Anna tersenyum menerima piagam penghargaan miliknya yang tertulis dengan namanya dan disana juga tertulis sebagai juara dua.
Ia begitu bersyukur tapi tetap saja hatinya merasa tak tenang selalu saja seperti itu setiap setelah mendengarkan kalau ia mendapat juara dua. Lagi.
Anna berdiri disamping juara tiga dan memperhatikan MC yang mulai membacakan juara pertama dari olimpiade kali ini.
"Alfhazriel Satria Aryanzha SMA Arya"seru MC membuat para penonton bertepuk tangan apalagi para murid perempuan dari SMA Nusa yang ikut menonton disana begitu heboh.
Anna menatap kosong Azriel yang berdiri yang dipeluk pak Sugeng dengan bangga dan Bu Lia menepuk bahu Azriel dengan tatapan bangga berjalan kearah panggung untuk menerima hadiahnya.
Anna harus tersenyum dan ikut senang karena mereka kembali mengharumkan nama sekolah terlebih Azriel yang mendapat juara satu itu.
Azriel bediri disamping Anna menerima piagamnya dengan senyum tipis sekali. Lalu mundur berjajar dengan para pemenang lain, ia melirik Anna disampingnya lewat ekor matanya.
Selalu saja seperti itu, batinnya.
Para juri dan guru pembimbing naik ke panggung beserta kepala sekolah dari tuan rumah untuk melakukan sesi foto bersama sebelum lanjut ke pengumuman pemenang lainnya, seperti siswa terjelas dalam menjabarkan jawaban esainya.
Pak Sugeng dan Bu Lia berdiri dibelakang Azriel dan Anna. Ketiga orang pemenang dikelilingi orang-orang disana.
Photograper bersiap memfoto tapi tak jadi. "Itu yang bajunya beda sendiri ditengah aja gimana biar maching gitu"saran photograper itu menyuruh juara tiga berdiri ditengah diantara Azriel dan Anna.
Anna mengangguk akan berpindah tempat tapi ditahan oleh Azriel yang merangkul bahunya kuat dan Bu Lia yang diam-diam memegang pinggangnya agar tak kemana-mana.
"Juara dua harus ditengah"kata pak Sugeng tuntas.
"Oke oke"photograper itu tertawa kikuk merasa bersalah dan menyesal karena mengeluarkan pendapatnya karena ia dihadiahi pelototan tanpa langsung dan tersembunyi dari guru-guru Arya itu.
Sesi foto selesai semuanya bubar menyisakan MC yang akan kembali membacakan para juara khusus selain juara umum itu.
Dan seperti biasa terjadi sejak Anna dan Azriel muncul mengikuti setiap olimpiade matematika dan sains tingkat SMA semua piala hampir semua disabet dibawa pulang oleh Azriel dan Anna hanya menyisakan dua piala untuk SMA lain, juara umum tiga dan juara kerapihan yang didapatkan oleh sekolah tuan rumah.
"Yah berarti tulisan kalian harus lebih dirapikan lagi"kata pak Sugeng setelah memasukan piala terkahir kedalam kursi belakang mobilnya.
Azriel hanya memberengut kesal, memang harus serapi apa tulisannya agar bisa mendapatkan piala kerapihan, toh tulisannya terbagus kedua dikelasnya setelah Anna, dan dia seorang pria yang katanya banyak orang kalau tulisan pria itu jelek-jelek.
"Yaudah ibu sama pak Sugeng mau kembali kesekolah untuk menaruh piagam dan piala kalian, hati-hati dijalan ya"kata Bu Lia seraya memperlihatkan tumpukan map yang ia bawa yang satu map berisi satu piagam.
Azriel dan Anna menatap kepergian kedua gurunya itu sampai mobil pak Sugeng tak terlihat lagi.
Anna pamit pulang pada Azriel. "Yaudah Anna pulang, hati-hati dijalan"
Baru saja berbalik tas Anna ditarik Azriel membuat Anna harus kembali membalikkan tubuhnya menghadap Azriel menatap kenapa.
"Pulang bareng gue aja"saran Azriel.
Anna menatap Azriel dengan banyak pikiran. SMA Nusa kerumahnya cukup jauh, Sarah saja harus naik angkot dua kali dan jarak rumah Azriel sangat jauh jika laki-laki itu harus mengantarnya dulu, tak searah juga jalur mereka pulang.
"Gak ah, nanti Azriel malah malem sampe rumah nya, gak usah Anna naik angkot aja"tolak Anna halus merasa tak enak.
Sudah ditawari tak mau yasudah. Azriel tak lagi menawari dan ia membiarkan Anna berjalan keluar gerbang sekolah SMA Nusa dan pergi dengan angkot yang ia taiki.
Azriel tak akan menawari lagi sampai ingin jika tak mau ya sudah, Azriel sudah berbaik hati ini. Azriel naik ke motornya memakai helmnya dan menyalakan mesin, melaju sedang keluar dari wilayah SMA Nusa.
***
Anna sampai dirumah saat Maghrib begitu juga dengan Sarah yang juga turun dari angkot dibelakangnya, dan mereka berjalan bersisian menuju rumah tanpa berbicara.
Masuk kerumah mengucapkan salam mereka sudah ditunggu sang ibu.
"Dari mana dulu?"tanya mama langsung.
Sarah diam, ia akan menunggu Anna yang menjawab duluan dan ia akan menyusun kata untuk bercerita kepada mamanya.
"Ada olimpiade ma, dari jam 9 selesainya jam 4 sore"kata Anna tak menyebutkan nama tempat yang dijadikan tempat olimpiade tersebut.
Gak ngomongin sekolahku nih? Oke bagus.
"Ada kumpulan ekskul tadi ma"jawab Sarah dengan yakin.
Mama mengangguk menyuruh Sarah untuk kekamarnya dan bersih-bersih tapi tidak dengan Anna, Anna masih disuruh berdiri menghadap sang ibu.
"Juara ke berapa?"tanya mama langsung.
Anna gugup untuk menjawab, karena jika tidak dijawab akan marah dan dijawab pun sama saja marahnya.
"Diem berarti gak ada perubahan. Iya?!"sentak mamanya.
Kalau sudah begini Anna mau bercerita kalau ia mendapat piala lebih banyak satu buah dari Azriel pun tak akan nampak dimata mamanya jadi percuma dan akan ia simpan untuk pribadi saja.
"Maaf ma"kata Anna meminta maaf karena selalu saja mengecewakan sang mama.
Sang ibu hanya menggeleng bingung. Ia sudah menambah jam belajar Anna bahkan dihari libur pun Anna akan les, sudah tidak bisa melakukan apapun lagi karena sudah maksimal tapi anak keduanya itu masih saja juara dua.
Emang gak berguna, batin sang ibu.
"Yaudahlah sana masuk kamar, terserah kamu! Mama capek"kata ibunya meninggalkan Anna sendirian.
Anna hanya tersenyum kecil dan mengangguk kecil. "Istirahat yang banyak ma"gumamnya kecil sebelum naik kekamarnya.
Setelah makan malam Anna seperti biasa duduk dimeja belajarnya untuk belajar karena sepertinya ia banyak ketinggalan pelajaran karena sering dispen untuk mempersiapkan olimpiade.
Pikirannya tiba-tiba ingat ke sore hari saat ia pulang bersama Sarah dan ibunya sudah menunggu penjelasan mereka karena pulang telat.
Kalau Anna menyebutkan nama sekolah Sarah, nanti Sarah akan dibanding bandingkan dengannya oleh sang ibu membuat Anna tak tega dan akan semakin parah mamanya memarahinya karena tak becus untuk mendapatkan juara satu.
Bicara soal Sarah, anak itu tidak terlalu pintar dan tidak bodoh juga, rata-rata. Selalu masuk 15 besar dikelasnya. Spesialnya Sarah sudah menghasilkan uang sendiri dengan bermain game online dan ia akan menjadi pro gamer.
Memikirkan itu membuat Anna merasa tak berguna menjadi anak, adik, kakak dan sebagai manusia pun ia rasa ia gagal.
Ia tak pernah melihat orang disekitarnya bangga atau bahagia ada dirinya, tidak ada, yang ada hanya tatapan kesal, jijik, tak diinginkan, dan sebagainya yang termasuk ke negatif.
Tapi semua kesedihan itu berubah menjadi rasa kesal pada Azriel yang hadir diruang lingkupnya membuat Anna tak bisa bernafas bebas, membuat Anna selalu menjadi yang kedua, yang payah dimata orang-orang.
"Azriel terlalu sempurna sialan"desis Anna menangis dan menjambak rambutnya sendiri meremasnya keras.
***
Azriel keluar dari kamarnya dengan kaos hitam polos over size-nya yang hampir menutupi celana pendek yang ia pakai, berjalan kedapur dan mendapati kedua orangtuanya sudah ada disana dengan sang bunda sedang menyiapkan makan malam.
Azriel duduk dikursi yang biasa ia gunakan dan menatap kedua orangtuanya yang kini tengah tersenyum lebar padanya, sedikit mengerikan karena Azriel seperti paham sesuatu.
"Selamat atas juara satunya"kata Aryan memulai.
"Bunda bikin black forest untuk merayakannya"kata Andari yang menggeser kue bolu itu memotongnya beberapa potong untuk mereka.
"Makan nasi dulu baru kue"kata Aryan membuat Azriel mengambil nasi dan lauk pauknya.
Mereka mengobrol kan segala hal tentang sekolah Azriel, butik Andari dan perusahaan Aryan. Semuanya diceritakan sampai hal terkecil dan tak penting pun mereka ceritakan. Dimana Azriel sampai menceritakan Milan yang begitu menyebalkan selalu menempel padanya.
Makan malam selesai. Andari membereskan meja dan menyisakan kue dan teh untuk mereka kembali duduk setelah menyimpan cucian kotor dibak cuci piring tanpa mencucinya.
Azriel menikmati kue favorit nya itu apalagi buatan bundanya. Azriel tiba-tiba terlintas dikepalanya wajah Anna membuat Azriel memberhentikan makan kue nya membuat orangtuanya menatap heran.
"Kalo Jiel dapet juara dua, ayah sama bunda bakal bangga juga sama Jiel kayak gini?"tanya Azriel tiba-tiba.
Aryan dan Andari saling tatap kemudian tersenyum dan menjawab. "Tentu saja"
"Mau kamu gak juara juga kita selalu bangga sama Jiel, karena kita yakin Jiel udah berusaha keras untuk mendapatkan juara"kata Andari menjelaskan.
Azriel tersenyum dan melanjutkan makan kuenya, dirinya salah tingkah dibegitukan oleh bundanya.
"Cieelah pake salting segala, bunda punya ayah jangan kamu demen juga"kata Aryan tiba-tiba merusak suasana.
Azriel menatap ayahnya jengah, pria 30 akhir itu benar-benar menyebalkan kalau sifat bocahnya keluar.
"Bocah"cibir Azriel kecil tapi masih bisa didengar Aryan.
"Kamu nyebut ayah bocah berarti kamu janin begitu?"sahut Aryan tak mau kalah.
Pertengkaran mulut mengenai hal tak berguna telah dimulai antara ayah dan anak itu dengan sang bunda dengan santai meminum teh menonton adu mulut dua orang terkasihnya seolah sedang menonton film favoritnya.
"Hah keluarga yang begitu damai"gumamnya kembali meminum tehnya dengan anggun.
***
"Selamat untuk Azriel dan Anna dari kelas 11-3 yang kembali memborong piagam dan piala dari olimpiade yang diadakan kemarin di SMA Nusa"kata kepala sekolah yang kali ini menjadi pembina upacara.
Anna berdiri dijajaran tengah diantara teman-teman sekelasnya yang lain yang juga ikut upacara mendengarkan kepala sekolah yang baru saja akan memulai amanatnya.
Anna menunduk menatap ujung sepatunya saat ia merasa orang-orang disekitarnya diam-diam melihat kearahnya karena namanya tadi disebutkan oleh kepala sekolah, semuanya seolah mencari sosok Anna dan Azriel.
Dan mereka hanya menemukan Anna karena mereka tahu kalau Azriel tidak ada, remaja laki-laki itu sangat jarang ikut upacara bisa dihitung jari semenjak menjadi siswa disekolah tersebut saking seringnya tak ikut upacara dan sekalinya ikut upacara, anak-anak disana berpikir kalau akan ada badai besar disertai angin kencang dan petir yang menyambar.
Upacara selesai, semunya dibubarkan dan menuju kelas masing-masing. Anna berjalan sendiri mengikuti teman-teman sekelasnya dibelakang.
"Yo si juara dua, kedua mulu perasaan. Lo cinta apa sama angka dua sampe gak mau ganti jadi angka tiga gitu?"kata Vanesa dengan kedua temannya mendekati Anna.
Anna hanya diam tak membalas karena sepertinya ia memang ditakdirkan dengan angka dua itu.
"Selain si loser angka dua, dia punya nama lain yang beken banget gak sih?"tanya Vanesa pada kedua temannya.
"Banyak. Ada si loser angka dua, kang caper, menjijikan, jelek, goblok dan yang paling terbaru"salah satu teman Vanesa menjeda kalimatnya menatap teman-temannya lalu mengangguk.
"Pembunuh"kata tiga perempuan jahat itu dengan semangat kemudian tertawa bersama.
"Dahlah gue sibuk. Bhay"kata Vanesa pergi setelah sempat menoyor kepala Anna.
Anna diam saja karena ia setuju dengan semua sebutan yang mereka bertiga katakan karena memang semuanya benar dan ada buktinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
Wirda Wati
kenapa ngga ada yg menghargai anak.
punya ortu egois.
disekolah sll di bully...
sabar ana.
semua indah PD waktunya
2023-04-12
0