Azriel berjalan ke loker untuk membawa bukunya dan ia melihat ada Anna juga disana didepan loker miliknya sendiri, entah sedang apa Azriel tak peduli.
Membuka loker mengambil buku dan memasukannya kedalam tas nya dan dari ekor matanya ia melihat Anna yang mendekatinya dan berdiri menjaga jarak darinya.
"Mau apa Lo?"tanya Azriel sinis tanpa melihat Anna.
"Mau minta maaf. Minta maaf gara-gara Anna Azriel jatuh"kata Anna menunduk dan semakin membungkuk saat berkata maaf.
Azriel menutup pintu lokernya dengan tak santai membuat Anna terkejut.
"Dahlah gak usah minta maaf terus, buat apa?! Gue gak cacat gak mati jadi biasa aja kali"kesal Azriel dan pergi meninggalkan Anna sendirian.
Anna menatap kepergian Azriel. "Apa artinya Anna udah dimaafin?"tanyanya pada dirinya sendiri.
***
Azriel pulang kerumahnya dan disambut kedua orangtuanya membuat Azriel menatap heran pasalnya kedua orangtuanya itu tak pernah dan jarang berada dirumah.
"Mau diem disana terus atau salam?"kata Andari, bunda Azriel.
Azriel pun menyalami kedua orang tuanya dan duduk karena bundanya menarik tangannya untuk duduk disofa single sampingnya.
"Gimana sekolah?"tanya Andari.
"Biasa aja"jawab Azriel singkat, toh memang tak ada yang harus ia ceritakan ke orangtuanya.
"Itu kenapa kaki sama tangan kamu?"tanya Aryan, ayah Azriel.
Andari langsung mengambil tangan anaknya yang memiliki luka goresan dan menatapnya ngeri ditambah saat ia melihat celana Azriel yang sobek.
"Jatuh dari motor yah"
"Tuh kan apa kata bunda, gak usah bawa motor lagi, kamu dianterin aja sama pak Harto ya?"kata Andari, dan Azriel hanya menatap malas bundanya yang mulai lagi.
"Gak apa-apa bun, emang lagi sial aja, mau ngehindar malah jatuh, udah nasibnya Bun"jelas Azriel santai.
Aryan hanya menatap kedua orang terkasihnya itu yang saling mengobrol itu, sudah lama mereka tak berkumpul seperti ini jadi rasanya sangat nyaman.
"Sana mandi, ayah mau ngajak kamu sama bunda makan malam diluar"kata Aryan.
"Oh tumben? Ada apa nih?"tanya Azriel curiga.
"Udah sana gak ada apa-apa, curigaan amat sama orangtua sendiri"suruh Andari menyuruh anaknya segera ke kamar.
Keluarga Azriel memasuki sebuah restoran mewah dan duduk dimeja yang ternyata sudah dipesan ayahnya itu.
Azriel menatap ayah dan bundanya yang sedang memilih makanan dengan curiga. Kedua orangtuanya itu memesan cukup banyak makanan yang bisa dimakan untuk enam orang semakin membuat Azriel curiga.
"Selamat malam pak Ryan. Maaf telat"sapa seorang pria paruh baya dengan setelan mahalnya mengapa ayahnya dan dibelakang pria itu ada dua wanita yang Azriel yakin istri dan anak perempuannya.
"Ah selamat malam pak Ardi, tidak apa kami juga baru tiba. Silahkan duduk"kata ayahnya menyuruh tiga orang itu duduk dan si anak perempuan mereka duduk disamping Azriel yang melirik tak suka pada perempuan yang salting sendiri karena diperhatikan Azriel.
Wah wah gak beres, batin Azriel.
Sambil menunggu makanan datang mereka mengobrol lebih tepatnya para orangtua yang dimana orangtua perempuan disamping Azriel selalu membicarakan hal baik Inggrid anak mereka dan kedua orangtua Azriel juga bertanya-tanya pada si Inggrid itu yang dijawab dengan malu-malu anjing.
Weylah gue mending belajar aja daripada begini, batin Azriel kesal.
"Inggrid sekolah dimana?"tanya Andari yang ia tahu kalau Azriel dan Inggrid berbeda sekolah.
Inggrid tak langsung menjawab karena pelayan datang dan menaruh makanan pesanan mereka. Setelah pelayan itu pergi Inggrid menjawab pertanyaan itu.
"SMA Nusa tante"kata Inggrid.
"Oh ya? Itu tempat Jiel buat olimpiade Minggu depan kan?"tanya Andari pada Azriel yang sibuk dengan makanannya.
Azriel menatap bundanya lalu menggangguk tanpa mejawab karena mulutnya penuh dengan makanan.
"Jiel sering ikut olimpiade? Berarti pinter banget"kata Inggrid memuji Azriel.
Azriel memberhentikan kunyahannya lalu menelan makanannya, menaruh sendok dan garpunya meminum airnya lalu menatap Inggrid yang juga menatapnya dengan tatapan antusias karena merasa mendapatkan perhatian Azriel.
Dih siapa Lo manggil gue begitu?!
"Yah, Jiel butuh angin. Saya permisi om tante"kata Azriel berdiri meminta izin kemudian pergi keluar restoran begitu saja.
Berjalan di trotoar depan restoran itu dengan memasukan kedua tangannya kedalam saku Azriel mengumpat tidak jelas.
"Amit anjing! Cewek manja najis!"umpat Azriel mengeluarkan beberapa kata kotor diantara banyaknya kata kotor yang berada dalam kamusnya.
Duduk dikursi depan restoran menatap sebal kesebrang jalan yang lenggang. Karena jam sudah menunjukkan pukul 11 malam.
"Gak sudi gue sama anak manja begitu, mending sama janda aja sekalian"umpat Azriel tiada hentinya karena ia benar-benar kesal bukan main.
Membuka permen loli rasa susu melon yang ada disakunya dan melahapnya masih menatap kesebrang jalan.
Beberapa saat kemudian ia melihat seseorang yang rasanya tak asing berjalan di trotoar sebrang masih memakai seragam sekolah dan lengkap dengan tas ranselnya dan tas jinjing yang Azriel yakin itu berisi pakaian basah gadis itu.
"Anna?"gumam Azriel menatap gadis itu sampai tak terlihat lagi karena berbelok.
"Oh jadi namanya Anna, temen kamu?"
Azriel terkejut menatap ayahnya yang sudah duduk disampingnya menatap kearah dimana Anna tak terlihat.
"Temen kamu tadi? Kok baru pulang? Masih pake seragam lagi, anak gak bener ya?"tanya Aryan penasaran.
"Temen sekelas yah. Anak gak bener sih gak tau Jiel juga"kata Azriel malas.
Aryan hanya mengangguk saja paham. "Nama panjangnya siapa?"
"Millisanna"
Aryan mengerutkan keningnya, rasanya ia tak asing dengan nama yang disebutkan anaknya itu.
Anna? Millisanna? Dua?
Ah Aryan ingat. Millisanna Alsari Salsabila, anak yang selalu peringkatnya dibawah Azriel. Pantas saja ia tak asing, setiap ia mendapat kertas hasil ujian Azriel nama anak itu selalu ada tepat dibawah nama anaknya.
"Oh partner kamu di olimpiade itu? Dia juga bakal ikut olimpiade Minggu depan juga?"tanya Aryan yang diangguki Azriel.
"Yaaah"seru Aryan terkekeh. "Anak itu pasti juara kedua lagi karena juara satunya anak ayah"kata Aryan mengusak-ngusak rambut Azriel bangga dan gemas.
Azriel? Dia hanya diam. Entah kenapa ia merasa tak enak hati pada gadis itu padahal ia tak memiliki salah apa-apa.
***
Anna dan Azriel berada di perpustakaan untuk pendalaman materi sebelum olimpiade besok. Biasanya hanya ada Anna tapi karena besok harinya olimpiade Azriel datang, seperti biasa yang selalu ia lakukan jadi Anna dan pak Sugeng sudah terbiasa, mereka masih bersyukur Azriel mengikuti pendalam walaupun hanya sekali.
"Jadi kalian paham kan?"kata pak Sugeng mengakhiri penjelasannya yang dilanjutkan dengan memerintahkan mereka untuk mengerjakan sisa soal dan mendalami materinya.
Begitu pak Sugeng pergi Azriel menaruh kepalanya diatas lipatan tangannya bersiap tidur dan itu juga sudah biasa.
Dengan ruangan sepi, AC yang mengarah ke mereka siapa yang tak akan merasa ngantuk jika itu bukan Anna. Ya Anna membiarkan Azriel tidur membelakanginya dan ia fokus mengerjakan yang disuruh pak Sugeng.
Anna mendorong kursinya mundur untuk mengambil buku yang ia perlukan disalah satu rak perpustakaan itu dan tanpa sadar membuat Azriel membuka matanya dan mengubah posisinya menjadi menghadap kekursi kosong Anna dan kembali menutup matanya.
Anna kembali duduk dan melanjutkan pekerjaannya yang tertunda tadi, makin fokus dengan buku yang tadi dibawanya.
Azriel diam-diam membuka matanya menatap Anna yang duduk disampingnya fokus belajar tanpa menghiraukannya. Azriel bisa melihat jelas wajah Anna dari samping.
Mata hitam agak sipit dengan bulu mata panjang nan lentik, hidung mungil sedikit mancung, bibir pink tipis, pipi yang tembem dan dipipi kiri atasnya ia melihat ada jerawat kecil yang baru tumbuh disana menjadi sorotan karena kulit bersih Anna menjadikan jerawat kecil itu titik pusat.
Azriel terkekeh kecil disana tanpa sadar dan kembali memejamkan mata untuk menghabiskan waktu istirahatnya yang sebentar lagi.
5 menit lagi bel berbunyi membuat Anna memberhentikan belajarnya dan merapikan barang-barang miliknya dan juga milik Azriel, lagi-lagi seperti kebiasaannya.
Menepuk pelan bahu Azriel untuk membangunkan laki-laki itu. "Azriel bangun, bentar lagi masuk. Anna duluan"katanya dan pergi meninggalkan Azriel yang masih betah di posisinya.
Azriel mengangkat wajahnya mendecak sebal. "Tungguin gue bangun kek"kata Azriel menggerutu dan membawa barang-barangnya yang sudah dirapikan Anna.
***
Anna gelisah bukan main. Sejak ia pulang dari sekolah sampai ia duduk dimeja belajarnya belajar ia gelisah kalau ia akan membuat masalah nanti saat olimpiade membuatnya berpikiran yang tidak-tidak.
Pintu kamarnya diketuk dan terbuka memperlihatkan Aris kakaknya. "Jemput mama gih, hujan nih mama gak bawa payung"kata kakaknya itu menyuruhnya.
Kenapa gak kakak aja?
Menolak lewat batin sudah biasa untuk Anna. Memakai jaket dan keluar kamar membawa dua payung untuk menjemput mamanya.
Dilihat ada Sarah diruang tengah sedang bermain game di ponselnya.
Ada Sarah kenapa gak suruh dia aja?
Oh iya Sarah pasti bakal bilang gak mau dengan mudahnya, jadinya Anna yang harus pergi sebagai tumbal dan sebagai kakak yang baik dan juga anak kedua dari 6 anggota keluarga tersebut yang harus mau terus kalau disuruh ini itu karena gak ada pilihan lain jika tak ingin keempat adik kakak termasuk dirinya itu menjadi durhaka pada orangtua.
Membuka pintu hujannya begitu lebat dan Anna yakin jalan raya didepan gerbang masuk perumahan mereka sudah banjir.
Kata Aris mamanya pergi ke minimarket sebrang jalan besar. Jadi dengan satu tangan memegang kuat payungnya agar tak terbang dan terbalik dibantu tangan satunya lagi yang memegang payung untuk mamanya nanti.
Sampai didepan gerbang perumahan benar saja sudah banjir diatas tumit orang dewasa dan sudah naik keatas menutupi trotoar.
Berdiri diatas trotoar yang tepat disebrang minimarket, Anna mencoba melihat ke minimarket tersebut mencari sosok mamanya disana.
Tiiiin. Seorang pengemudi motor hampir menabraknya dan Anna yang bingung dihadiahi umpatan.
"Bangsat!! Dasar jelek!!"umpat pemotor itu melotot ke Anna dan berlalj begitu saja.
Anna bingung dan pasti membuatnya trauma dan ia yakin akan mengingat kejadian tadi sampai ia mati walaupun begitu Anna masih berpikir sesuatu yang menjengkelkan untuk pria dengan motor itu.
Orang itu gak ada kaca ya? Anna emang gak cantik-cantik amat. Tapi kalo dibandingin sama orang tadi jauh banget dong, amit-amit malah. Bentukan kek jamet, kulit kucel baju kucel rambut kucel dan mulutnya jahat. Gak ada pilihan banget.
Kembali melihat ke minimarket setelah menunggu lama Anna tak melihat mamanya membuatnya berpikir kalau mamanya sudah pulang dengan hujan-hujanan dan Anna saat pulang pasti langsung dimarahi Aris habis-habisan.
Jadi mencoba mengalihkan perhatian dari pemikirannya itu ia memilih untuk menunggu sebentar lagi. Tiba-tiba ada mobil dengan kurang ajarnya melaju dengan kencang membuat Anna terbanjur setubuh nya.
"Pwah"Anna terkejut bukan main ia mengusap wajahnya yang basah oleh air kotor itu.
Tak ada waktu untuk menunggu mamanya, biar saja ia dimarahi habis-habisan oleh kakaknya karena membiarkan mamanya hujan-hujanan, Anna harus segera kembali kerumah dan mandi karena merasa kotor dan ia merasa orang-orang disekitarnya menertawainya.
Anna berjalan kerumahnya masih menggunakan payung, sebenarnya tak perlu karena Anna sudah basah kuyup.
Beberapa langkah didepan dirinya melihat mamanya menumpang payung pada ibu ibu samping rumahnya membuat Anna merasa bodoh.
Jalur kerumahnya ada dua jalur dan sepertinya mamanya melewati jalan yang berbeda dengannya.
Mengikuti dari belakang sampai mamanya membuka pagar dan berterimakasih pada ibu ibu itu dan berlari masuk kedalam rumah.
"Makasih ya Bu"kata Anna yang mendekati ibu ibu itu.
"Eh neng Anna? Iya sama-sama neng"kata ibu itu bingung dan terkejut. Ibu itu menatap Anna yang memakai payung tapi basah kuyup.
"Neng kunaon basah? Pake payung juga"tanya ibu itu.
"Kesembur mobil yang jalan Bu"kekeh Anna.
Ibu ibu itu mengangguk. "Iya emang orang-orang yang kayak gitu emang kurang ajar. Sana cepet masuk mandi, gatel loh nanti"kata ibu itu menyuruh Anna masuk kerumah.
Anna mengangguk dan pamit pada ibu itu. Ibu itu melihat Anna sampai masuk kerumahnya. Saat ibu itu akan bergerak pulang kerumahnya ia berhenti karena mendengar bentakan untuk gadis yang baru saja ditemuinya itu.
Ibu itu menatap miris pada rumah keluarga Anna itu. "Neng sing sabar weh nya jadi anak mah"gumam ibu itu berjalan menuju rumahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments