Bab 2

Hari ini Anna ada jadwal ekskul, jadi begitu sekolah bubar Anna pergi untuk mengganti seragamnya dengan seragam latihannya. Mengunci loker memakai sandal membawa botol airnya Anna berlari menuju gym sekolah.

Entah karena tim basket akan menghadapi sebuah pertandingan, mereka juga ikut latihan disetengah lapang yang sudah dibagi dua untuk mereka dan untuk ekskul bela diri.

Membuat gym itu terasa lebih ramai dimana biasanya hanya suara teriakan semangat dan suara dari pukulan tendangan dan seseorang yang dibanting diatas matras kali ini ditambah dengan suara decitan sepatu basket dan pantulan bola juga teriakan para pemain membuat gym serasa festival.

Kali ini latihan sparing dan tim basket sedang latihan three point. Anna duduk paling sisi disamping Mira dan Alsa teman seangkatannya yang ikut ekskul yang sama dari kelas 11-5, mata mereka fokus memperhatikan yang sedang sparing.

"Rame banget sih ni gedung"keluh Mira.

"Ya kan tuh ada anak basket, mereka juga bakal ada pertandingan"sahut Alsa membuka botol minumnya.

Anna hanya diam, matanya fokus melihat kedua temannya yang sedang sparing diatas matras sesekali melirik ke anak-anak basket yang melakukan dengan baik lemparan mereka karena jarang sekali ada yang meleset.

Tak! Sebuah bola meleset menghantam keras pinggiran ring membuatnya kembali memantul jauh.

"Hei awas!!!"seru pelatih ekskul basket saat melihat bola liar itu melewati jaring pembatas lapangan.

Anna menatap bola melayang itu dengan minat sampai.

Brak.

"Aw! Weeee!! Mira sakit!"keluh Alsa yang akan minum malah kena bola liar dan itu membuat wajahnya basah dan kepalanya sakit dihantam bola.

"Sorry gak sengaja"kata Azriel yang sudah berada didepan mereka memegang bola liar tadi menatap Alsa bersalah.

"Minta maaf! Minta maaf!"seru teman-temannya dibalik jaring hijau pembatas lapangan.

"Berisik! Ini juga lagi minta maaf sialan!"umpat Azriel pada teman-temannya itu.

"Maaf elah, gak usah nangis"kata Azriel menatap Alsa.

"Siapa yang nangis?"sungut Alsa kesal.

"Yaudah gue dah minta maaf dan dimaafkan"kata Azriel berlalu membawa bola basketnya setelah melirik Anna yang sedari tadi hanya memperhatikan tanpa minat.

Sampai dibagian lapangan yang digunakan tim basket Azriel diomeli pelatihnya karena tidak fokus menyebabkan masalah tadi.

Azriel hanya meminta maaf dan duduk disamping teman-temannya yang sedang istirahat. Membuka botol airnya dan meminumnya sembari melihat kesebrang lapangan dimana diatas matras sudah ada Anna yang sedang sparing dengan temannya.

Anna memukul menendang dan membanting begitu juga kebalikannya, ia sering kena pukul tendang dan banting juga dan berakhir dengan Anna yang kalah satu poin dengan lawannya.

Anna keluar dari gelanggang melepas pengaman badannya dan kembali duduk ditempatnya tadi membuka botol airnya dan meminumnya lalu tatapan nya tak sengaja saling tatap dengan Azriel yang juga melihat kearahnya.

Mengabaikan, Anna lebih memilih fokus dengan pikirannya sendiri. Selalu kalah dengan beda satu poin huh, kekeh Anna dalam hati.

Anna sudah berganti pakaian dengan seragam sekolah nya membuka loker mengambil tasnya lalu memasukan seragam latihannya yang basah karena keringat kedalam tas jinjing menutup lokernya dan menguncinya.

Berbalik Anna melihat ada Azriel didepan loker milik laki-laki itu yang berada 5 loker dari miliknya. Menatap sebentar sebelum melewati laki-laki itu seolah tak ada orang disana.

Azriel hanya menaikkan sebelah alisnya tak peduli, mengambil tasnya dan akan pulang.

***

Anna memperhatikan guru yang sedang menerangkan. Begitu pulang dari sekolah Anna langsung pergi ke tempat lesnya.

Dan ini sudah pukul 10 malam dan lesnya berakhir. Anak-anak yang ikut les keluar dari gedung dan menghampiri orangtuanya yang menjemput anak mereka.

Hanya Anna seorang yang tak dijemput dan ia sudah biasa. Berjalan di trotoar dengan penerangan lampu jalan Anna berjalan dengan menatap ponselnya ragu.

Ingin sekali ia mengirimkan SMS kalau ia juga ingin dijemput. Tapi mengingat sifat keluarganya yang bodo amat dimana mereka hanya bertanya masih dimana tanpa mengatakan akan menjemput saja itu sudah cukup bagi mereka. Anak sudah sampai dirumah berarti beres.

Anna melihat ada minimarket 24 jam. Anna masuk dan membeli sebuah roti coklat.

"Terimakasih"

Anna keluar dengan membuka sebungkus roti itu dan melahapnya melihat sekitar dimana begitu sepi dengan kendaraan yang dipastikan tak akan ada angkot atau angkutan umum lainnya yang lewat melihat jam sudah hampir menunjuk pukul setengah 11 malam dan Anna masih agak jauh dari perumahannya dan ia harus jalan kaki.

Anna sampai dirumah pukul 11 malam dan disambut oleh orangtuanya yang duduk disofa ruang tengah.

"Darimana kamu?"tanya ayahnya sedikit membentak.

"Anak perawan jam segini baru pulang?!"bentak ayahnya.

"Anna habis les yah"jawab kecil Anna.

"Les apaan sampe jam 11 malem?! Gak usah bohong kamu!!"bentak ayahnya lagi.

"Les biasa yah, hari ini ada ekskul jadi jam lesnya ditambah"jelas Anna.

"Alasan! Sana masuk kamar!"suruh ayahnya.

Anna hanya mengangguk dan naik masuk ke kamarnya. Anna dengar ibunya sedang menjelaskan kalau Anna les dan jamnya memang ditambah karena nilainya turun.

Anna merengut sendirian di kamarnya.

Apa katanya? Nilaiku turun? Ya! Harapan ku untuk melanjutkan hidup yang turun, selalu turun setiap harinya.

***

Paginya tak akan ada kata permintaan maaf dari ayahnya setelah ibu menjelaskan pun memang tak akan ada permintaan maaf dari pria paruh baya itu.

"Anna, berangkat ma, Anna piket"pamit Anna menyalami kedua orangtuanya dan Aris.

Berjalan santai ditrotoar perumahan lalu menunggu angkot lewat. Naik dan menunggu sampai angkot itu berhenti di sekolahnya.

Melihat ke jendela motor kakaknya lewat dengan Sarah di boncengan. Melihat itu Anna jadi berpikir kenapa ia tak diajak bareng saja tapi berpikir lagi tak mungkin karena bonceng tiga itu tidak boleh.

Turun dari angkot dan memasuki kawasan sekolahnya tanpa tahu dari belakang ada anak-anak yang datang sambil bercanda saling mengejar dan menyenggol Anna sampai jatuh dan saat itu juga bertepatan dengan sebuah motor sport datang.

Tiiiinnnn!!! Brak.

Untuk menghindari Anna si pengemudi membanting stir dan terjatuh. Melihat itu orang-orang disekitar dan satpam penjaga gerbang langsung membantu siswa tersebut begitu juga teman-teman nya yang baru datang langsung turun dari motor mereka membantu siswa itu bangkit.

Anna buru-buru menghampiri orang itu untuk memeriksa keadaannya dan meminta maaf.

"Bro Lo gak apa-apa?"seru temannya yang membantu orang itu berdiri.

Orang itu melepas helmnya buru-buru dan wajah itu Azriel menatap Anna dengan marah.

"Lo mau mati hah?!"bentak Azriel membuat Anna yang ketakutan semakin ketakutan dan menunduk.

Anna meringis saat melihat celana bagian samping Azriel sobek dan memperlihatkan betis kirinya luka.

"Maaf Azriel, Anna minta maaf banget"kata Anna setulus hati merasa bersalah.

Azriel menghela nafas kasar tak habis pikir dengan gadis didepannya itu.

"Ada apa ini?"tanya kepala sekolah yang tiba-tiba muncul membelah kerumunan.

"Itu pak! Dia caper sama temen saya tapi malah bikin temen saya celaka"seru Milan menunjuk Anna.

Kepala sekolah menatap Anna dan menggeleng. "Kamu ikut saya ke kantor dan kamu obati lukamu di uks"kata kepala sekolah itu pergi dan diikuti Anna.

Anna menunduk takut menatap kepala sekolahnya yang sedang menatap Anna tak suka.

"Kau tahu? Perilakumu itu bisa saja membuat Azriel kehilangan nyawanya"kata kepala sekolah membuka percakapannya.

"Saya minta maaf pak"cicit Anna.

"Kalau suka dengannya jangan terlalu berlebihan untuk mencari perhatiannya, kau terlihat seperti sampah"kata kepala sekolah.

Anna harus bersyukur pada Tuhan karena dihidupkan diantara orang-orang yang tak pernah menyaring perkataan mereka dan selalu membuat Anna ingin mengakhiri hidupnya selalu.

"Ke tengah lapangan berdiri menghadap tiang disana sampai bel istirahat berbunyi"perintah kepala sekolahnya.

"Terimakasih pak, sekali lagi saya minta maaf, permisi"pamit Anna.

Keluar dari ruang kepala sekolah ia berniat untuk kelokernya terlebih dahulu untuk menaruh tasnya dan berjalan kelapangan utama.

Berdiri ditengah dan mendongak menatap bendera merah putih yang berkibar karena angin itu. Berpikir kalau ia akan ketinggalan beberapa jam pelajaran kali ini dan ia harus belajar lebih ekstra untuk mengejarnya.

Diantara pikiran negatifnya ada satu pikiran positif yaitu Anna bersyukur karena sekolah sepertinya tak akan memberitahukan hal ini pada orang tuanya.

Semakin lama semakin panas, matahari semakin tinggi membuat Anna sedikit pusing tapi ia yakin tak akan pingsan seperti cerita cerita lain atau sinetron di tv karena ia sudah makan banyak saat sarapan, ia hanya merasa haus.

Teeeettt. Bel istirahat berbunyi membuat Anna menghela nafas lega bersyukur hukumannya selesai.

Byuur. Baru selangkah ingin meninggalkan lapangan Anna sudah basah kuyup dari atas sampai bawah bahkan banyak tetesan air yang menetes ditubuhnya. Suara tawa terdengar dari mana-mana mentertawakan Anna yang basah kuyup.

Anna menatap bingung orang-orang disana yang mentertawakannya lalu ia menatap tiga perempuan yang ada dihadapannya dengan masing-masing membawa ember yang masih meneteskan air dari sana.

Perempuan ditengah melemparkan ember itu pada Anna yang membuat Anna menghindar dan mendapat tepuk tangan malas dari perempuan itu.

"Gue ngeliat Lo kepanasan, jadi karena gue baik hati ngebuat Lo merasa segar, baik kan gue?"kata perempuan bername tag Vanesa itu.

Vanesa berjalan maju mendekati Anna dan langsung menamparnya tanpa sebab sampai Anna membalikan wajahnya.

"Buat pembunuh kayak Lo emang pantes diginiin"desis Vanesa mendorong keras bahu kanan Anna.

"Lo kalo suka sama Jiel jangan gitu cara Lo! Gak usah caper karena Jiel punya gue!"kata vanesa membentak lalu menatap Anna dari atas sampai bawah lalu terkekeh remeh.

"Dan cewek kek Lo gak pantes buat caper ke Jiel"kata Vanesa terakhir lalu menoyor kepala Anna dan pergi begitu saja dengan kedua temannya.

Anna mengerjapkan matanya bingung dan selanjutnya berjalan keluar lapangan untuk mengganti pakaiannya yang basah, rasanya Anna memiliki seragam cadangan di lokernya.

***

Milan membuka pintu UKS dan duduk dikursi samping ranjang Azriel lalu memberikan pesanan temannya itu, berupa susu kotak rasa melon.

"Gimana?"tanya Milan sembari mencoblos susu kotak rasa strawberry miliknya.

"Cuma luka luar kecil gak parah"kata Azriel mengingat perkataan suster yang mengobatinya.

"Syukurlah Lo masih bisa main Minggu depan"kata Milan.

Mereka pun saling diam menikmati susu kotak masing-masing sampai Milan ingat sesuatu yang ia lihat saat perjalanan dari kantin ke UKS.

"Tuh cewek dibully ditengah lapangan tadi sama si Vanesa cs"kata Milan santai.

"Cewek mana"tanya Azriel tak minat.

"Itu loh yang caper ke Lo dan bikin Lo begini"kesal Milan.

Azriel hanya beroh ria saja. Tak minat dan tak peduli dengan gadis bernama Anna itu.

Azriel memilih kekelas dan mengikuti pelajaran karena ia bosan di UKS membuat Milan terkejut melihatnya dan sepanjang jalan menemani Azriel ke kelas Milan selalu bertanya apa Azriel tidak kerasukan atau otaknya rusak karena terjatuh tadi.

"Ah elah udah gak apa-apa gue, balik sana kekelas, siniin tas gue"kata Azriel mengambil tasnya yang dibawakan Milan.

"Bener Lo gak kerasukan atau otak Lo masih bener kan?"kata Milan masih tak percaya.

"Pergi gak Lo?!"bentak Azriel membuat Milan buru-buru pergi kekelasnya sambil berkata kalau ia akan menjemput Azriel kekelas saat jam pulang nanti.

Azriel masuk kekelas bertepatan dengan bel masuk berbunyi dan teman-teman sekelasnya mengabaikan bel tersebut dan memilih mendekati mejanya.

"Lo gak apa-apa kan?"

"Ada yang patah?"

"Emang keterlaluan si Anna, diem-diem nyebelin"

"Dari awal dia emang nyebelin emang orangnya"

Dan seterusnya hanya ada cacian dari mereka yang pasti terdengar oleh Anna yang duduk dikursinya itu.

"Dah dah sana pada balik, sesek gue"usir Azriel pada teman-temannya itu.

Begitu mereka duduk guru masuk dan pelajaran dimulai. Dari belakang Azriel menatap punggung Anna yang kali ini tertutupi oleh rambut panjangnya yang tergerai terlihat basah.

Gadis itu fokus memperhatikan guru yang sedang mengajar dan Azriel melihat gadis itu merasa tak bersalah sama sekali membuat Azriel merasa sedikit kesal dan lega juga.

Toh Azriel tahu Anna terjatuh bukan sengaja dan tanpa sebab. Sebenarnya sudah sejak awal Azriel melihat dua murid laki-laki yang berjalan sambil bercanda saling mengejar dan Azriel kaget saat berbelok masuk ke gerbang Anna terjatuh karena tersenggol mereka.

"Ya untung aja gue jago, kalo gak udah kegiles kali tuh cewek"gumam Azriel mengalihkan pandangannya menatap keluar jendela.

Terpopuler

Comments

Wirda Wati

Wirda Wati

ortu terlalu obsesi kerangkeng 1
disekolah juga dibully...
kasihan ana...

2023-04-12

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 permintaan maaf
144 Bab 143
145 Bab 144
146 Bab 145
147 Bab 146
148 Bab 147
149 Bab 148
150 Bab 149
151 Bab 150
152 Bab 151
153 Bab 152
154 Bab 153
155 Bab 154
156 Bab 155
157 Bab 156
158 Bab 157
159 Bab 158
160 Bab 159
161 Bab 160
162 Bab 161
163 Bab 162
164 Bab 163
165 Bab 164
166 Bab 165
167 Bab 166
168 Bab 167 : Epilog 1
169 Bab 168 : Epilog 2
Episodes

Updated 169 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
permintaan maaf
144
Bab 143
145
Bab 144
146
Bab 145
147
Bab 146
148
Bab 147
149
Bab 148
150
Bab 149
151
Bab 150
152
Bab 151
153
Bab 152
154
Bab 153
155
Bab 154
156
Bab 155
157
Bab 156
158
Bab 157
159
Bab 158
160
Bab 159
161
Bab 160
162
Bab 161
163
Bab 162
164
Bab 163
165
Bab 164
166
Bab 165
167
Bab 166
168
Bab 167 : Epilog 1
169
Bab 168 : Epilog 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!