Bab 3

Azriel berjalan ke loker untuk membawa bukunya dan ia melihat ada Anna juga disana didepan loker miliknya sendiri, entah sedang apa Azriel tak peduli.

Membuka loker mengambil buku dan memasukannya kedalam tas nya dan dari ekor matanya ia melihat Anna yang mendekatinya dan berdiri menjaga jarak darinya.

"Mau apa Lo?"tanya Azriel sinis tanpa melihat Anna.

"Mau minta maaf. Minta maaf gara-gara Anna Azriel jatuh"kata Anna menunduk dan semakin membungkuk saat berkata maaf.

Azriel menutup pintu lokernya dengan tak santai membuat Anna terkejut.

"Dahlah gak usah minta maaf terus, buat apa?! Gue gak cacat gak mati jadi biasa aja kali"kesal Azriel dan pergi meninggalkan Anna sendirian.

Anna menatap kepergian Azriel. "Apa artinya Anna udah dimaafin?"tanyanya pada dirinya sendiri.

***

Azriel pulang kerumahnya dan disambut kedua orangtuanya membuat Azriel menatap heran pasalnya kedua orangtuanya itu tak pernah dan jarang berada dirumah.

"Mau diem disana terus atau salam?"kata Andari, bunda Azriel.

Azriel pun menyalami kedua orang tuanya dan duduk karena bundanya menarik tangannya untuk duduk disofa single sampingnya.

"Gimana sekolah?"tanya Andari.

"Biasa aja"jawab Azriel singkat, toh memang tak ada yang harus ia ceritakan ke orangtuanya.

"Itu kenapa kaki sama tangan kamu?"tanya Aryan, ayah Azriel.

Andari langsung mengambil tangan anaknya yang memiliki luka goresan dan menatapnya ngeri ditambah saat ia melihat celana Azriel yang sobek.

"Jatuh dari motor yah"

"Tuh kan apa kata bunda, gak usah bawa motor lagi, kamu dianterin aja sama pak Harto ya?"kata Andari, dan Azriel hanya menatap malas bundanya yang mulai lagi.

"Gak apa-apa bun, emang lagi sial aja, mau ngehindar malah jatuh, udah nasibnya Bun"jelas Azriel santai.

Aryan hanya menatap kedua orang terkasihnya itu yang saling mengobrol itu, sudah lama mereka tak berkumpul seperti ini jadi rasanya sangat nyaman.

"Sana mandi, ayah mau ngajak kamu sama bunda makan malam diluar"kata Aryan.

"Oh tumben? Ada apa nih?"tanya Azriel curiga.

"Udah sana gak ada apa-apa, curigaan amat sama orangtua sendiri"suruh Andari menyuruh anaknya segera ke kamar.

Keluarga Azriel memasuki sebuah restoran mewah dan duduk dimeja yang ternyata sudah dipesan ayahnya itu.

Azriel menatap ayah dan bundanya yang sedang memilih makanan dengan curiga. Kedua orangtuanya itu memesan cukup banyak makanan yang bisa dimakan untuk enam orang semakin membuat Azriel curiga.

"Selamat malam pak Ryan. Maaf telat"sapa seorang pria paruh baya dengan setelan mahalnya mengapa ayahnya dan dibelakang pria itu ada dua wanita yang Azriel yakin istri dan anak perempuannya.

"Ah selamat malam pak Ardi, tidak apa kami juga baru tiba. Silahkan duduk"kata ayahnya menyuruh tiga orang itu duduk dan si anak perempuan mereka duduk disamping Azriel yang melirik tak suka pada perempuan yang salting sendiri karena diperhatikan Azriel.

Wah wah gak beres, batin Azriel.

Sambil menunggu makanan datang mereka mengobrol lebih tepatnya para orangtua yang dimana orangtua perempuan disamping Azriel selalu membicarakan hal baik Inggrid anak mereka dan kedua orangtua Azriel juga bertanya-tanya pada si Inggrid itu yang dijawab dengan malu-malu anjing.

Weylah gue mending belajar aja daripada begini, batin Azriel kesal.

"Inggrid sekolah dimana?"tanya Andari yang ia tahu kalau Azriel dan Inggrid berbeda sekolah.

Inggrid tak langsung menjawab karena pelayan datang dan menaruh makanan pesanan mereka. Setelah pelayan itu pergi Inggrid menjawab pertanyaan itu.

"SMA Nusa tante"kata Inggrid.

"Oh ya? Itu tempat Jiel buat olimpiade Minggu depan kan?"tanya Andari pada Azriel yang sibuk dengan makanannya.

Azriel menatap bundanya lalu menggangguk tanpa mejawab karena mulutnya penuh dengan makanan.

"Jiel sering ikut olimpiade? Berarti pinter banget"kata Inggrid memuji Azriel.

Azriel memberhentikan kunyahannya lalu menelan makanannya, menaruh sendok dan garpunya meminum airnya lalu menatap Inggrid yang juga menatapnya dengan tatapan antusias karena merasa mendapatkan perhatian Azriel.

Dih siapa Lo manggil gue begitu?!

"Yah, Jiel butuh angin. Saya permisi om tante"kata Azriel berdiri meminta izin kemudian pergi keluar restoran begitu saja.

Berjalan di trotoar depan restoran itu dengan memasukan kedua tangannya kedalam saku Azriel mengumpat tidak jelas.

"Amit anjing! Cewek manja najis!"umpat Azriel mengeluarkan beberapa kata kotor diantara banyaknya kata kotor yang berada dalam kamusnya.

Duduk dikursi depan restoran menatap sebal kesebrang jalan yang lenggang. Karena jam sudah menunjukkan pukul 11 malam.

"Gak sudi gue sama anak manja begitu, mending sama janda aja sekalian"umpat Azriel tiada hentinya karena ia benar-benar kesal bukan main.

Membuka permen loli rasa susu melon yang ada disakunya dan melahapnya masih menatap kesebrang jalan.

Beberapa saat kemudian ia melihat seseorang yang rasanya tak asing berjalan di trotoar sebrang masih memakai seragam sekolah dan lengkap dengan tas ranselnya dan tas jinjing yang Azriel yakin itu berisi pakaian basah gadis itu.

"Anna?"gumam Azriel menatap gadis itu sampai tak terlihat lagi karena berbelok.

"Oh jadi namanya Anna, temen kamu?"

Azriel terkejut menatap ayahnya yang sudah duduk disampingnya menatap kearah dimana Anna tak terlihat.

"Temen kamu tadi? Kok baru pulang? Masih pake seragam lagi, anak gak bener ya?"tanya Aryan penasaran.

"Temen sekelas yah. Anak gak bener sih gak tau Jiel juga"kata Azriel malas.

Aryan hanya mengangguk saja paham. "Nama panjangnya siapa?"

"Millisanna"

Aryan mengerutkan keningnya, rasanya ia tak asing dengan nama yang disebutkan anaknya itu.

Anna? Millisanna? Dua?

Ah Aryan ingat. Millisanna Alsari Salsabila, anak yang selalu peringkatnya dibawah Azriel. Pantas saja ia tak asing, setiap ia mendapat kertas hasil ujian Azriel nama anak itu selalu ada tepat dibawah nama anaknya.

"Oh partner kamu di olimpiade itu? Dia juga bakal ikut olimpiade Minggu depan juga?"tanya Aryan yang diangguki Azriel.

"Yaaah"seru Aryan terkekeh. "Anak itu pasti juara kedua lagi karena juara satunya anak ayah"kata Aryan mengusak-ngusak rambut Azriel bangga dan gemas.

Azriel? Dia hanya diam. Entah kenapa ia merasa tak enak hati pada gadis itu padahal ia tak memiliki salah apa-apa.

***

Anna dan Azriel berada di perpustakaan untuk pendalaman materi sebelum olimpiade besok. Biasanya hanya ada Anna tapi karena besok harinya olimpiade Azriel datang, seperti biasa yang selalu ia lakukan jadi Anna dan pak Sugeng sudah terbiasa, mereka masih bersyukur Azriel mengikuti pendalam walaupun hanya sekali.

"Jadi kalian paham kan?"kata pak Sugeng mengakhiri penjelasannya yang dilanjutkan dengan memerintahkan mereka untuk mengerjakan sisa soal dan mendalami materinya.

Begitu pak Sugeng pergi Azriel menaruh kepalanya diatas lipatan tangannya bersiap tidur dan itu juga sudah biasa.

Dengan ruangan sepi, AC yang mengarah ke mereka siapa yang tak akan merasa ngantuk jika itu bukan Anna. Ya Anna membiarkan Azriel tidur membelakanginya dan ia fokus mengerjakan yang disuruh pak Sugeng.

Anna mendorong kursinya mundur untuk mengambil buku yang ia perlukan disalah satu rak perpustakaan itu dan tanpa sadar membuat Azriel membuka matanya dan mengubah posisinya menjadi menghadap kekursi kosong Anna dan kembali menutup matanya.

Anna kembali duduk dan melanjutkan pekerjaannya yang tertunda tadi, makin fokus dengan buku yang tadi dibawanya.

Azriel diam-diam membuka matanya menatap Anna yang duduk disampingnya fokus belajar tanpa menghiraukannya. Azriel bisa melihat jelas wajah Anna dari samping.

Mata hitam agak sipit dengan bulu mata panjang nan lentik, hidung mungil sedikit mancung, bibir pink tipis, pipi yang tembem dan dipipi kiri atasnya ia melihat ada jerawat kecil yang baru tumbuh disana menjadi sorotan karena kulit bersih Anna menjadikan jerawat kecil itu titik pusat.

Azriel terkekeh kecil disana tanpa sadar dan kembali memejamkan mata untuk menghabiskan waktu istirahatnya yang sebentar lagi.

5 menit lagi bel berbunyi membuat Anna memberhentikan belajarnya dan merapikan barang-barang miliknya dan juga milik Azriel, lagi-lagi seperti kebiasaannya.

Menepuk pelan bahu Azriel untuk membangunkan laki-laki itu. "Azriel bangun, bentar lagi masuk. Anna duluan"katanya dan pergi meninggalkan Azriel yang masih betah di posisinya.

Azriel mengangkat wajahnya mendecak sebal. "Tungguin gue bangun kek"kata Azriel menggerutu dan membawa barang-barangnya yang sudah dirapikan Anna.

***

Anna gelisah bukan main. Sejak ia pulang dari sekolah sampai ia duduk dimeja belajarnya belajar ia gelisah kalau ia akan membuat masalah nanti saat olimpiade membuatnya berpikiran yang tidak-tidak.

Pintu kamarnya diketuk dan terbuka memperlihatkan Aris kakaknya. "Jemput mama gih, hujan nih mama gak bawa payung"kata kakaknya itu menyuruhnya.

Kenapa gak kakak aja?

Menolak lewat batin sudah biasa untuk Anna. Memakai jaket dan keluar kamar membawa dua payung untuk menjemput mamanya.

Dilihat ada Sarah diruang tengah sedang bermain game di ponselnya.

Ada Sarah kenapa gak suruh dia aja?

Oh iya Sarah pasti bakal bilang gak mau dengan mudahnya, jadinya Anna yang harus pergi sebagai tumbal dan sebagai kakak yang baik dan juga anak kedua dari 6 anggota keluarga tersebut yang harus mau terus kalau disuruh ini itu karena gak ada pilihan lain jika tak ingin keempat adik kakak termasuk dirinya itu menjadi durhaka pada orangtua.

Membuka pintu hujannya begitu lebat dan Anna yakin jalan raya didepan gerbang masuk perumahan mereka sudah banjir.

Kata Aris mamanya pergi ke minimarket sebrang jalan besar. Jadi dengan satu tangan memegang kuat payungnya agar tak terbang dan terbalik dibantu tangan satunya lagi yang memegang payung untuk mamanya nanti.

Sampai didepan gerbang perumahan benar saja sudah banjir diatas tumit orang dewasa dan sudah naik keatas menutupi trotoar.

Berdiri diatas trotoar yang tepat disebrang minimarket, Anna mencoba melihat ke minimarket tersebut mencari sosok mamanya disana.

Tiiiin. Seorang pengemudi motor hampir menabraknya dan Anna yang bingung dihadiahi umpatan.

"Bangsat!! Dasar jelek!!"umpat pemotor itu melotot ke Anna dan berlalj begitu saja.

Anna bingung dan pasti membuatnya trauma dan ia yakin akan mengingat kejadian tadi sampai ia mati walaupun begitu Anna masih berpikir sesuatu yang menjengkelkan untuk pria dengan motor itu.

Orang itu gak ada kaca ya? Anna emang gak cantik-cantik amat. Tapi kalo dibandingin sama orang tadi jauh banget dong, amit-amit malah. Bentukan kek jamet, kulit kucel baju kucel rambut kucel dan mulutnya jahat. Gak ada pilihan banget.

Kembali melihat ke minimarket setelah menunggu lama Anna tak melihat mamanya membuatnya berpikir kalau mamanya sudah pulang dengan hujan-hujanan dan Anna saat pulang pasti langsung dimarahi Aris habis-habisan.

Jadi mencoba mengalihkan perhatian dari pemikirannya itu ia memilih untuk menunggu sebentar lagi. Tiba-tiba ada mobil dengan kurang ajarnya melaju dengan kencang membuat Anna terbanjur setubuh nya.

"Pwah"Anna terkejut bukan main ia mengusap wajahnya yang basah oleh air kotor itu.

Tak ada waktu untuk menunggu mamanya, biar saja ia dimarahi habis-habisan oleh kakaknya karena membiarkan mamanya hujan-hujanan, Anna harus segera kembali kerumah dan mandi karena merasa kotor dan ia merasa orang-orang disekitarnya menertawainya.

Anna berjalan kerumahnya masih menggunakan payung, sebenarnya tak perlu karena Anna sudah basah kuyup.

Beberapa langkah didepan dirinya melihat mamanya menumpang payung pada ibu ibu samping rumahnya membuat Anna merasa bodoh.

Jalur kerumahnya ada dua jalur dan sepertinya mamanya melewati jalan yang berbeda dengannya.

Mengikuti dari belakang sampai mamanya membuka pagar dan berterimakasih pada ibu ibu itu dan berlari masuk kedalam rumah.

"Makasih ya Bu"kata Anna yang mendekati ibu ibu itu.

"Eh neng Anna? Iya sama-sama neng"kata ibu itu bingung dan terkejut. Ibu itu menatap Anna yang memakai payung tapi basah kuyup.

"Neng kunaon basah? Pake payung juga"tanya ibu itu.

"Kesembur mobil yang jalan Bu"kekeh Anna.

Ibu ibu itu mengangguk. "Iya emang orang-orang yang kayak gitu emang kurang ajar. Sana cepet masuk mandi, gatel loh nanti"kata ibu itu menyuruh Anna masuk kerumah.

Anna mengangguk dan pamit pada ibu itu. Ibu itu melihat Anna sampai masuk kerumahnya. Saat ibu itu akan bergerak pulang kerumahnya ia berhenti karena mendengar bentakan untuk gadis yang baru saja ditemuinya itu.

Ibu itu menatap miris pada rumah keluarga Anna itu. "Neng sing sabar weh nya jadi anak mah"gumam ibu itu berjalan menuju rumahnya.

Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 permintaan maaf
144 Bab 143
145 Bab 144
146 Bab 145
147 Bab 146
148 Bab 147
149 Bab 148
150 Bab 149
151 Bab 150
152 Bab 151
153 Bab 152
154 Bab 153
155 Bab 154
156 Bab 155
157 Bab 156
158 Bab 157
159 Bab 158
160 Bab 159
161 Bab 160
162 Bab 161
163 Bab 162
164 Bab 163
165 Bab 164
166 Bab 165
167 Bab 166
168 Bab 167 : Epilog 1
169 Bab 168 : Epilog 2
Episodes

Updated 169 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
permintaan maaf
144
Bab 143
145
Bab 144
146
Bab 145
147
Bab 146
148
Bab 147
149
Bab 148
150
Bab 149
151
Bab 150
152
Bab 151
153
Bab 152
154
Bab 153
155
Bab 154
156
Bab 155
157
Bab 156
158
Bab 157
159
Bab 158
160
Bab 159
161
Bab 160
162
Bab 161
163
Bab 162
164
Bab 163
165
Bab 164
166
Bab 165
167
Bab 166
168
Bab 167 : Epilog 1
169
Bab 168 : Epilog 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!