Setibanya dirumah, Aisyah melihat Bapa dan Ibu nya sedang berada di empang. Lalu dia buru-buru mengganti pakaian, untuk menghampiri mereka.
"Alhamdulillah, sampe juga." ucap Aisyah, sambip mencharger hp nya, lalu membuka cadar.
Saat akan mengganti pakaian dan dia sudah memilih pakaiannya. Tiba-tiba Dija mengetuk pintu.
"Is, Ais?"
"Kenapa bu? Lagi ganti baju."
"Kamu disekolah udah dzhur kan?"
"Aku lagi libur sholat bu, dari semalam. Kenapa?"
"Yaudah makan dulu! Habis itu keluarin motor ya! Tolong kamu anterin ikan ke rumah bu haji."
"Iya iya bu. Emang udahan bu ambil ikan nya?"
"Udah, kamu mau emang?"
"Mau bu, tapi aku mau ambil sendiri aja ah. Mancing, boleh kan bu?"
"Boleh boleh. Yaudah ya, ibu ke empang dulu. Mau ditimbang dulu ikannya."
"Ibu tunggu! Aku udah nih," Ais buru-buru membuka pintu, dengan pakaian yang sudah diganti. Dia memakai kaos kaki, gamis bunga-bunga biru muda, dan kerudung polos biru muda persegi panjang, dengan ukuran cukup jumbo. Sekitar 150 cm x 150 cm.
"Kenapa?" tak heran lagi, karena Aisyah memang sudah cantik dan imut, Dija tidak sering-sering memujinya.
"Ibu? Memangnya bu haji pesan berapa kg?"
"10."
"Oh."
"Kenapa?"
"Ada acara apa bu?"
"Anak sulung nya yang kuliah di Madinah mau pulang malam ini. Pasti banyak tamu yang datang, jadinya pesan banyak."
"Oh pantesan tadi teman aku bilang. Katanya, besok mau ada pemilik sekolah sama ustadz baru. Apa anaknya mau ngajar kali ya bu disekolah aku?"
"Mungkin perkenalan dulu is, ibu juga kurang tahu. Ayo cepat, kamu makan dulu! Ikannya udah ditunggu loh dari pagi. Cuma bapa jumatan dulu tadi. Pak Andi gak bisa nganterin ikannya."
"Kemana emang pak Andi bu?"
"Lagi panen jambu bini, eh jambu biji dikebunnya."
"Yah aku gak ikut dong?"
"Kamu kan belum libur sekolah. Nanti minggu kamu ikut bapa aja, panen cabe dikebun."
"Em. Yaudah deh, aku makan dulu ya bu." Berlalu ke meja makan.
.
.
Disekolah, Alvin sedang memasukan nilai ulangan para siswi ke Laptopnya.
"Ngantuk banget, lelah, udah hampir jam 3 nih." sambil melihat jam ditangannya, lanjut melihat selembar kertas hasil ujian lagi.
"Hasil ualangan kelas XII Putra A," Ketik Alvin di Laptopnya.
Dreet dreet dreet
Seseorang menelponnya.
"Kenapa mama?" Sambil memasukan nilai ke Laptop.
"Kamu kapan ke Jakarta? Mama kangen vin,"
"Minggu, insya Allah mah."
"Serius? Papa kamu bolehin gak kalau kamu nginep disini?"
"Gak nginep aku mah, senin kan aku ngajar lagi."
"Kenapa gak pernh nginep sih vin? Sekarang kamu udah disayang banget sama Mama baru kamu ya? Udah betah disana?"
"Nggak mah, tapi kan mama tahu aku ngajar. Jangan kaya anak kecil kenapa sih mah?"
"Tapi mama maunya kamu nginep disini, dirumah mama,"
"Kalau aku kesana buat apa? Mama nya sibuk terus ngurusin Partai."
"Nggak ada pertemuan malam ini sayang, pulan yah, nginep disini."
"Yaudah mah. Aku masih disekolah nih, insya allah besok habis asar aku berangkat kesana."
"Yeeee. besok malam mama mau jalan-jalan sama kamu." Tut tut tut
Alvin hanya menghembuskan nafas kasar, dan menyimpan hpnya.
Flashback On
Saat itu dirumah mewah Kota Bogor, Alvin baru saja pulang mengajar. Ketika dia akan masuk ke kamarnya, tiba-tiba dia mendengar kedua orangtuanya sedang bertikai.
"Pokoknya aku gak mau keluar dari kerjaan aku pah, aku masuk anggota Dewan tuh susah. Masa dengan enaknya kamu suruh aku berhenti." teriak mamanya.
"Mah, semenjak kamu masuk anggota Dewan kita jadi seperti ini mah hubungannya. Aku pulang mama gak ada dirumah, alsannya banyak banget. Lebih mentingin bertemu sama orang daripada kumpul sama aku sama Alvin. "
"Pah?,"
"Mah, Alvin anak tunggal kita satu-satunya. Kamu tolong lah, kalau gak ada waktu buat aku, kamu ada waktu buat dia. Apa susahnya mah?"
"Ah kamu selalu saja menyalahkan aku, kamu saja terus-terusan sibuk dikantor kamu itu. Lagian kamu kan atasan, kan banyak karyawannya. Harusnya kamu ada waktu buat dia. Kalau aku kan hanya bawahan, ya jelaslah aku harus tunduk sama aturan. Kamu atasan bisa bikin aturan sendiri."
"Kamu kalau dibilangin, kenapa selalu keras kepala? Kenapa kamu selalu memepertahankan argumen kamu, yang akibatnya tuh gak pernah kamu fikirin? Kalau kamu bilang aku sibuk dikantor pertambangan, kan kamu bisa kelola juga Rumah Sakit, bantuin aku. Tapi kamu lebih memilihkerjaan kamu yang sekarang."
"Aku gak keras kepala kok, dan menjadi anggota Dewan emang cita-citaku dari dulu pah."
"Yaudahlah. Kamu keras kepala, kita gak sejalan. Maaf, kita gak bisa sama-sama lagi. Silahkan kamu kembali ke Jakarta. Kamu tinggal lagi bersama orang tua kamu."
"Kamu talak aku pah! Kamu fikir, aku takut dengan ancaman kamu."
"Maaf. Ketika aku masih jadi suami kamu, aku kurang bisa mendidik kamu. Yang membuat kamu jadi seperti ini. Aku akan ajukan sidang cerai kita ke pengadilan." Papahnya berlali keluar.
"Paaaaah?" Teriak mamanya.
Diluar kamar, Alvin menatap papanya.
"Pah?"
"Kamu sudah mendengarnya vin?"
"Ya. Paaaaah?"
"Vin? Papa sudah turutin kemauan kamu, ingat kan vin? Kamu kuliah ambil pendidikan, sampe kamu udah ngajar seperti ini. Dan kamu gak menolak permintaan papa untuk kerja di Perusahaan. Jujur papa gak setuju vin. Tapi papa gak pernah memaksakan kehendak papa untuk kamu vin. Jadi tolong kali ini, kamu ngertiin papa. Jangan membantah keputusan papa vin. Papa udah cape berbulan-bulan seperti ini vin." Menepuk pundaknya dan berlalu.
Sedangkan dikamar mamanya sedang menangis. Alvin tidak mau memperkeruh suasana, akhirnya dia dengan tatapannya yang terlihat kosong, masuk ke dalam kamarnya.
Flashback Off
"Ekhm. Ustadz? Ustadz?" Pundak Alvin ditepuk pelan oleh Ustadz Riza.
"Oh ya, kenapa?" Alvin kaget.
"Afwan, angka 7 nya sudah sampe Cibinong." Sindir Riza, sambil menunjukk ke arah Laptopnya. Mereka pun tertawa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments