...Kata peramal...
...******...
Bayangan wajahnya selalu mengganggu, menyarang di benaknya, berputar-putar kadang membuatnya sangat marah dan merasa terhina. Baru kali ini ada yang berani melakukan hal rendahan seperti itu terhadapnya. Namun di sisi lain ia juga merasa sangat bersyukur, jika bukan karenanya kemungkinan ia akan dipaksa menikahi wanita itu dan mati karena penyakit sialan itu.
Tok... Tok...
Ketukan halus pintu menggugah lamunannya, lelaki yang berdiri dekat jendela dalam ruangan kurang pencahayaan itu menoleh sekilas.
“Sudah hasil?”
Asistennya Fadil menghampiri.
“Tenang saja, tuan muda. Aku sudah mendapatkan informasi pria genit itu. Ini dia data miliknya.”
Sebuah berkas cokelat diserahkannya. Everest menerimanya tanpa ekspresi, membuka dan membacanya.
“Qin Marques, putra tunggal Keluarga Marques? Keluarga yang menarik.”Everest tersenyum tipis.
“Selanjutnya tuan muda mau melakukan apa?”
“Tentu saja ingin berterima kasih padanya. Temukan lokasinya sekarang.”
“Baik.”sahut Fadil, menghidupkan notebook dan langsung melacak keberadaan Qin Marques saat ini.
Tak membutuhkan waktu lama Fadil sudah dapat menemukan lokasi Qin sekarang secepat kilat, karena dia ahli mencari informasi orang.
“Kasino Tongfei.”ucap Fadil, memberitahukan.
“Bagus sekali. Siapkan mobil.”balas Everest.
Fadil mengangguk, “Baik.” lalu permisi meninggalkan ruang baca sang bos.
*****
Qin dan sepupunya, Akiro, saat ini berada di rumah judi terbesar kota yang sudah sangat terkenal dikalangan orang-orang atas, siapa lagi kalau bukan Kasino Tongfei.
"Kau yakin, kak, kita ke tempat judi ini bakal hasil?"tanya Akiro, menatap sekitarnya.
"Kau tidak percaya padaku?"ucap Qin mendelik tajam.
"Tentu saja aku tidak mempercayaimu. Sebelum-sebelumnya saja Kita diusir dari tempat ini gara-gara kalah judi dan dikejar-kejar preman karena kau ngutang sama bos judi."ketus Akiro.
Jleb! Qin tertegun ucapan Akiro sangat menusuk tapi memang kenyataannya.
"Sudahlah. Aku yakin kali ini aku bakal menang dan kita pulang bawa duit banyak."ucap Qin, yakin.
"Apa yang membuatmu begitu yakin kita pulang nggak bakal zonk?"
"Kata peramal. Kemarin dia membaca garis tanganku katanya aku bakal mendapatkan kemujuran semingguan ini."jawab Qin santai.
Sontak mendengar hal itu membuat Akiro langsung mencibir. "Di zaman modern sekarang ini kau masih mempercayai ucapan peramal?"
"Ya, tentu saja aku mempercayai peramal itu lagipula yang dia katakan adalah hal baik dan bukan buruk."
"Bagaimana jika yang dikatakan peramal itu cuma omong kosong doang?"
Qin mendengus. "Seharusnya sebagai sepupu kau memberi semangat dan dukungan kepadaku, bukannya mencibir."
Akiro terdiam.
"Sudahlah, ayo kita jemput uang-uang di meja itu."tunjuk Qin ke arah meja yang diisi oleh orang-orang kaya yang loyal.
Akiro langsung membelalakkan mata. Tapi Qin sudah pergi menghampiri mereka-mereka itu.
"Astaga, nih anak."Akiro menepuk dahi melihatnya.
Qin duduk di salah satu kursi kosong dengan senyuman manis melihat mereka semua.
"Aku akan tinggal."ucap Qin.
"Hei bocah. Tempat ini bukan untuk bermain. Pergilah."sahut pengawas rumah judi, memandang remeh.
"Huh, apakah kau takut bocah ini mengalahkan mereka?"jawab Qin, tengil. Membuat pria itu menggeram kesal.
"Sepupu!"
Akiro menerobos kerumunan, berdiri di samping Qin.
"Ya?"
"Tunjukkan kepada mereka."Akiro mengangguk, koper yang dia bawa diletakkan di atas meja besar, kemudian dibuka diperlihatkan isinya kepada semua orang.
"Aku punya uang. Apa ini belum cukup agar aku bisa tinggal bersama kalian?"
"Oh tentu saja kau boleh tinggal. Apapun itu jika ada uang boleh tetap tinggal."sahut si pengawas judi, cepat. "Maaf tadi sudah berkata kasar."
"It's okay, tidak apa-apa. Uang sudah bicara, semuanya tunduk."balas Qin, menohok.
Para pengusaha itu diam-diam menyunggingkan senyum. Uang yang Qin bawa jumlahnya tidak sedikit, sekitar dua setengah juta dolar Amerika.
"Hei bocah, apa kau tidak takut kau akan kehilangan uangmu itu?"ucap salah satu pemain.
Qin menelengkan kepala, melihat ke arah lelaki yang duduk tidak jauh darinya, lalu tersenyum.
"Takut? Huh. Aku akan menang kenapa harus takut?"kata Qin, membuat jengkel mereka karena sikap sombongnya.
"Humph! Kau ini sombong sekali. Lihat saja aku akan menghancurkan percaya dirimu."tuan Bima mendengus.
"Hahahaha, lucu sekali."Sahut Qin, terbahak. Akiro sedikit cemas, belum main saja Qin sudah membuat pengusaha nikel itu emosi.
"Hanya anak kecil kenapa tuan Bima harus sangat marah?"lelaki yang bungkam itu akhirnya membuka mulutnya.
Qin menoleh. "Eh bukankah kau adalah Tonny Wu yang terkenal tidak pernah kalah dalam permainan judi itu? Wah kebetulan sekali hari ini aku akan mengalahkan mu."
Mereka sontak terbahak mendengarnya. Tapi tuan Tonny si gambler internasional itu hanya tersenyum tipis, baru kali ada yang bersikap sombong di hadapannya.
"Bocah, mimpi saja kau. Mengalahkan tuan Wu? Hahaha."
"Dia belum tahu saja siapa tuan Wu sebenarnya, hahaha."
"Palingan kau yang akan kalah dari tuan Wu. Lebih baik kau pulang saja daripada nanti menangis dan mengadu kepada ibumu karena kalah."
Qin mengepalkan tangan mendengar cibiran itu. Lalu mendelik tajam pada Akiro yang juga ikut mentertawakan ucapannya. Menyadari Qin memelototinya, Akiro berhenti sambil membersihkan tenggorokannya.
"Hahaha, nak, lawakanmu membuat perutku sakit karena banyak tertawa. Sebelum terlambat mending pulang aja gih? Hehehehe."
Mereka belum berhenti mengejeknya. Qin kesal dan menggebrak meja.
Brak!
Mereka terkejut.
"Kalian mentertawakan aku. Baiklah, aku akan buktikan pada kalian semua, hari ini aku akan kalahkan kalian. Orang pertama yang akan aku singkirkan, kau, tuan Rommy Tan!"tunjuk Qin pada lelaki paruh baya yang tadi tertawa paling keras itu.
Tuan Rommy tergugu menanggapinya.
"Selanjutnya adalah kau, kau, dan kau."Orang yang terakhir ditunjuk adalah tuan Tonny meski lelaki itu tidak tertawa tapi wajahnya sangat mengejek.
Permainan pertama pun dimulai dengan uang taruhan $30,000 dolar. Kartu poker dikocok, lalu dibagikan kepada masing-masing pemain. Semua orang antusias menyaksikan.
Qin berdecak, dia mendapat kartu jelek dan memilih untuk mundur pada babak pertama tersebut.
Tuan Rommy dan tuan Bima tertawa melihatnya.
"Bocah, baru awal main saja kau sudah kalah. Apa lagi babak selanjutnya? Hahaha!"cibir tuan Rommy.
"Hahaha, benar sekali. Dia tadi berlaku sombong ingin mengalahkan kami, hahaha."timpal tuan Bima.
Qin mendengus. "Kalian jangan bangga dulu, tuan Wu belum menunjukkan kartunya. Aku yakin miliknya lebih besar dari kalian."
Dan benar saja, saat tuan Wu memperlihatkan kartu poker miliknya ternyata jauh lebih besar yakni 3 sekop dan 3 diamond.
Sontak tuan Rommy yang percaya diri langsung membelalakkan mata.
"Hahahaha! Apa aku bilang, kau kalah!"Qin terbahak-bahak melihat ekspresi wajah kaget tuan Rommy.
Akiro menggeleng, hanya Qin lah yang kalah masih bisa tertawa.
Babak pertama dimenangkan oleh tuan Wu. Permainan pun berlanjut dan sengit. Qin yang percaya diri menaikkan taruhan menjadi $100,000 dolar. Dan lagi-lagi dia mengalami kekalahan karena kartunya jelek. Alhasil permainan pun dimenangkan oleh tuan Wu. Ternyata kehebatan lelaki Tionghoa campuran Amerika itu bukan isapan jempol belaka, dia sangat ahli. Membuat dua pengusaha kaya itu ketar-ketir. Tapi tidak dengan Qin yang nampak santai walau sudah kehilangan banyak uang.
Sampai pada penghujung permainan dimana nominal taruhan dinaikkan menjadi $2.000.000 dolar melebihi yang ada di meja.
Semua orang terkejut. Nominal yang tidak kecil itu bila dirupiahkan akan milyaran. Ternyata taruhan itu membuat dua gambler itu mundur yakni tuan Rommy dan tuan Bima.
Berbeda dengan Qin yang percaya diri dan tidak mau mengalah.
"Kak, kau sudah kalah berturut-turut. Bagaimana? Mau tetap lanjut?"bisik Akiro, bertanya.
"Tentu saja aku akan terus mengikuti permainan."sahut Qin.
"Tapi kau sudah kalah."
"Aku bukannya kalah tapi mengalah."
Sontak Akiro berdecak kesal sambil berucap: "Terserah dirimu saja. Pokoknya aku tidak menanggung akibatnya jika kau benar-benar kalah dalam permainan ini."
"Tenang saja, aku tidak akan kalah."kata Qin percaya diri memasang taruhan.
Dua gambler terkejut dan langsung mengejek.
"Nak, kau yakin akan melanjutkan permainan? Dari awal main kau selalu kalah. Bagaimana dengan ini? Hahaha!"cibir tuan Rommy.
"Lebih baik kau sudahi saja. Anak muda sepertimu takutnya nangis nanti."timpal tuan Bima, meremehkan .
"Cih! Apa kalian tidak malu mengatakan itu kepadaku? Kalian belum main tapi sudah mundur. Lemah namanya!"pekik Qin, tajam.
Mereka langsung diam, kalimat Qin seperti bom nuklir yang jatuh di kepala.
"Bedebah! Setidaknya kami tidak kehilangan banyak uang sepertimu, humph!"
"Ya! Tunggu saja kau akan kalah dari tuan Wu."
"Lemah ya lemah saja!"balas Qin dengan mimik menjengkelkan.
Tuan Wu menyunggingkan senyum, bocah ini sungguh luar biasa percaya diri sudah kalah juga.
"Bagaimana? Masih tetap lanjut?"seru tuan Wu.
"Tentu saja. Ayo kocok kartunya."
"Baik. Kalah tanggung sendiri."
Qin mendengus. Lelaki itu menganggap remeh dirinya.
Permainan pun dimulai. Semua orang terlihat biasa saja karena mereka sudah bisa menebak siapa yang akan menjadi pemenangnya. Anak muda ini punya nyali juga, gumam mereka.
"Kau memang hebat,"ucap Qin.
Tuan Wu tersenyum. "Tapi kau juga bernyali besar."
"Ya ya itulah aku. Tapi sepertinya kali ini kau akan kalah,"sahut Qin, menatap kartu-kartu nya.
"Aku sudah menang berkali-kali darimu. Apa kau yakin kau akan menang dariku? Heh."Tuan Wu sedikit kesal.
"Kita lihat saja nanti."
Tuan Wu kembali tersenyum, seraya mengeluarkan kartu yang dia miliki yakni tiga kartu Q yang adalah kartu bom.
"Kau lihat?"seru tuan Wu, memamerkan.
Qin menyeringai. "Sepertinya aku lebih beruntung."
Akiro menjadi deg-degan.
Alangkah terkejutnya mereka ketika melihat kartu terakhir milik Qin yakni As yang artinya dia memiliki kartu sempurna, empat kartu As. Sudah jelas Qin yang memenangkan babak terakhir ini.
"Kau kalah."
Orang-orang menjadi heboh. Menatap tidak percaya dengan apa yang terjadi. Tak terkecuali tuan Rommy dan tuan Bima yang getol meremehkan anak muda itu.
"Yeah! Aku menang! Hahahaha!"teriak Qin heboh, meraup semua uang-uang di meja.
"Kau menang, kak! Hebat hebat! Hahaha! Kau mengalahkan tuan Wu si tak terkalahkan."Akiro pun ikut heboh.
Tuan Wu menggertakkan gigi, wajahnya mengeras sambil mengepalkan tangan. Semua uangnya habis tidak tersisa.
Ternyata benar, keberuntungan tidak akan selalu berpihak pada tuan Wu.
"QIN MARQUES!!!"
*****
tbc.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments