Bab 5

Anna tersenyum menerima piagam penghargaan miliknya yang tertulis dengan namanya dan disana juga tertulis sebagai juara dua.

Ia begitu bersyukur tapi tetap saja hatinya merasa tak tenang selalu saja seperti itu setiap setelah mendengarkan kalau ia mendapat juara dua. Lagi.

Anna berdiri disamping juara tiga dan memperhatikan MC yang mulai membacakan juara pertama dari olimpiade kali ini.

"Alfhazriel Satria Aryanzha SMA Arya"seru MC membuat para penonton bertepuk tangan apalagi para murid perempuan dari SMA Nusa yang ikut menonton disana begitu heboh.

Anna menatap kosong Azriel yang berdiri yang dipeluk pak Sugeng dengan bangga dan Bu Lia menepuk bahu Azriel dengan tatapan bangga berjalan kearah panggung untuk menerima hadiahnya.

Anna harus tersenyum dan ikut senang karena mereka kembali mengharumkan nama sekolah terlebih Azriel yang mendapat juara satu itu.

Azriel bediri disamping Anna menerima piagamnya dengan senyum tipis sekali. Lalu mundur berjajar dengan para pemenang lain, ia melirik Anna disampingnya lewat ekor matanya.

Selalu saja seperti itu, batinnya.

Para juri dan guru pembimbing naik ke panggung beserta kepala sekolah dari tuan rumah untuk melakukan sesi foto bersama sebelum lanjut ke pengumuman pemenang lainnya, seperti siswa terjelas dalam menjabarkan jawaban esainya.

Pak Sugeng dan Bu Lia berdiri dibelakang Azriel dan Anna. Ketiga orang pemenang dikelilingi orang-orang disana.

Photograper bersiap memfoto tapi tak jadi. "Itu yang bajunya beda sendiri ditengah aja gimana biar maching gitu"saran photograper itu menyuruh juara tiga berdiri ditengah diantara Azriel dan Anna.

Anna mengangguk akan berpindah tempat tapi ditahan oleh Azriel yang merangkul bahunya kuat dan Bu Lia yang diam-diam memegang pinggangnya agar tak kemana-mana.

"Juara dua harus ditengah"kata pak Sugeng tuntas.

"Oke oke"photograper itu tertawa kikuk merasa bersalah dan menyesal karena mengeluarkan pendapatnya karena ia dihadiahi pelototan tanpa langsung dan tersembunyi dari guru-guru Arya itu.

Sesi foto selesai semuanya bubar menyisakan MC yang akan kembali membacakan para juara khusus selain juara umum itu.

Dan seperti biasa terjadi sejak Anna dan Azriel muncul mengikuti setiap olimpiade matematika dan sains tingkat SMA semua piala hampir semua disabet dibawa pulang oleh Azriel dan Anna hanya menyisakan dua piala untuk SMA lain, juara umum tiga dan juara kerapihan yang didapatkan oleh sekolah tuan rumah.

"Yah berarti tulisan kalian harus lebih dirapikan lagi"kata pak Sugeng setelah memasukan piala terkahir kedalam kursi belakang mobilnya.

Azriel hanya memberengut kesal, memang harus serapi apa tulisannya agar bisa mendapatkan piala kerapihan, toh tulisannya terbagus kedua dikelasnya setelah Anna, dan dia seorang pria yang katanya banyak orang kalau tulisan pria itu jelek-jelek.

"Yaudah ibu sama pak Sugeng mau kembali kesekolah untuk menaruh piagam dan piala kalian, hati-hati dijalan ya"kata Bu Lia seraya memperlihatkan tumpukan map yang ia bawa yang satu map berisi satu piagam.

Azriel dan Anna menatap kepergian kedua gurunya itu sampai mobil pak Sugeng tak terlihat lagi.

Anna pamit pulang pada Azriel. "Yaudah Anna pulang, hati-hati dijalan"

Baru saja berbalik tas Anna ditarik Azriel membuat Anna harus kembali membalikkan tubuhnya menghadap Azriel menatap kenapa.

"Pulang bareng gue aja"saran Azriel.

Anna menatap Azriel dengan banyak pikiran. SMA Nusa kerumahnya cukup jauh, Sarah saja harus naik angkot dua kali dan jarak rumah Azriel sangat jauh jika laki-laki itu harus mengantarnya dulu, tak searah juga jalur mereka pulang.

"Gak ah, nanti Azriel malah malem sampe rumah nya, gak usah Anna naik angkot aja"tolak Anna halus merasa tak enak.

Sudah ditawari tak mau yasudah. Azriel tak lagi menawari dan ia membiarkan Anna berjalan keluar gerbang sekolah SMA Nusa dan pergi dengan angkot yang ia taiki.

Azriel tak akan menawari lagi sampai ingin jika tak mau ya sudah, Azriel sudah berbaik hati ini. Azriel naik ke motornya memakai helmnya dan menyalakan mesin, melaju sedang keluar dari wilayah SMA Nusa.

***

Anna sampai dirumah saat Maghrib begitu juga dengan Sarah yang juga turun dari angkot dibelakangnya, dan mereka berjalan bersisian menuju rumah tanpa berbicara.

Masuk kerumah mengucapkan salam mereka sudah ditunggu sang ibu.

"Dari mana dulu?"tanya mama langsung.

Sarah diam, ia akan menunggu Anna yang menjawab duluan dan ia akan menyusun kata untuk bercerita kepada mamanya.

"Ada olimpiade ma, dari jam 9 selesainya jam 4 sore"kata Anna tak menyebutkan nama tempat yang dijadikan tempat olimpiade tersebut.

Gak ngomongin sekolahku nih? Oke bagus.

"Ada kumpulan ekskul tadi ma"jawab Sarah dengan yakin.

Mama mengangguk menyuruh Sarah untuk kekamarnya dan bersih-bersih tapi tidak dengan Anna, Anna masih disuruh berdiri menghadap sang ibu.

"Juara ke berapa?"tanya mama langsung.

Anna gugup untuk menjawab, karena jika tidak dijawab akan marah dan dijawab pun sama saja marahnya.

"Diem berarti gak ada perubahan. Iya?!"sentak mamanya.

Kalau sudah begini Anna mau bercerita kalau ia mendapat piala lebih banyak satu buah dari Azriel pun tak akan nampak dimata mamanya jadi percuma dan akan ia simpan untuk pribadi saja.

"Maaf ma"kata Anna meminta maaf karena selalu saja mengecewakan sang mama.

Sang ibu hanya menggeleng bingung. Ia sudah menambah jam belajar Anna bahkan dihari libur pun Anna akan les, sudah tidak bisa melakukan apapun lagi karena sudah maksimal tapi anak keduanya itu masih saja juara dua.

Emang gak berguna, batin sang ibu.

"Yaudahlah sana masuk kamar, terserah kamu! Mama capek"kata ibunya meninggalkan Anna sendirian.

Anna hanya tersenyum kecil dan mengangguk kecil. "Istirahat yang banyak ma"gumamnya kecil sebelum naik kekamarnya.

Setelah makan malam Anna seperti biasa duduk dimeja belajarnya untuk belajar karena sepertinya ia banyak ketinggalan pelajaran karena sering dispen untuk mempersiapkan olimpiade.

Pikirannya tiba-tiba ingat ke sore hari saat ia pulang bersama Sarah dan ibunya sudah menunggu penjelasan mereka karena pulang telat.

Kalau Anna menyebutkan nama sekolah Sarah, nanti Sarah akan dibanding bandingkan dengannya oleh sang ibu membuat Anna tak tega dan akan semakin parah mamanya memarahinya karena tak becus untuk mendapatkan juara satu.

Bicara soal Sarah, anak itu tidak terlalu pintar dan tidak bodoh juga, rata-rata. Selalu masuk 15 besar dikelasnya. Spesialnya Sarah sudah menghasilkan uang sendiri dengan bermain game online dan ia akan menjadi pro gamer.

Memikirkan itu membuat Anna merasa tak berguna menjadi anak, adik, kakak dan sebagai manusia pun ia rasa ia gagal.

Ia tak pernah melihat orang disekitarnya bangga atau bahagia ada dirinya, tidak ada, yang ada hanya tatapan kesal, jijik, tak diinginkan, dan sebagainya yang termasuk ke negatif.

Tapi semua kesedihan itu berubah menjadi rasa kesal pada Azriel yang hadir diruang lingkupnya membuat Anna tak bisa bernafas bebas, membuat Anna selalu menjadi yang kedua, yang payah dimata orang-orang.

"Azriel terlalu sempurna sialan"desis Anna menangis dan menjambak rambutnya sendiri meremasnya keras.

***

Azriel keluar dari kamarnya dengan kaos hitam polos over size-nya yang hampir menutupi celana pendek yang ia pakai, berjalan kedapur dan mendapati kedua orangtuanya sudah ada disana dengan sang bunda sedang menyiapkan makan malam.

Azriel duduk dikursi yang biasa ia gunakan dan menatap kedua orangtuanya yang kini tengah tersenyum lebar padanya, sedikit mengerikan karena Azriel seperti paham sesuatu.

"Selamat atas juara satunya"kata Aryan memulai.

"Bunda bikin black forest untuk merayakannya"kata Andari yang menggeser kue bolu itu memotongnya beberapa potong untuk mereka.

"Makan nasi dulu baru kue"kata Aryan membuat Azriel mengambil nasi dan lauk pauknya.

Mereka mengobrol kan segala hal tentang sekolah Azriel, butik Andari dan perusahaan Aryan. Semuanya diceritakan sampai hal terkecil dan tak penting pun mereka ceritakan. Dimana Azriel sampai menceritakan Milan yang begitu menyebalkan selalu menempel padanya.

Makan malam selesai. Andari membereskan meja dan menyisakan kue dan teh untuk mereka kembali duduk setelah menyimpan cucian kotor dibak cuci piring tanpa mencucinya.

Azriel menikmati kue favorit nya itu apalagi buatan bundanya. Azriel tiba-tiba terlintas dikepalanya wajah Anna membuat Azriel memberhentikan makan kue nya membuat orangtuanya menatap heran.

"Kalo Jiel dapet juara dua, ayah sama bunda bakal bangga juga sama Jiel kayak gini?"tanya Azriel tiba-tiba.

Aryan dan Andari saling tatap kemudian tersenyum dan menjawab. "Tentu saja"

"Mau kamu gak juara juga kita selalu bangga sama Jiel, karena kita yakin Jiel udah berusaha keras untuk mendapatkan juara"kata Andari menjelaskan.

Azriel tersenyum dan melanjutkan makan kuenya, dirinya salah tingkah dibegitukan oleh bundanya.

"Cieelah pake salting segala, bunda punya ayah jangan kamu demen juga"kata Aryan tiba-tiba merusak suasana.

Azriel menatap ayahnya jengah, pria 30 akhir itu benar-benar menyebalkan kalau sifat bocahnya keluar.

"Bocah"cibir Azriel kecil tapi masih bisa didengar Aryan.

"Kamu nyebut ayah bocah berarti kamu janin begitu?"sahut Aryan tak mau kalah.

Pertengkaran mulut mengenai hal tak berguna telah dimulai antara ayah dan anak itu dengan sang bunda dengan santai meminum teh menonton adu mulut dua orang terkasihnya seolah sedang menonton film favoritnya.

"Hah keluarga yang begitu damai"gumamnya kembali meminum tehnya dengan anggun.

***

"Selamat untuk Azriel dan Anna dari kelas 11-3 yang kembali memborong piagam dan piala dari olimpiade yang diadakan kemarin di SMA Nusa"kata kepala sekolah yang kali ini menjadi pembina upacara.

Anna berdiri dijajaran tengah diantara teman-teman sekelasnya yang lain yang juga ikut upacara mendengarkan kepala sekolah yang baru saja akan memulai amanatnya.

Anna menunduk menatap ujung sepatunya saat ia merasa orang-orang disekitarnya diam-diam melihat kearahnya karena namanya tadi disebutkan oleh kepala sekolah, semuanya seolah mencari sosok Anna dan Azriel.

Dan mereka hanya menemukan Anna karena mereka tahu kalau Azriel tidak ada, remaja laki-laki itu sangat jarang ikut upacara bisa dihitung jari semenjak menjadi siswa disekolah tersebut saking seringnya tak ikut upacara dan sekalinya ikut upacara, anak-anak disana berpikir kalau akan ada badai besar disertai angin kencang dan petir yang menyambar.

Upacara selesai, semunya dibubarkan dan menuju kelas masing-masing. Anna berjalan sendiri mengikuti teman-teman sekelasnya dibelakang.

"Yo si juara dua, kedua mulu perasaan. Lo cinta apa sama angka dua sampe gak mau ganti jadi angka tiga gitu?"kata Vanesa dengan kedua temannya mendekati Anna.

Anna hanya diam tak membalas karena sepertinya ia memang ditakdirkan dengan angka dua itu.

"Selain si loser angka dua, dia punya nama lain yang beken banget gak sih?"tanya Vanesa pada kedua temannya.

"Banyak. Ada si loser angka dua, kang caper, menjijikan, jelek, goblok dan yang paling terbaru"salah satu teman Vanesa menjeda kalimatnya menatap teman-temannya lalu mengangguk.

"Pembunuh"kata tiga perempuan jahat itu dengan semangat kemudian tertawa bersama.

"Dahlah gue sibuk. Bhay"kata Vanesa pergi setelah sempat menoyor kepala Anna.

Anna diam saja karena ia setuju dengan semua sebutan yang mereka bertiga katakan karena memang semuanya benar dan ada buktinya.

Terpopuler

Comments

Wirda Wati

Wirda Wati

kenapa ngga ada yg menghargai anak.
punya ortu egois.
disekolah sll di bully...
sabar ana.
semua indah PD waktunya

2023-04-12

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 permintaan maaf
144 Bab 143
145 Bab 144
146 Bab 145
147 Bab 146
148 Bab 147
149 Bab 148
150 Bab 149
151 Bab 150
152 Bab 151
153 Bab 152
154 Bab 153
155 Bab 154
156 Bab 155
157 Bab 156
158 Bab 157
159 Bab 158
160 Bab 159
161 Bab 160
162 Bab 161
163 Bab 162
164 Bab 163
165 Bab 164
166 Bab 165
167 Bab 166
168 Bab 167 : Epilog 1
169 Bab 168 : Epilog 2
Episodes

Updated 169 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
permintaan maaf
144
Bab 143
145
Bab 144
146
Bab 145
147
Bab 146
148
Bab 147
149
Bab 148
150
Bab 149
151
Bab 150
152
Bab 151
153
Bab 152
154
Bab 153
155
Bab 154
156
Bab 155
157
Bab 156
158
Bab 157
159
Bab 158
160
Bab 159
161
Bab 160
162
Bab 161
163
Bab 162
164
Bab 163
165
Bab 164
166
Bab 165
167
Bab 166
168
Bab 167 : Epilog 1
169
Bab 168 : Epilog 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!