Shasa baru sampai di rumahnya jam sepuluh malam. Dia membuka pintu dan melihat Bunda nya yang sedang duduk di kursi sembari menatap nanar wajah Shasa.
"Habis dari mana?" tanya Bunda Elisa.
"Dari kantor Bun..."
"Tuan Smith bilang kamu keluar dari ruang meeting lebih dulu, dan gak kembali ke kantor. Kamu kemana dulu?" tanya Bunda.
"Aku, main ke rumah temen Bunda... katanya dia mau curhat gitu sama aku, makanya aku temenin dia kasian juga."
Bunda Elisa menarik nafas panjang dia berdiri dan berjalan menghampiri Shasa yang sedang menunduk. "Lain kali bilang sayang, bunda khawatir." ucap Bunda memeluk Shasa erat.
"Kamu udah makan?" tanya Bunda melepas pelukannya. Shasa menggelengkan kepalanya memberi jawaban.
"Ya sudah yuk makan dulu." Ajak Bunda menarik tangan Shasa.
Setelah Shasa membersihkan diri dan sudah memakai piyama nya. Dia turun ke bawah untuk makan malam.
"Bunda, ayah kemana?" tanyanya.
"Ayah lagi di Bekasi, katanya ada urusan mendadak di sana."
"Oh."
Shasa mengambil piring dan menyendok nasi dan juga lauk yang ada di meja makan.
"Kata Ayah, besok kamu sehabis pulang sekolah langsung ke kantor, ayah minta tolong urusin berkas yang belum selesai di tanda tangan." ucap Bunda yang sedang mencuci piring.
"Iya Bun." jawab Shasa tengah makan.
Bukan salah orang tuanya jika Shasa di tekan untuk mengurus perusahaan, itu adalah pilihan Shasa sejak dulu. Dia memang suka membuat dirinya sibuk akan suatu hal tak peduli jika itu akan membuat dirinya sakit bahkan sampai masuk ke RS.
"Tadi, Tasya datang ke rumah."
"Siapa?"
"Tasya."
"Tasya? Oh."
"Dia tadi nyariin kamu, katanya ada hal penting mendadak yang harus dia kasih tau ke kamu. Tapi giliran bunda tanya ada apa, dia malah bilang nggak jadi terus dia pergi deh sama temen-temen nya yang lain."
"Nopal selingkuh Bun... bukan! aku selingkuhan Nopal Bun, aku udah kebenaran nya..."
"Sebenernya ada apa ya?" tanya Bunda berbalik.
"Hm? Ya tadi, kan temen ku curhat tapi sayangnya Tasya lagi ada urusan penting juga, makanya dia nyuruh aku buat nemenin. Biar kejadian dua tahun lalu gak terulang lagi..."
"Sayang, Alya udah tenang di sana."
"Iya Bun, maaf."
"Sebenarnya itu bukan salah siapa kamu ataupun Tasya. Itu salah pacarnya, dia sakit hati dan memilih untuk bunuh diri."
"Dari yang bunda denger sih, pacarnya itu selingkuh terus pacarnya malah milih selingkuhan nya... oh iya, kamu sama Nopal baik-baik aja kan?" tanya Bunda duduk di kursi bersebrangan dengan tempat duduk Shasa.
"Oh, Nopal... aku sama Nopal putus Bun." jawab Shasa sembari meneguk air putih.
"Kenapa? Kok bisa?"
"Aku yang putusin Nopal, karna mau bagaimanpun juga akhir-akhir ini aku sibuk sama urusan kantor lah, sekolah lah, les lah, dan banyak lagi. Aku takut kalau dia nanti malah kesel sendiri karena aku gak bisa luangin waktu buat dia. Makanya aku putusin, walau tadi ada beberapa pertengkaran, hehehe..." jelas Shasa pada Bunda Elisa.
Bunda Elisa hanya diam, ada rasa senang dan bahagia ketika mendengar putrinya sudah putus dengan kekasihnya itu.
"Bunda?"
"Hah? kenapa?"
"Bunda kenapa? kok bengong?"
"Ah bukan apa-apa. Baguslah kalau kamu udah putus sama pacar kamu itu." gumam Bunda Elisa.
"Emangnya kenapa Bunda kalau aku udah putus sama Nopal?"
Bunda Elisa tersentak kaget. Apa putri itu mendengar gumaman nya barusan?
"Ah, enggak... kalau udah selesai makan, sana kamu balik ke kamar besok sekolah, terus pulang sekolah kamu harus ke kantor lagi."
"Iya Bundaaa sayang..."
cup
Shasa mencium pipi sang Bunda lalu berlalu menaiki tangga menuju kamarnya di lantai dua.
Setalah Shasa berlalu. Bunda Elisa berjalan menuju ruang keluarga meraih ponselnya yang tergeletak di sofa.
"*Halo."
"..."
"Iya, katanya udah putus."
"..."
"Minggu depan? apa gak terlalu cepat?"
"..."
"Oh ya sudah, nanti saya bicarakan dulu dengan Mas Ernest."
"..."
"Iya, malam*."
Setelah menelpon, Bunda Elisa kembali ke kamar dan tidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments