Chapter 1

...So, Fucking Jerk!...

...*****...

3 tahun kemudian.

Gadis berambut panjang di ombre itu berjalan angkuh. Semua mata memandang. Sepasang mata indahnya menatap tajam pada sosoknya, mengintai dan mengintimidasi. Langkahnya yang anggun bak model membuat ketukan high heels terdengar berirama.

Tangan cantik yang biasa dihiasi warna-warni indah kutek merebut gelas berisi alkohol di meja bartender tanpa permisi.

Byurrr!

Semua orang terbelalak termasuk pemuda yang duduk di apit dua orang pemandu lagu yang seksi. Lelaki yang tak lain adalah Qin itu melongo tatkala dinginnya air alkohol disiram ke wajahnya. Dia mendongak.

“Lucy?”Ia tampak terkejut. “Apa-apaan ini? Kenapa menyiramku?”

Gadis bernama Lucy itu mendengus sambil berkacak pinggang. Lalu mendelik tajam.

“Apa-apaan kau bilang? Bagus sekali ya. Pantas saja aku ajak kencan kau selalu menolak, jadi ini alasannya? Mepet-mepetan sama kedua ****** ini?! Qin Marques, maksudmu apa?!”

“Apa?”Dengan polos Qin balik bertanya.

“Aku ini calon tunangamu.”Tiba-tiba Lucy si cewek loyal merengek dengan manja. “Kalian berdua, minggir! Jangan dekat-dekat dengan Qin. Hussss... Sana pergi.” Ia bahkan mengusir dua pemandu lagu.

“Hei, hei, kalian mau kemana?”Qin bangkit mau mengejar dua gadis seksi itu, namun Lucy segera menarik bajunya.

Qin duduk dengan wajah kesal. Lucy Watson merupakan anak dari teman ayahnya yang berprofesi sebagai dokter saraf di rumah sakit yang sama. Sejak kecil keduanya sudah berteman ralat teman berantem.

Mereka dijodohkan karena kejadian beberapa tahun lalu disaat pesta perayaan ulang tahun rumah sakit.

Qin kecil yang masih imut-imut bin menjengkelkan terkenal pecicilan dan tidak mau diam, terbukti saat sedang ramainya orang-orang berpesta Qin kecil berlarian tak tentu arah dan tanpa sengaja menabrak seorang gadis kecil bertubuh gemuk, dialah Lucy kecil.

“Ya ampun! Qin, Lucy...!”Teriak Zia dan langsung membangunkan kedua bocah kecil itu.

“Lucy, sayang, mana yang sakit, nak? Ayo perlihatkan sama Tante?”Ucap Zia lemah lembut.

“Huaaaaah... Huaaaaah...”Lucy kecil sontak menangis. Papa Tio menghampiri putrinya, memeluk, serta menyeka air matanya.

Qin kecil menggaruk pipi saat mata tajam mamanya memelototinya seperti penyihir dalam dongeng.

“Uhhh, cup-cup sayang anak papa, Puteri cantik papa nggak boleh nangis dong? Nanti jelek kayak mama angkat Rapunzel gimana?”Ucap papa Tio menenangkan.

“Aaaaaaa... Lucy ng-nggak.. m-mau.. k-kayak... ma-mamanya... hiks... Ma-mamanya... Rapunzel. Hiks... Hiks ...!!”Kata Lucy kecil sesenggukan.

Sontak hal itu membuat semua tamu undangan tertawa melihat lucunya Lucy saat nangis sambil bicara.

“Qin, kemari!”

Qin kecil menggelengkan kepala, menolak menghampiri mamanya berada. Karena dia tahu pasti mamanya bakal mengomelinya seperti kak Ros.

“Anak nakal ini ya.”Sudah kelewatan batas kesabaran, Zia mendekat lalu menarik tangan Qin kecil.

“Mama... lepas!”Qin kecil berusaha memberontak.

“Jangan nakal. Cepat minta maaf sama Lucy.”

Saat sudah berhadapan.

“Lakukan?”

Qin kecil melirik ke ayahnya yang membuang muka, tidak peduli. Sedangkan mamanya terus mengintimidasi dengan tatapan penyihir.

“Cewek gendut, aku minta maaf...”

“Aku nggak gendut. Huaaaaaa.... papaaaa!!”Tangis Lucy kembali pecah dan langsung memeluk papanya. Cengeng!

Bukan orang dewasa saja yang takut dengan kata 'Gendut' anak kecil pun sama karena mereka memiliki perasaan.

“Qiiiinnn!”Teriak mama Zia.

“Iya iya. Jangan nangis lagi, aku minta maaf deh, ini beneran serius.”Qin kecil senyum terpaksa sambil mengulurkan tangan.

Lucy kecil pun menyudahi tangisnya, menatap bocah laki-laki yang lebih tua beberapa tahun darinya.

“Aku maafin...”

Mereka berjabat tangan. Kejadian yang menggemaskan itu tentu saja tidak disia-siakan oleh para tamu undangan yang langsung merekam.

“Papa papa...”Lucy kecil yang bersembunyi dibelakang tubuh besar papa Tio, menarik-narik ujung baju papanya hingga membuat sang empu menoleh lalu berjongkok mensejajarkan putrinya.

“Iya, sayang? Ada apa? Mau kue?”

Lucy kecil menggeleng. Papa Tio mengerutkan kening.

“Lalu?”

“Emm...”Seperti anak kecil pada umumnya yang minta sesuatu dengan menggoyangkan badan dan tersenyum manja.

“Apa sayang? Puteri cantik papa mau apa?”

“Nanti besar Lucy mau nikah sama kakak Qin,”Ucap Lucy malu-malu.

Mereka semua yang mendengar langsung terbahak.

Qin kecil yang juga bersembunyi di belakang tubuh ayahnya sedari tadi menjulurkan lidah, mengejek.

“Ahahaha! Boleh saja, kalo Lucy sudah besar.”Sahut Adam tersenyum manis.

“Nggak mau!”Qin kecil berteriak keras yang menjadikan dirinya kini adalah pusat perhatian.

“Qin...”

“Aku nggak mau nikah sama cewek gendut. Badannya kayak bakpao isi kacang gitu siapa yang mau.”Ucap Qin lantang. Setelah itu berlari dari kerumunan orang.

Disisi lain, Lucy kecil yang mendapat penolakan serta ejekan pun menangis keras.

“Huaaaaaa... Aku ng-nggak genduuut... Hiks... hiks... Paapaaa... aku ditoolaakkk...!! Huhuhu...”

Lucy kecil tidak mau berhenti menangis membuat semua orang bingung. Tapi setelah Adam mengatakan akan menikahi Lucy dan Qin nanti besar langsung saja gadis kecil itu berhenti dari tangisnya. Membuat tawa semua orang pecah.

Demi menikah dengan Qin, Lucy bahkan berusaha menguruskan badan dengan mengurangi porsi makan. Dia rajin berolahraga dan melakukan kegiatan yang menyehatkan tubuh. Lucy kecil yang gemuk kini berubah menjadi sosok wanita cantik dengan postur tubuh indah.

Banyak sekali Lelaki yang tergila-gila padanya sudah dipatahkan hatinya demi mengejar seorang Qin Marques.

“Kak Qin, kenapa sih, kau selalu menolak ku? Apa aku kurang besar?”Ucap Lucy centil dengan menggesek-gesekkan dadanya pada tangan Qin. Pakaian cewek ini genit yang memperlihatkan belahan dadanya.

Aish astaga!

“Iya.”

“Apa? Dadaku kurang besar? Kak Qin cari yang besar kayak gimana lagi?”Sontak Lucy mendengus.

“Angelina Jolie, dia gadis idamanku. Kau masih jauh dibawahnya, jangan ngarep aku mau menikah denganmu. Kau gendut.”Kata Qin membandingkan.

“Jangan panggil aku gendut. Aku enggak gendut lho.”Lucy merajuk. Kendati demikian dara berusia 18 tahun itu justru kelihatan tambah cantik.

“Kak Qin, kalo nikah mau punya anak berapa?”tanya Lucy malu-malu sambil memainkan rambutnya.

Qin menoleh.

“Sebanyak banyaknya. Kenapa? Masih mau nikah denganku?”

Lucy mengangguk malu.

“Apa badan kecil sepertimu mampu menerimanya?”Qin menggodanya dengan menyentuh dagunya. Alhasil Lucy langsung dibuat berdebar-debar dengan pipi bersemu merah.

“Sudahlah, aku mau pergi”Qin bangkit dari duduknya.

“Kak Qin mau kemana?”

“Menemani wanitakulah.”

“Tidak, kak Qin, kita kan mau menikah. Kau tidak boleh begitu!”Teriak Lucy tegas.

“Menikah saja dengan Jerry.”jawab Qin santai bahkan ia masih sempat-sempatnya menggoda cewek yang sedang menikmati alunan musik sampai malu-malu. “Call me, honey oke.”

Jerry nama kucing jantan putih jenis Persia kesayangan Qin.

“Jerry! Siapa yang mau menikah dengan bintang. Kak Qin, tunggu!”

Qin tidak menghiraukan ucapan Lucy dengan terus berjalan.

“Penjaga, tangkap pria itu!”

Dua orang bodyguardnya mengangguk. Tapi Qin sudah langkah seribu, kabur dari sana.

“QIN MARQUES!!”

Daniella alias Qin memekik sial, dia malah berlari ke arah lorong kamar diskotik tempat penantian terakhir suatu hubungan. Kenapa dia tidak kepikiran jalan keluar coba?

“Apa bodyguard bodoh itu nggak ada kerjaan? Ngikutin mulu. Aish astaga!”

Qin harus memikirkan cara supaya berhasil menghindar dari penjaga bodoh Lucy. Dia pun membuka pintu kamar-kamar itu tapi terkunci.

“Bajingan!”Tapi saat membuka pintu nomor 11. “Terimakasih Tuhan.”

Qin masuk lalu menutup pintunya. Dia bahkan tidak berpikir takut ada penghuninya yang terpenting adalah selamatkan diri.

“Cepat temukan tuan Qin sebelum nona marah pada kita”

Akhirnya Qin bisa bernafas lega.

“Huft! Untungnya aku pintar.”

Tapi saat Qin balik badan alangkah terkejutnya ia ketika melihat seorang pria tampan terbaring lemah tampaknya ia sudah diberi obat perangsang.

“Si-siapa kau...?”ucapnya dengan nafas terengah-engah. Keringat bercucuran bahkan wajahnya terlihat merah. Obatnya sudah bereaksi.

“Wow! Ternyata ada pria cantik didalamnya, hmmm!”

Keran kamar mandi hidup, ada orang yang sedang mandi. Qin melihat sekitar, ada pakaian dan tas wanita di atas meja.

“Cepat katakan siapa k-kau?”

“Tampaknya kalian mau bersenang-senang ya?”Qin mengambil cambuk di meja. “Waduh, sampe ada cambuk segala. Kalian ganas sekali ya.”

“Tapi aku melihatmu seperti ini, Sepertinya kau.... Aaaaaah!!”

Qin menginjak sesuatu yang mengakibatkan dia jatuh. Tapi tidak sakit, gumamnya.

“Masih tidak lepas tangan?”

TBC....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!