tidur bersama ayahnya.
“Ada yang mau ayah bicarakan dengan Terius. Besok kalian bisa tidur bersama.”
“Baiklah. Aku mengalah. Malam pertamaku dengan kak Te tertunda lagi.” Hana menghembuskan nafasnya. “Besok Hana nggak ijinkan ayah tidur sama kak Te.”
Eh? Hana dan Terius belum ... Joshua mengira jika Hana dan Terius sudah tidur bersama.
Di kamar ayah Hana.
Suasana sedikit kikuk. Joshua bingung harus berkata apa. Ia sekarang adalah Terius yang notabene adalah suami Hana. Dan kewajiban suami adalah memberi nafkah batin.
“Ayah, besok aku boleh tidur dengan Hana?” Joshua bertanya dengan polosnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments