Ustadz Tampan turun Pesawat

Disekolah

Saat mereka berdua sudah sampe disekolah, tiba-tiba semua orang riuh dan saling bercakap-cakap membicarakan sesuatu.

"Ukhty Ais? Tunggu dulu!" ucap Amina, menarik tangan Ais yang akan duluan masuk ke kelas.

"Apa ukh?" Ais menatap sahabatnya itu dari balik cadarnya.

"Tunggu sebentar!" Amina menghampiri suara seorang perempuan yang sudah dikenalnya.

"Afwan, apa akan ada acara lagi disekolah ini?" tanya Amina penasaran.

"Laa. Katanya besok kita akan ada penyambutan Ustadz baru, terus pemilik sekolah ini juga mau datang." ucap salahsatu siswi yang bernama Raina.

"Wah. Asyik dong, hari bebas." ucap Aisy sumeringah.

"Emang iya besok dibebasin?"

"Laa ukhty min, mana ada sih hari bebas. Besok kan sabtu, sepertinya sekitar jam 8an doang deh. Jadi gak belajar di jam pertama doang."

"Oh yaudaha deh. Syukron ya infonya, kita duluan dulu ke kelas."

"Iya iya, oh iya ukhty Ais?"

"Kenapa ukhty Rin?"

"Tadi ana ketemu sama Ustadz Alvin, katanya hp anty gak aktif. Beliau datang telat katanya, soalnya mau ngurusin kelas XI yang mau Olimpiade dulu. Jadi, anty disuruh handle beliau."

"Oh, yaudah deh. Untung aja semalam ana sudah belajar."

"Anty udah faham modul yang dibagiin Ustadz Alvin kemarin?"

"Insya Allah, ukhty."

"Syukur deh, soalnya nanti anty harus jelasin ke teman-teman. Anty pasti bisa, anty soal Biologi mah kan jangan ditanya." ucap Raina, menyipitkan matanya.

"Alhamdulillah, hihi. Biologi iya, tapi kalau bahasa arab, qur'an hadits mah. Haduh, yeng puyeng puyeng. Harus Exstra banget." ucap Aisy.

"Yes. Kalau bisa sih, kita skip-skip aja belajar bahasa arab tuh." Timpal Amina.

"Ah tapi besok kan tetap aja harus belajar, jam kedua kan kita belajar lagi. Malah yang harus diskip besok, belajar sejarah. Ah sedih, padahal paling seru." ucap Raina.

"Ah seru belajarnya, apa seru karena ustadz Ganteng yang ngajarnya?" Goda Amina.

"Wah ukh, kalau masalah ustadz Riza ganteng mah, ustadz Alvin lebih ganteng kayanya." Puji Aisy.

"Naam benar tuh. Single lagi." ucap Amina.

"Menang di manis sih hihi. Ustadz Riza juga masih single, tapi emang udah mau nikah sih. Ah tapi kan,"

"Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh." Suara seorang wanita yang akan mengaji, dari sumber suara.

Amina dan Aisy, akan berlari karena itu adalah tanda akan diadakannya sholat duha berjama'ah. Namun, Raina menarik kedua tas mereka.

"Apa ukh?" Mereka kembali mendekat.

"Sebelum Aqad nikah terjadi, ana masih ada kesempatan mencintai Ustadz Riza." tatapan tajam Raina bergantian melirik Aisy dan Amina.

"Hadeuuuuh kirain kenapa, heuh. Come on lah!" Ajak Aisy sholat duha, dan mereka pun pergi.

Nb: Khusus saat disekolah, mereka dilarang menggunakan panggilan Aku/saya/kamu. Mereka harus menggantinya dengan Ana/Anty/Ukhty/Akhi. Termasuk kepada Guru Laki-laki atau Guru Perempuan, yakni Ustadz/Ustadzah.

.

.

Sementara di Jakarta, tepatnya di Bandara Soekarno Hatta. Terlihat Pesawat merek Saudi Arabia baru saja landing. Lalu satu-satu dari para penumpang itu turun.

Namun, yang menjadi pusat perhatian adalah beberapa orang pria yang parasnya masih sangat terlihat muda dan kharismatik. Gaya rambut yang membuat mereka terlihat cool, menyempurnakan wajahnya menjadi fress dan bersinar.

Masing-masing dari mereka menggeret koper, dan yang membuat mereka semakin berbeda dari yang lainnya. Mereka semua memakai sweeter yang sama, dengan celana diatas mata kaki semua (cingkrang).

"Yaa Ustadz Ashraf? Apa anta mau langsung pulang ke Surabaya?" tanya Adrian.

"Laa ustadz. Kita barengan sama yang lain untuk mampir ke UPIA (Universitas Pengetahuan Islam Arab)."

"Na'am. Apa ustadz akan beristirahat di Hotel dulu? Yang lain sepertinya sudah pergi."

"Laa ustadz. Ana akan langsung ke Restorant dulu, lalu pergi ke Mesjid. Nanti ke UPIA biar janjian sama yang lain." Melihat jam.

"Yausdah, kalau begitu bareng sama ana saja ustadz. Ana tidak nginap di Hotel. Keluarga di rumah sudah nunggu ana. Jadi, setelah dari UPIA ana langsung pulang."

"Afwan, min aina anta yaa ustadz?" Ashraf memegang pundak Adrian.

"Ana min Bogor ustadz." Adrian tersenyum, yang membuat pesona ketampanannya semakin memancar.

"Hem. Kalau tidak keberatan, biarkan ana ikut ustadz dulu. Abi dan Umi masih di Mekah, mereka sedang umrah." ucap Ashraf menghela nafas.

"Keberatan gak yah?" Canda Adrian, menaikan alisnya.

"Serius ustadz."

"Hehe. Tadinya ana mau ngajak anta malah, makanya ana tadi tanya-tanya ustadz mau pergi kemana. Sebenarnya itu kode, ana ingin ajak anta mampir ke rumah ana."

"Massya Allah. Apa disana ada yang spesial? Apa anta punya Pondok?"

"Bukan ana ustadz, abi yang punya. Abi mendirikan SMA Islamiyah. Insya Allah, ajarannya sesuai sunnah. Disana ada yang mondok, ada juga yang pulang pergi."

"Massya Allah. Sepertinya kalau punya pondok seperti itu, anta bisa cepat nikah ustadz." Goda balik Ashraf.

"Setelah mumet belajar, sepertinya iya. Haha. Tapi sepertinya ustadz pun seperti itu."

"Na'am. Sebenarnya ana ngebet sekali nikah, saat masih di UPIA. Hanya saja, abi suruh ana melanjutkan kuliah dulu di Madinah." Ashraf tersenyum.

"Yasudah. Tafadhol ustadz, jika mau duluan menikah. Hehe. Sekarang sudah mendapat gelar Lc,MA."

"Alhamdulillah. Kalau tidak keberatan, anta carikan ana satu santriah disana."

"Massya Allah. Kita akan kesana, anta bebas memilih." Mereka pun tertawa.

Dan tak terasa, mereka sudah sampe di sebuah tempat makan. Yang masih berada di Area Bandara. Mereka pun memutuskan untuk makan dulu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!