Ceritain Adrian

Waktu menunjukan pukul 15:10 Wib

"Alhamdulillah udah asar lagi." ucap Aisyah sambil memberhentikan motornya, dia sudah sampe dirumah Bu Haji.

"Aduh-aduh berat juga." Dia memegang gabus kotak putih yang berisi ikan.

"Neng? Ikan ya?" Teriak pegawai bu haji, dan buru-buru menghampiri Aisyah.

"Iya nih pak."

"Kaki bapa masih sakit ya?"

"Iya pak, kok bapa tahu?"

"Tadi jum'atan dianterin bu Dija."

"Oh iya sama Ibu, pak."

"Yaudah neng Aisy langsung ke rumah aja, bu Haji lagi bikin bumbu. Ini ikannya biar mamang bersihin dulu." Pegawai tersebut membuka ikatan pada gabusnya.

"Alhamdulillah, baik mang. Aku ke dalam dulu ya. Makasih mang." Aisyah tersenyum, sambil petgi ke dalam.

Terlihat disana banyak sekali para tetangga yang sedang membantu bu Haji untuk masak. Walaupun dengan rasa yang canggung dan malu, Aisyah tetap memberanikan diri untuk menemui bu Haji.

"Permisi, Assalamu'alaikum!" Aisyah menunduk dan tersenyum, sambil membuka maskernya.

"Wa'alaikumsalam wa rahmatullah,"

"Ehh, neng Aisyah. Nganterin ikan ya neng?" tanya ibu-ibu yang sedang memotong kentang.

"Iya bu, ikan nya lagi dibersihin oleh mang Edi."

"Oh yaudah, sini atuh neng masuk!"

Tiba-tiba bu Haji, yang masih memakai mukena keluar.

"Siapa?"

"Bu?" Aisyah tersenyum kepada bu haji.

"Saya," Belum selesai Aisyah berbicara.

"Neng Ais bu, nganterin ikan."

"Ohhhh. Massya Allah, masuk-masuk neng masuk!" ajak bu Haji.

Ketika Aisyah akan masuk lewat dapur dengan membuka sandalnya, tiba-tiba bu Haji melarangnya.

"Jangan neng! Jangan lewat sini! Lewat depan aja neng!" titah bu Haji.

"Iya neng, kedepan aja. Ini kan dapur luar neng." ucap tetangga yang lagi ngulek.

"Tapi malu bu, kan didepan banyak orang," ucap Aisyah sambil mematung.

"Nggak, pake aja maskernya neng. Ayo ibu anterin sampe depan kalau malu mah." ajak yang lagi moton kentang tadi, sambil berdiri.

"Tunggu ya neng, ibu cuci tangan dulu." Sambil cuci tangan dikran luar.

"Bu, masaknya banyak banget ya? Acaranya apa aja bu?"

"Kan anaknya yang pertama mau datang neng, tapi tahu sendiri apa sama temannya. Terus mau ada rapat juga. Rapat guru-guru neng."

"Oh, gitu."

"Massya Allah, berarti Ustadz Alvin juga mau datang. Ah mau di chat ah, siapa tahu mau mampir ke rumah. Dekat ini," batin Aisyah.

"Neng? Kenapa? Ini udah sampe, itu bu haji tuh. Udah ya ibu mau ke dapur lagi."

"Oh iya bu, makasih ya bu."

"Kenapa dianterin neng?" Bu Haji tersenyum.

"Malu, katanya bu." ucapnya sambil berlalu ke dapur dan sedikit tertawa.

"Gak apa-apa, kenapa harus malu? Ayo!" Merangkul Aisyah dan masuk ke dalam.

"Assalamu'alaikum!" ucap Aisyah,

"Wa'alaikumsalam, siapa bu?" tanya seorang wanita yang sedang menatap layar laptop.

"Ini Aisyah, putrinya Pak Ahmad."

"Oh, massya Allah." Aisyah menghampirinya dan salaman.

"Aisyah, kak."

"Iya, cantik imut benar kamu neng. Aku Anisa,"

"Anaknya siapa?" goda bu haji.

"Anak siapa kira-kira? Mirip gak? Anisa menempelkan wajahnya ke wajah bu haji.

"Massya Allah, mirip dikit." ucap Aisyah, merekapun tertawa.

"Meman neng, kalau Nisa ini memang mirip sekali sama bapanya."

"Iya bu," Aisyah tersenyum, sedangian Anisa kembali melihat laptopnya.

"Neng, uang ikannya udah ibu transfer tadi ke rekening ibu Dija."

"Oh iya, jadi aku langsung pulang aja bu?"

"Jangaaaan! Kamu disini dulu ya! Bantuin siapin buat nanti malam." ajak bu haji.

"Baik bu." ucap Aisyah sumeringah.

"Kamu tunggu disini sama Anisa dulu yah!"

"Baik bu,"

"Kamu kelas berapa neng?"

"Kelas XII kak,"

"Alhamdulillah, terus mau lanju kemana?"

"Pengennya sih kuliah, ambil pendidikan kak.

"Ohh. Kenapa gak ambil kulian jurusan islam?"

"Kurang faham kak,"

"Oh, kalau kakak kuliah nggak?"

"Iya, ini lagi nyusun skripsi."

"Jurusan apa kak?"

"Geofisika."

"Massya Allah, hebat kak."

"Alhamdulillah. Gak bisa dibilang hebat sih, kan semua orang memiliki kelebihannya. Seperti kakak sama kak Adrian, beda juga. Kakak lebih aktif berbicara dan lumayan unggul menghitung. Sedangkan, kak Adrian dia lebih irit bicara, tapi hafalannya cepat banget. Dia bahasa arab nya massya Allah, terus dapat beasiswa juga,"

"Massya Allah, gimana cara dapat beasiswa kak?"

"Al Qur'an nya ke talar dia mah."

"Serius kak? Massya Allah."

"Alhamdulillah. Nanti malam nih dia datang, kamu mau ketemu gak?"

"Pengen sih, penasaran. Bisa ke talar Al- Qur'an."

"Kalaulah gak ketemu nanti malam, dia juga besok ke sekolah kok. Dia disuruh ngajar dulu sama Abi,"

"Ngajar apa kak?"

"Ngajar di kelas XII, gantiin Ustadz Malik dulu."

"Ustadz Malik mau diganti kak? Emang kenapa?"

"Mau fokus dulu persiapan sidang S2 nya."

"Oh,"

"Dia ngajar apa?"

"Qur'an Hadits kak,"

"Tapi kamu faham, kalau diajar sama dia?"

"Insya Allah kak, cuma kalau lagi hafalan haditsnya suka dikasih waktu sebentar langsung test gitu."

"Haha. Nanti sama kak Adrian, lebih cepat lagi waktunya."

"Serius kak?"

"Iya. Dulu kakak pernah tuh, disuruh Abi. Hafalin Juz 2. Terus disuruh kak Adrian yang test. Dia mah asyik dengan laptopnya, tapi waktu kakak ditest. Ada yang salah dikit dia tahu. Terus disuruh ngulang, hafalin dulu gitu. Baru 3 menit, suruh langsung talar lagi."

"Sereeeeemm."

"Neng?" Bu Haji nyamperin.

"Kenapa mi?"

"Neng Ais, ikut ke dapur dulu yuk. Bantuin nyusun piring,"

"Yuk bu, kakak nanti cerita lagi yah. Seru hihi." ucap Aisyah, sedangkan Anisa yang masih asyik dengan laptopnya, hanya mengedipkan satu matanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!