Bab 4

Aris melotot menatap Anna yang masuk rumah sedetik setelah mamanya masuk.

"Kamu kemana aja hah?! Lelet sih!! Tuh liat mama jadi kehujanan"bentak Aris.

Anna hanya bisa menunduk memegang payung yang ia bawa yang tak terpakai. Sang mama membelanya dengan bilang kalau ia nebeng payung dengan ibu dari rumah sebelah berharap Aris tak marah-marah terus.

"Udah gak apa-apa, hujannya gak gede ini"kata mama.

"Gak gede dari mana?! Liat tuh diluar!"tunjuk Aris keluar jendela menunjuk keluar yang sedang hujan angin sangat besar, Aris membentak tapi bukan ke mamanya tapi adiknya yang tak berguna.

"Udahlah males ngebilanginnya juga"kata Aris terkahir naik kelantai dua kekamarnya.

Sang mama hanya menghela nafas panjang dan berlalu melupakan anak keduanya yang masih berdiam diri didepan pintu utama dengan baju basah kuyup dan kotor.

Anna masuk kekamarnya melepas semua pakaiannya yang ia masukan kekeranjang cucian dan memilih membersihkan diri dikamar mandi.

***

Malamnya setelah makan malam tanpa Aris yang katanya males melihat Anna, Anna kembali kekamarnya untuk belajar untuk olimpiade besok.

Mengabaikan Aris yang marah padanya karena ia yakin kakaknya itu saat sarapan akan ada dimeja makan sarapan bersama yang lainnya.

Anna berlajar dengan gelisah berharap kerja kerasnya tak membuat kecewa orangtuanya. Anna sudah melakukan segala hal untuk belajar untuk mendapatkan nilai tertinggi jadi ia harap hasilnya sepadan.

Jam 1 malam. Anna terkejut melihat jam karena ia sudah terlalu berlebihan belajar malam ini padahal besok ia ada olimpiade, buru-buru ia membereskan mejanya dan tidur.

Paginya benar seperti perkiraannya, Aris berada dimeja makan sedang memakan makanannya. Anna berangkat tanpa ada kata semangat dari orangtuanya untuknya yang akan lomba itu, ya mungkin karena Anna tak memberitahu mereka, ia pernah bilang pun ia tak akan mendapat kata semangat dari mereka membuatnya trauma, jadi lebih baik tak tahu saja toh tak penting ini untuk mereka.

Sampai disekolah Anna berjalan disisi karena trauma dengan kejadian tempo hari dimana Azriel hampir menabraknya.

Anna dan Azriel hanya mengikuti kelas sampai jam 9 dan selebihnya mereka dispen. Mereka keluar kelas bersama setelah pamit dengan guru yang sedang mengajar, berjalan terus sampai ke parkiran dimana sudah ada pak Sugeng dan seorang guru perempuan pendamping lainnya berdiri disamping mobil pribadi pak Sugeng.

"Tau kan jalan ke SMA Nusa nya?"tanya pak Sugeng pada Azriel yang sudah naik ke motornya dan menyalakan mesin. Azriel mengangguk saja lalu memberikan helm pada Anna.

"Yaudah hati-hati ya kalian, jangan ngebut-ngebut ya Azriel"kata Bu Lia yang masuk kedalam mobil pak Sugeng dan mobil itu pergi duluan.

"Dah?"tanya Azriel yang sudah siap berangkat melihat Anna yang sudah memakai helmnya mengangguk.

Dibantunya Anna naik ke motornya dan mereka berangkat bersama menuju tempat olimpiade diadakan. Seperti biasa, setiap ada olimpiade mereka berdua akan berangkat bersama menggunakan motor Azriel.

Diperjalanan menuju SMA Nusa Anna dan Azriel saling diam, selalu seperti itu jika mereka satu motor. Anna memegang tas Azriel dengan erat dengan pikirannya mencoba fokus mengingat hal-hal yang sudah ia persiapkan.

Motor Azriel memasuki kawasan sekolah SMA Nusa membuat mereka menjadi pusat perhatian, karena sepertinya kelas dikosongkan karena akan ada olimpiade yang diadakan dibeberapa kelas yang dipilih.

Mereka berdua menjadi pusat perhatian bagi para peserta lain dan juga bagi anak-anak dari SMA Nusa sendiri. Bukan karena pakaian yang mereka berbeda sendiri, tapi kedua orang itu terkenal dengan sebutan pasangan jenius dari SMA Arya.

Anna dibantu Azriel turun dari motor melepas helmnya dan memberikannya pada Azriel. Menatap bangunan sekolah adiknya itu, Sarah.

"Disuruh ke lantai 2 gedung B katanya"kata Azriel melihat ponselnya pada Anna.

Mereka berjalan masuk kesekolah dengan Anna berjalan dibelakang Azriel mengekori laki-laki itu pergi.

Anna takut tanpa sebab atau mungkin karena ia takut bertemu dengan adiknya mungkin.

Bruk.

"Maaf"kata Anna buru-buru saat tak sengaja menabrak tubuh bagian belakang Azriel yang berhenti tiba-tiba.

Anna mengintip dari balik Azriel ingin mengetahui apa yang membuat laki-laki itu berhenti dan ia melihat gadis cantik dengan rambut bergelombang tersenyum manis pada Azriel lalu senyum itu hilang saat melihat Anna yang ada dibelakang Azriel.

"Hai Jiel. Mau aku anter ke tempat olimpiade nya?"tawar Inggrid setelah mengubah kembali wajahnya menjadi gembira melihat Azriel.

"Gak usah, dah tau"kata Azriel melewati Inggrid begitu saja.

Anna yang melihat Azriel berjalan buru-buru mengejarnya. Jika saja Inggrid tak menjegal kakinya dan membuatnya oleng tapi tak terjatuh tapi tetap saja menjadi pusat perhatian karena kerasnya Anna mengaduh karena terkejut.

"Aduh"seru Anna mengaduh saat kehilangan keseimbangan dan menubruk Azriel. Lagi.

"Sorry"kata Inggrid merasa bersalah tapi dengan senyuman meremehkan.

Azriel menatap cewek itu dengan kesal. Ia menarik Anna agar cepat-cepat pergi dari sana.

Azriel dan Anna sampai didepan ruang kelas yang akan dipakai untuk lomba, disana ada pak Sugeng dan Bu Lia menunggu mereka.

Mereka diberikan masing-masing nametag dan pak Sugeng menyuruh mereka memilih kelas yang akan mereka masuki, bukan karena soal dikelas ini lebih sulit daripada kelas itu, bukan, cuma untuk senang senang saja apalagi Sugeng melihat Azriel dan Anna yang melakukan suit untuk memilih, kekanakan sekali, untung saja mereka masih pakai seragam sekolah dan belum dewasa karena belum memiliki kewarganegaraan.

Yang menang pilih kelas B dan yang kalah memasuki kelas A dan yang menang Anna membuatnya masuk kelas B dan Azriel kelas A.

"Oke semangat"seru pak Sugeng menepuk punggung keduanya.

Azriel dan Anna saling menatap lalu saling tersenyum, bertos saling menyemangati.

"Good luck"kata mereka seraya hifive dan mereka berbalik membelakangi masing-masing dan masuk ke kelas pilihan mereka masing-masing.

Bu Lia menatap indah anak didiknya itu. "Senang rasanya melihat mereka begitu percaya diri dan Azriel yang tersenyum seperti itu benar-benar bikin hati adem"kekeh Bu Lia.

Pak Sugeng hanya menggeleng tak habis pikir dengan patnernya itu. "Ya memang, tapi senyuman itu cuma kelihatan saat seperti ini saja dan untuk Anna saja"tambah pak Sugeng.

***

Anna tenang dimejanya mengerjakan soal-soal olimpiade itu dengan mudah lancar tanpa hambatan, ia duduk dipaling belakang dan ia merasa pengawas sering melihat kearahnya membuat Anna merasa tak nyaman, ia merasa kalau ia sedang ketahuan menyontek.

Membuatnya ragu dengan jawaban yang ia tulis disoal tersebut dan itu membuat Anna gelisah dan memakan waktu lama disoal tersebut.

Ini bener kan? Rumusnya emang gini kan? 12 pangkat 0 satu kan?

Banyak sekali pertanyaan tak berguna dikepalanya membuat Anna kesal sendiri.

'Mereka ngeliatin Lo terus tuh gara-gara seragam lo'

Perkataan Azriel tiba-tiba terlintas dikepalanya, perkataan laki-laki itu saat Anna pernah mengeluh kalau para pengawas sering memperhatikannya membuatnya tak fokus.

Bener. Oon banget sih kamu Anna.

Anna tersenyum dan kembali fokus mengerjakan soal berikutnya dengan lancar karena ia sudah mendapatkan kembali fokusnya. Dalam hati Anna berterimakasih pada Azriel.

"Hatchihhh"

Ruangan hening itu tiba-tiba gaduh karena Azriel yang tiba-tiba bersin. Membuat pengawas memberikan mereka para peserta peringatan termasuk Azriel yang tak peduli mengerjakan soal nya terus sesekali menggesek hidungnya yang terasa gatal.

Waktu habis dan para peserta boleh meninggalkan ruangan kelas. Dan olimpiade selesai setelah para peserta mengerjakan seratus soal kimia fisika dan matematika yang digabung itu.

Anna keluar bersama dengan para peserta dari kelasnya, menghampiri Bu Lia yang menunggunya diluar kelas dan mereka sedang menunggu Azriel yang keluar paling terakhir sendirian seperti biasa.

"Udah bareng kan? Kalian makan aja dulu dikantin sambil nunggu hasilnya nanti yang bakal diumumin habis ashar"kata Bu Lia yang diangguki kedua anak didiknya.

"Ibu mau nyusul pak Sugeng yang lagi ngeliatin proses penilaian, kalo ada apa-apa hubungi ibu aja oke"tambahnya sembari meninggalkan kedua anak didiknya itu.

Anna berjalan mengikuti Azriel dibelakang menuju kantin SMA Nusa. Sampai disana mereka berpencar, Azriel membeli soto dan Anna memilih membeli batagor karena ia tak terlalu lapar.

Azriel mencari tempat duduk dengan kedua tangan membawa nampan berisi semangkuk soto dan es jeruk dan air mineral.

Azriel melihat beberapa peserta yang ia kenali wajahnya karena sering ikut olimpiade yang sama terlihat melambaikan tangan mereka padanya, karena Azriel baik hati dan tidak sombong ia mendekati mereka dan duduk disalah satu kursi yang kosong.

Mereka pun saling mengobrol membicarakan tentang soal tadi dan Azriel hanya mendengarkan saja fokus dengan sotonya.

Anna tak tahu kalau tukang batagor begitu banyak yang mengantri, ia mencari kursi saat telah mendapatkan sepiring batagor dan sebotol air mineral.

Melihat sekeliling dan ia tanpa sengaja saling tatap beberapa detik dengan salah satu peserta tadi yang duduk bersama disatu meja penuh dengan peserta lain yang langsung mengalihkan pandangannya.

Anna yang menyadarinya mengambil duduk dimeja kosong agak jauh dari meja mereka dan membuka botol airnya meminumnya dan memakan batagornya dengan tenang.

"Eh Lo liat tuh cewek dari Arya itu"kata salah satu peserta yang duduk tak jauh dari meja Azriel berada pada temannya.

"Oh yang sendirian itu, kasian amat kenapa gak ajakin duduk tadi"kata temannya itu bingung pasalnya ini pertama kalinya ia mengikuti olimpiade.

"Lo baru sih, Lo gak tau aja tiap dia istirahat setelah lomba pasti duduk sendirian begitu"kata peserta itu sedikit kecil tak ingin ada yang mendengar selain mereka berdua.

Sedangkan tanpa mereka sadari semua orang dimeja dekat mereka menatap Azriel yang terlihat tak peduli menyeruput es jeruknya hidmat sembari memainkan ponselnya.

Membuka grup kelas kemudian memilih nomer Anna untuk dikirimnya pesan, tapi sebelum mnegetik pesan yang diinginkan Azriel melihat kearah Anna yang anteng memainkan ponselnya membuat Azriel mengurungkan niatnya memilih menunggu panggilan dari pak Sugeng atau Bu Lia agar kembali.

Bahkan jika para peserta lain sudah duluan pergi pun Azriel akan tetap diam disana begitupun dengan Anna karena mereka tanpa saling tahu begitu kompak karena malas pindah tempat.

Bu Lia

Kalian dimana? Ke gedung serbaguna sekarang

Azriel dan Anna dengan kompak berdiri lalu saling melihat dan mereka pergi dari tempat mereka dengan Anna berjalan dibelakang Azriel.

***

Sarah mengeluh saat waktu pulangnya diundur karena pihak sekolah menyuruh mereka untuk tidak pulang dulu dan disuruh mengisi kursi kosong diruang serbaguna yang luasnya seperti 4 kali lapangan voli itu.

Duduk diantara teman-teman sekelasnya memberengut karena pihak sekolah meminta mereka untuk melihat penerimaan hadiah untuk para pemenang olimpiade.

"Kenapa juga kita disuruh jadi tim hore coba? Gue ada jadwal sama doi tau"keluh Mira teman sebangku Sarah.

"Ya karena sekolah kita jadi tuan rumah terus ada yang ikutan juga dari sekolah kita, siapa tau menang"kata Rena yang duduk disisi lain Sarah.

Sarah hanya mendengarkan toh ia tak peduli acara seperti ini, kepalanya sudah penuh dengan game online yang harus ia mainkan pulang sekolah hari ini.

Pintu disamping ruangan terbuka dan memperlihatkan sepasang remaja dengan seragam berbeda dari sekolahnya dan lainnya yang ada diruangan tersebut.

Sarah rasa semua orang yang mengetahui keberadaan sepasang remaja itu melihat kearah mereka sampai kedua remaja itu duduk dikursi disamping seorang wanita yang mereka yakin guru pendamping mereka.

"Eh yang tadi itu kak Azriel kan?!"seru Mira heboh.

"Huuh ganteng banget sumpah, mana tinggi banget"tambah Rena membuat Sarah yang berada diantara mereka mendadak kehilangan mood.

"Baiklah kita mulai saja penyerahan piagam penghargaan kepada para murid-murid berprestasi ini"kata seorang guru pria yang Sarah tahu itu guru kimia kelas 12 sekaligus kesiswaan di sekolahnya.

"Kalo ada kak Azriel, pasti dia yang menang gue yakin itu"kata Mira semangat.

"Kok bisa?"tanya Sarah bingung.

"Lo gak tahu? Setiap kak Azriel itu ikut lomba kek begini dia pasti dapet juara satu terus"kata Rena yang diangguki Mira dengan semangat.

Sarah hanya mengangguk saja memperhatikan pembawa acara yang bersiap memanggil siswa yang menang juara ketiga.

"Iriana Laras dari SMA negeri 1"kata MC dan mereka semua bertepuk tangan.

Sarah bertepuk tangan sambil terkekeh. "Well kepsek sekarang dugun dugun, karena cuma bisa berharap kalau siswa sekolah sini dapet juara dua"kekeh Sarah.

Mira dan Rena menatap Sarah bingung. "Kok gitu?"tanya Rena.

"Ya kan karena juara tiga udah dari sekolah lain dan juara satu udah pasti kata kalian kak Azriel itu, ya tinggal juara 2 dong"jelas Sarah.

Mira menggeleng. "Lo juga gak tau soal ini keknya"

"Sekolah kita udah gak ada harapan cuy, karena harapan sekolah kita itu cuma juara tiga doang"kata Rena.

"Soal apa? Kok gitu?"tanya Sarah bingung.

"Kalo kak Azriel yang juara satunya, terus juara keduanya pasti--"

"Millisanna Alsari Salsabila SMA Arya"kata MC membuat semua orang bertepuk tangan.

Sarah menatap tak percaya pada seorang perempuan yang sedang berjalan naik ke panggung dan menerima piagam dan lainnya sebagai juara dua itu adalah kakaknya.

Tiba-tiba saja Sarah terkekeh geli melihat kakaknya yang berdiri diatas panggung itu. "Hahaha siap siap nih gue harus tutup telinga nanti malem dan malem berikutnya"

Terpopuler

Comments

Wirda Wati

Wirda Wati

ceritanya bagus

2023-04-12

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 permintaan maaf
144 Bab 143
145 Bab 144
146 Bab 145
147 Bab 146
148 Bab 147
149 Bab 148
150 Bab 149
151 Bab 150
152 Bab 151
153 Bab 152
154 Bab 153
155 Bab 154
156 Bab 155
157 Bab 156
158 Bab 157
159 Bab 158
160 Bab 159
161 Bab 160
162 Bab 161
163 Bab 162
164 Bab 163
165 Bab 164
166 Bab 165
167 Bab 166
168 Bab 167 : Epilog 1
169 Bab 168 : Epilog 2
Episodes

Updated 169 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
permintaan maaf
144
Bab 143
145
Bab 144
146
Bab 145
147
Bab 146
148
Bab 147
149
Bab 148
150
Bab 149
151
Bab 150
152
Bab 151
153
Bab 152
154
Bab 153
155
Bab 154
156
Bab 155
157
Bab 156
158
Bab 157
159
Bab 158
160
Bab 159
161
Bab 160
162
Bab 161
163
Bab 162
164
Bab 163
165
Bab 164
166
Bab 165
167
Bab 166
168
Bab 167 : Epilog 1
169
Bab 168 : Epilog 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!