Beberapa jam kemudian di Universitas Pengetahuan Islam dan Arab.
Saat itu, Adrian, Ashraf, dan beberapa kawannya yang baru lulus sedang berjalan-jalan melihat asrama yang dulu mereka tempati. Lalu mereka jalan lagi ke beberapa ruangan, saat itu mereka langsung disapa oleh beberapa Gubes(Guru Besar) yang ada disana.
Mereka langsung bercakap-cakap menggunakan bahasa arab.
"Kayfahaluk fi almadinat almunawarat?" tanya Gubes.
"Hasana ustadz, Alhamdulillah" ucap salahsatu dari mereka.
"Sayid kayf tasheur eindama tatakharaju saeid?" Gubes bertanya sambil tersenyum.
"Hunak shueur ustadz lamastuh." jawab Ashraf.
"Baed hadha 'iilaa 'ayn 'ant dhahbi?"
"Ashraf wa'ana sanaeud ealaa alfawr 'iilaa Bogor." jawab Adrian.
"Wasanaeud 'iilaa alfunduq. Ghadan adhhab 'iilaa almanzil liwalidayk" jawab yang lain.
"Asrie ladayk zawjatan. Litakun 'akthar sihatan mithl muealimika." Gubes berkata dengan bangga dan menaikan alisnya.
"Aamiin." jawab mereka semua sambil tertawa.
"Kun hadhiran fi altariqi. kun sadiqan fi eamalik , astamira fi makhafat allahi. yatadhakaru! yajib 'an yazala mutawadiean , almarid almarid. Assalamu'alaikum." Gubes tersebut, berlalu sambil menaikan satu tangannya.
Artinya:
"Bagaimana keadaan kalian di madinah?"
"Baik ustadz. Puji syukur kepada Allah."
"Rasanya udah lulus gimana?"
"Senang, ada rasa terharu ustadz."
"Setelah ini kalian akan kemana?"
"Saya dan Ashrap akan langsung pulang ke Bogor."
"Dan kita akan kembali ke Hotel. Besok baru akan pulang ke orang tua."
"Cepatlah punya istri biar lebih sehat seperti guru kalian ini."
"Aamiin." Mereka semua tertawa.
"Hati hati dijalan. Jujur lah dalam bekerja, terus bertakwa kepada allah. Ingat! harus tetap rendah hati, sabar sabar sabar. Semoga kesejahteraan dilimpahkan kepada kalian." Gubes berlalu, untuk kembali ngajar.
Mereka berdua pun berpamitan kepada kawan-kawannya. Sedih terlihat diraut wajah mereka, bertahun-tahun menimba Ilmu di Negri orang bukanlah hal yang mudah.
Terlebih lagi mereka, selain harus menahan rindu dengan orang tua, saudara, ataupun sobat. Mereka juga harus ekstra keras untuk belajar. Tapi yang disalutkan dari mereka, saat diantare mereka ada yang bisa kuat untuk menahan untuk tidak menikah dahulu.
Boleh aja menikah, karena menikah sambil menimba ilmu tidak ada larangannya. Hanya saja, kebanyakan yang menimba ilmu disana, mereka belum menikah.
Dan saat mereka sudah lulus, tidak sedikit dari mereka yang langsung menikah. Ntah karena bertemu jodoh saat kuliah, dijodohkan oran tua, dicomblangkan, atau tak sengaja bertemu di tempat mereka bekerja atau mengajar.
.
.
Saat itu, Aisyah dan Aminah baru saja keluar dari sekolah. Tidak banyak yang keluar, hanya mereka dan beberpa orang saja. Siswa dan Siswi yang berjumlah hampir 600 itu. 75% nya tinggal di Asrama.
Tiiid tiiid
Tiba-tiba klakson mobil berbunyi, merekapun berjalan lebih ke pinggir. Tetapi tiba-tiba, klalson mobil itu berbunyi lagi. Karena penasaran, mereka pun melihat ke arah mobil tersebut.
"Cieeee ehm. Ustadz Alvin." Amina menyenggol Ais. Sedangka Ais, sendiri hanya menunduk.
Tiiiid tiiid
Karena Ustadz Alvin terus membunyikan mobilnya, akhirnya dengan perasaan malu. Aisyah dan Aminah menghampiri mobil tersebut.
Kaca mobil pun dibuka oleh Alvin.
"Kalian kenapa?" tanya Alvin mengerutkan keningnya.
"Ustadz tadi klason terus, mau apa? Pasti ada perlu sama Aisyah kan?" Celetuk Amina, PD.
Alvin sendiri melirik sebentar ke arah Aisyah, yang masih mematung dan terdiam.
"Tuh kan, malah dilirik-lirik." Goda Amina, menyenggol Aisyah
"Ukhty min, jangan kaya gitu malu tahu." ucap Aisyah melirik ke Alvin.
"Gak apa-apa." Alvin tersenyum ke arah Aisyah.
Tiba-tiba, seorang penjaga sekolah teriak
"Sudah ustadz, maaf tadi saya dipanggil Ustadz Malik." teriaknya.
Merekapun melirik ke arah petugas itu, yang masih dengan posisi habis mendorong gerbang. Karena, gerbang sekola hanya dibuka selebar jalan untuk motor.
Aisyah dan Amina pun melirik ke arah Alvin. Begitu juga dengan Alvin, yang melirik ke arah Aisyah dan Amina bergantian.
Lalu Aisyah, dan Amina saling tatap. Tak lama kemudian, mereka pergi berari. Sedangkan, Alvin hanya tertawa kecil dan menggelegkan kepalanya.
"Maluuuuuuuu! Asliii malu banget, Aminah." teriak Aisyah dibalik cadarnya, sambil ngos-ngosan.
"Hahaahaa. Asli. Asli." Aminah hanya tertawa.
"Wajah kamu mau disimpan dimana itu? Pasti udah ikutan GR kan?" Ledek Aminah.
"Hah kesel, lagi pas banget kita dipinggir mobilnya ya." Aisyah mendengus.
"Tapi benar loh, kirain klakson ke kita. Tahunya ke Pak Edi, suruh bukain gerbang ahahaa. Ada aja yang lucu." ucap Amina.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments