Bimbang

Sinar matahari pagi telah menerobos masuk melalui kisi-kisi jendela.

Seolah tidak terima melihat Elenna masih tertidur pulas. Sinar mentari itu berusaha menjangkau tubuh Elenna.

Elenna menggeliat manja lalu menggosok dan perlahan membuka matanya. Berusaha menyesuaikan dengan cahaya yang masuk Elenna kembali menggosok gosok matanya.

Elenna meraih ponselnya yang tergeletak di meja samping tempat tidurnya.

Ia mencoba mengecek notifasi yang masuk. Ada beberapa miskol dari Renata dan pesan masuk untuknyba.

"Banyak amat miskol nya. Ada perlu.. atau ada kabar pentingkah ?" batin Elenna.

Belum sempat ia berpikir lebih lanjut, terdengar pintu kamarnya diketuk dari luar oleh seseorang.

"El...El..., kamu sudah bangun nak? Ditunggu sarapan di bawah sama papa." Mama memberitahu bila sarapan sudah siap. Dan Elenna sudah ditunggu untuk sarapan bersama.

Elenna memutar otak mencari cara untuk menghindari sarapan bersama sang papa.

"Pasti papa akan bertanya tentang kepindahan kuliah aku, apa sudah diurus belum." tebak Elenna.

Klik

Pintu kamar dibuka oleh Elenna.Terlihat mama sedang menunggunya di balik pintu."Ell...., ditunggu papa sarapan tuh. Yuk turun!" ajak mama.

"Bentar ma, Elenna mandi dulu, masih ada tugas kuliah yang harus Ell revisi juga.Mama Papa sarapan aja duluan, ntar El susul kalau tugas El sudah beres." Elenna mencoba mencari alasan agar tidak ikut sarapan bersama papa.

"Lho kok gak dikerjakan kemarin sih El, tugas kuliahnya." gerutu mama sekaligus khawatir suaminya marah.

"Sudah ma, tapi emang revisinya banyak." ucap Elenna ngasal.

"Ya sudah. Kalau misal sudah selesai cepat turun ya." mama mencium kening anak semata wayangnya itu.

"Siap delapan enam komandan." lalu Elenna menutup pintu kamarnya.

Mama tersenyum lalu meninggalkan kamar Elenna untuk sarapan.

Elenna dengan sigapnya mengambil ponselnya yang tadi ia letakkan begitu saja di tempat tidur saat mamanya mengetuk pintu kamarnya.

"Hallo...."

"Iya El, selamat pagi ada apa ya?" tanya Renata penasaran pagi-pagi sahabatnya ini sudah menelepon dirinya.

"Nat,kamu bisa ke rumah aku?"tanya Elenna melalui ponselnya.

"Sekarang?Ada apa?Jangan bilang lagi berantem sama Jupiter." selidik Renata.

"Enggak kok aman.Tapi aku harus keluar rumah secepatnya."ucap lirih Elenna sambil melihat sekeliling waspada takut ada yang nguping.

"Please Nat, jangan banyak tanya ntar aku cerita di mobil." desak Elenna.

"Baiklah aku segera kesana." jawab Renata.Lalu hubungan telepon pun terputus.

Elenna bergegas menyelesaikan rutinitas paginya.Lalu bersiap menunggu kedatangan Renata.

Elenna pun menghubungi Jupiter, memberitahu kalau ia berangkat ke kampus bersama Renata. Untuk menghindari bertemu papa karena tiap kali bertemu ia selalu di desak untuk segera mengurus surat-surat kepindahannya di kampus.

"Ell!! Rena sudah datang tuh!" tiba-tiba terdengar suara mama di balik pintu kamar.

Elenna sempat terkejut mendengar suara mama yang memberitahunya tentang kedatangan sahabatnya Renata.

Elenna segera mengambil tas ranselnya lalu segera menemui Renata.

"Renata sudah datang ma?" tanya Elenna dengan wajah berseri-seri.Bagaikan mendapatkan siraman air segar dikala penat menyerang tubuh.

"Baru saja. Tuh nunggu di bawah" tunjuk mama.

"Elenna pamit berangkat dulu ya ma." Elenna mencium tangan mama dan memeluknya

Segera Elenna menuruni tangga hendak menemui Renata.

Betapa terkejutnya dirinya melihat Renata sedang berbincang-bincang seru dengan papanya di meja makan.

"El!" sapa Renata yang dengan spontan membuat papa nya menoleh ke arah dirinya.

Elenna hanya bisa tersenyum getir.Elenna sangat mengenal papanya.Bila ia menemukan teman ngobrol yang seru sangat bisa dipastikan obrolan mereka akan semakin lama.

"Nah nih anak gadis papa, akhirnya turun juga.Sudah selesai tugasnya?" tanya papa ingin tahu.

Elenna hanya tersenyum samar Sedangkan Renata menatap bingung ke arah Elenna. Merasa mereka tidak memiliki tugas apapun Minggu ini. Tetapi kenapa papa Elenna menanyakan tentang tugasnya."Memangnya ada tugas apa ya?" Renata berusaha mengingatnya." Atau jangan - jangan aku memang lupa kalau ada tugas dari kampus. Mampus aku" pikirnya.

Hampir saja Renata hendak bertanya pada Elenna, tentang tugasnya yang ia sendiri merasa tidak mempunyai tugas apapun.

Tetapi sebelum Renata membuka mulutnya untuk bertanya. Ia mendapatkan kode keras dari tatapan mata Elenna agar tidak memperpanjang pembicaraan.

Dengan segera Renata meminta ijin untuk berangkat ke kampus bersama Elenna.

""Kamu gak sarapan dulu El?" tanya papa khawatir.

"Tadi bibi masak nasi goreng Pete kesukaanmu lho" ucap papa sambil menunjukkan nasi goreng buatan bibi

Nasi goreng bibi memang sangat enak tidak ada duanya. Bahkan nasi goreng yang katanya enak di restoran mahal pun bagi Elenna masih kalah dengan nasi goreng buatan bibi.Bagi Elenna nasi goreng bibi tetap juaranya.

"Ell ayo sarapan dulu, ajak Renata."sambung mama.

Mama menyodorkan piring kosong pada Renata."Ayo Rena sarapan dulu."

Renata menelan salivanya.Ia sudah pernah makan nasi goreng buatan bibi dan memang rasanya luar biasa enak

Pagi ini karena Elenna menyuruhnya dadakan untuk menjemputnya ia belum sempat sarapan.Sejujurnya perutnya sangat menginginkan untuk diisi.Tetapi sekali lagi ia melihat kode dari Elenna untuk segera meninggalkan ruang makan dan berangkat ke kampus.

"Maaf Tante, kami langsung berangkat dulu, banyak tugas yang harus kami cari referensi nya di perpustakaan. Jadi harus pagi-pagi biar kebagian buku.' Renata mencoba mengikuti skenario yang terlanjur dibuat oleh sahabatnya itu

"Oh begitu. Okay next time ya kamu harus makan bersama kami." ucap Mama. Lalu hendak mengantar sampai ke halaman.

"Ell!!!" panggil papa yang membuat langkah Elenna terhenti.

"Jangan lupa ke Tata Usaha urus segera kepindahan mu." ucap papa mengingatkan.

"Kalau sudah selesai urusan kampus disini, nanti berkas-berkasnya papa masukkan ke kampus di Jogja.Sabtu papa berangkat ke Jogja untuk survey lapangan." sambung papa.

Elenna menarik napas dalam. Ada kesedihan yang tersirat di pelupuk matanya.

..................................................

Selama perjalanannya menuju ke kampus. Elenna terlihat sibuk dengan pikiran dan dunianya sendiri.

Renata melirik sekilas sahabatnya itu. Walaupun Elenna terlihat melihat ke depan tetapi ia yakin pikiran Elenna bukan pada macetnya jalanan yang terlihat di depan matanya.

'"Kamu sudah mencoba bicarakan pada kedua orang tuamu, tentang keinginan mu untuk tetep disini?"tanya Renata mencoba memecah keheningan.

"Ell???"tanyanya lagi ..

"Emm....??" sahut Elenna menoleh ke arah Renata.Ia tidak mendengar dan paham apa yang dipertanyakan oleh Renata padanya.

"Kamu sudah mencoba bicarakan dengan kedua orangtuamu?" ulang Renata.

"Sudah. Tapi mereka tetap ingin kami semua pindah ke Jogja.Papa takut saingan bisnisnya akan mencelakai ku." jawab sedih Elenna.

"Seseram itu kah dunia bisnis?" Renata tidak habis pikir bukan perkara gampang mencelakai seseorang.Bukankah kita tinggal di negara hukum. pikir Renata.

"Entahlah."jawab Elenna sedih.

........................................................

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!