REYSHA [4]

Di sebuah taman di sekitaran cafe yang sudah di pesan oleh Nona Tira. Shasa dan Tira kali ini sedang duduk santai di salah satu meja yang tersedia VIP khusus untuk dia orang.

"Ada apa Tira?" tanya Shasa pada Tira.

Usia Tira setahun lebih muda dibanding Shasa, karna itu sudah tak heran jika Shasa memangilnya dengan nama depan bukan nama marga keluarga.

"Kak, aku butuh bantuan kakak." ucap Tira meletakkan gelas berisi teh di meja.

"Bantuan? tumben."

Tira menghela nafas panjang. "Ini bukan hal serius sih, tapi keluarga Ayunda tiba-tiba meminta bantuan padaku untuk mengobrol dengan kakak." jelas Tira.

"Ada masalah apa di perusahaan Ayunda itu?" tanya Shasa.

"Nopal Ayunda, dia gagal jadi pewaris di perusahaan ayah nya. Dan sekarang yang akan jadi pewaris nya adalah Desvita Ayunda. Adik kandung dari Tuan Ayunda."

Shasa yang mendengar itu mengerutkan keningnya. "Maksudnya?"

"Kakak belum tau? atau kakak belum liat berita kemarin?" tanya Tira menatap Shasa nanar.

Shasa mengeluarkan ponselnya dan mencari liputan kemarin. Shasa yang membaca liputan itu tercengang kaget bahkan mulut nya saat ini tak bisa tertutup.

"Nopal, kehilangan dukungan yang bisa membuat dia lebih kuat, yaitu perusahaan kakak, saat ini perusahaan kakak sangat berpengaruh bagi Nopal saat ini. Seperti yang kakak dengar atau lihat barusan..." Tira menghentikan pembicaraan nya dan melirik ke arah Shasa.

"Jadi, yang di maksud di sini, keluarga Ayunda memberitahu kalau Desvita itu adalah anak kandung mereka, dan Nopal itu hanyalah..."

"Iya. Anak angkat, atau bisa di bilang karena kesalahpahaman yang terjadi, membuat keluarga itu terpaksa menerima Nopal sebagai anak mereka." lanjut Tira.

"Dari mana kamu dapet informasi ini Tira? kamu bukan tipe orang yang akan menghambur-hamburkan uang demi mendapatkan info yang tak ada kaitan nya denganmu." tanya Shasa dengan tatapan mengintimidasi.

"Kakak gak perlu tau, yang perlu kakak tau hanya, aku tidak pernah mengotori tanganku kak." jawab Tira dengan tatapan tajam nya.

Shasa merasa kaget dengan tatapan itu, dia merasa kalau Tira tau sesuatu tentang hubungan nya dengan Nopal, anak angkat keluarga Ayunda.

"Apa yang kamu mau aku lakukan?" tanya Shasa to the point.

"Oh, kakak ini ya, gak bisa sabaran jadi orang." sahut Tira.

"Aku mau, kakak mencabut kerjasama antar perusahaan ku dengan perusahaan Ayunda, seperti yang kakak bilang, aku harus mendukung Nopal agar menjadi pewaris kan? Tapi sekarang seperti nya situasi tidak berpihak pada Nopal. Maka dari itu aku kakak mencabut dukunganku sebelum si anak angkat itu berulah dan menjadi nama perusahaanku menjadi tameng nya." jelas Tira.

"Tentu." Shasa mengambil ponselnya di tas dan menelpon seseorang.

"Agnes, cabut dukungan perusahaan keluarga Robert."

"..."

"Terimakasih."

Setelah menelpon Shasa kembali meletakkan ponselnya dan menatap Tira. Terlihat ekspresi Tira yang begitu terkejut.

Memang ya, orang yang sudah punya keahlian dalam perusahaan susah untuk di tebak apa yang akan dia lakukan.

"Tira..."

"Apa kak?"

"Aku mau buat kesepakatan denganmu."

"Kesepakatan?"

...***...

Setalah setengah jam mereka berbincang dengan serius, ini waktunya untuk mereka pulang. Sama seperti sebelumnya, Tira menjemput Shasa dan itu artinya dia juga yang harus mengantar Shasa sampai ke rumahnya.

Setelah sampai di rumah, Tira pamit untuk pulang karena tak enak sudah malam.

Dalam perjalanan menuju rumahnya Tira memutarkan lagu kesukaan nya dan dia masih memikirkan hal barusan.

"Kesepakatan ya? Heh, itu boleh juga."

"Apalagi, anda akan menjadi bagian dari keluarga terhormat nona Shasa, saya tunggu undangan pernikahan anda." gumam Tira di dalam mobilnya.

...***...

Tok... Tok... Tok...

"Siapa?"

"Ini ayah."

"Masuk ayah, gak di kunci!"

cklek

"Shasa, ayah mau bicara sebentar sama kamu."

"Boleh yah, ada apa?"

"Besok kita ada pertemuan dengan keluarga seseorang."

"Siapa? apa masalah pekerjaan lagi?"

"Bukan, kali ini berbeda. Ayah harap kamu hadir juga dalam pertemuan ini."

"Apa hanya aku sendiri?"

"Tidak, kali ini satu keluarga besar akan hadir."

"Hah?"

"Kalau begitu selamat tidur sayang, ayah balik ke kamar dulu."

Ayah Ernest pergi begitu saja meninggalkan Shasa yang masih bengong memikirkan pertemuan apa yang membuat keluarga besar hadir?

"Keluarga besar akan hadir? maksudnya?" tanya Shasa pada dirinya sendiri. Dia kemudian mematikan lampu di dalam kamar nya lalu menarik selimut sampai ke dada dan tidur.

...***...

Pagi hari yang sangat cerah. Keluarga Devan sedang sarapan di ruang makan. Shasa sudah duduk di kursinya menunggu sang Bunda memberikan roti dengan selai kacang di atasnya. Tak lama Ayah Ernest datang dengan pakaian kasual nya dengan parfum yang biasa dia pakai sehari-hari.

"Pagi sayang, pagi anak ayah." sapa Ayah Ernest.

"Pagi juga..." sahut Bunda.

"Pagi." sahut Shasa.

"Sha, kamu kurang tidur?"

"Hoaamm. Hm? iya. aku gak bisa tidur.

"Kenapa kok gitu? kamu tidur seperti biasa kan sayang? gak ada bergadang-bergadang lagi." tanya Bunda.

"Enggak kok Bun, aku tidur jam sembilan." jawab Shasa sambil memakan roti di piringnya.

"Apa karena semalem? kamu kaget ya?" tanya Ayah pada Shasa sambil menhekus rambut putrinya.

"Hm? emang kamu ke kamar Shasa semalem?" tanya Bunda ikut duduk di kursi dan sarapan bersama.

"Iya..." jawab Ayah.

"Ngomongin apa?" tanya Bunda kepo.

"Ngomong soa--"

"Bun, ayah... aku berangkat dulu yah, udah agak siang ini." potong Shasa.

"Oh iya sayang. hati-hati." sahut Bunda.

"Assalamualaikum." ucap Shasa menyalami kedua orang tuanya.

"Waalaikumsalam." jawab Ayah dan Bunda barengan.

Setalah Shasa pergi dari ruang makan menuju garasi untuk mengambil mobilnya dan meninggal pekarangan rumah.

Bunda kembali bertanya pada Ayah. "Kamu bicara soal acara malam ini?"

"Iya."

"Bukannya Minggu depan?"

"Katanya mereka ingin mempercepat pernikahan ini, makanya aku sengaja bilang pada Shasa kalau ini adalah acara penting dan semua keluarga besar kita akan hadir."

Bunda menghela nafas berat. Ayah lalu memeluk Bunda dari samping untuk memberi semangat.

"Kalau aja ayah gak buat perjanjian 'itu' pasti gak ada kayak gini."

"Aku juga salah Mas, harusnya aku juga gak buat perjanjian waktu kami SMP eh malah di bawa serius lagi." sahut Bunda tertawa.

"Mereka mah orang nya di bawa serius mulu, gak bisa di ajak bercanda." sahut Ayah ikut tertawa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!