Keesokan harinya..
Saat jam istirahat,Ratih dan Ucok seperti biasa mengajak Gendis buat ke kantin.
"Gendis,yuk kantin.." ajak Ratih dan Ucok.
"Kalian duluan saja,ntar aku nyusul.Aku mau balikin buku ini ke perpus dulu." jawab Gendis sambil membereskan bukunya.
"Oke..ayo Cok." ujar Ratih mengajak Ucok.
"Jangan lama kau ya,bye." sahut Ucok ngeloyor pergi menyusul Ratih.
Gendis hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.
Gendis pun bergegas menuju perpustakaan.Saat ia mengembalikan buku-buku yang ia pinjam.Tiba-tiba ia dikejutkan dengan kemunculan seseorang.
"Astagfirulloh ..Allah Akbar." sahut Gendis yang langsung mengucap istigfar saat melihat seorang siswa laki-laki yang muncul dihadapannya.
"Hai Gendis." sapa siswa laki-laki itu bernama Budi.
"Iya hai..Ada apa?" tanya Gendis.
"Aku mau ngomong sama kamu, sebentar." Jawab Budi.
"Mau ngomong apa sih, aku mau ke kantin udah di tungguin Ucok dan Ratih." Ujar Gendis ia terlihat sedikit kesal.
"Em, aku tresno karo awak mu. Wes suwe nyimpen roso, nanging nembe wani ngutarakno saiki Gendis. Gelem ya, dadi pacarku?" ( Em, aku suka kamu.Sudah lama nyimpen rasa tapi ngga berani ngungkapinnya Gendis. Mau ya, jadi pacarku) Pinta Budi.
Gendis terkesiap. Ia tidak menyangka kalau Budi akan mengutarakan perasaannya. Mana bisa ia menerima Budi sebagai pacar. Jangankan suka bahkan, Gendis saja enggan kalau bertemu Budi. Karena cowok tersebut terkenal playboy di sekolah.
Budi masih memandang penuh harap ke arah gadis pujaannya. Jantungnya berdecak lebih kencang. Diterima atau di tolak dua kalimat itu menari di pikiran Budi. Ia, sudah banyak pacaran dengan gadis lain tapi, kalau Gendis ia kalem dan santun Budi sungguh ingin menjadikan Gadis pacarnya.
"Ayo, purun ya dek! Tresno ku tenan lo." ( Mau ya dek, sayang ku beneran loh) Lanjut Budi berusaha meyakinkan Gendis.
Gendis membuang napas kasar. Ia harus menolak baik-baik cowok yang ada di hadapannya saat ini agar ia tidak tersinggung.
"Ngapuntene mas, aku ora meh mikir pacaran ndisek. Aku meh fokus karo sekolah ku." ( Maaf mas, aku ngga mau mikir pacaran dulu. Aku mau fokus sekolah) Tolak Gendis dengan tegas.
"Ah, duh gusti aku ganteng koyok ngene kok mbok tolak to dek, atiku remuk rasane dek. Nak ngeneki yowes lah mbah dukun wae seng bertindak." ( Ah, ya Gusti aku ganteng gini kok di tolak to dek, hatiku hancur rasanya dek. Kalau kayak gini yaudah lah, biar mbah dukun yang bertindak). Ucap Budi sambil memegang dadanya seolah dirinya sedang hancur. Padahal dia kan playboy udah biasa juga mainin cewek.
Tanpa mendengarkan ocehan Budi yang tidak jelas itu Gendis pergi meninggalkan Budi begitu saja. Karena cacing dalam perutnya sudah berdendang ria minta di isi.
Dengan wajah yang cemberut Gendis berjalan menuju kantin tempat di mana Ucok dan Ratih sudah menunggu.
"Mba Sri pesan es teh. Banyakin es nya ya! gula nya dikit aja karena Gendis sudah manis. Jadi ngga perlu yang manis." Ucap Gendis sesaat setelah mendudukkan tubuhnya di kursi panjang yang ada di kantin tempat duduk Ucok dan Ratih.
"Dih, kok ono wong seng pede ne ora karuan koyok dirimu." ( Kok ada orang yang pedenye kebangetan kayak kamu ya) Saut Ratih.
"Kan emang bener aku manis." Ujar Gendis.
"Kata siapa kau manis? Aku lah ni baru manis." Sahut Ucok.
"Kata Emak sama Bapak lah, ya kali kata kalian yang ada kalian gengsi ngakuin aku manis."
"Kita sama manis lah kalau gitu Gendis." Ucap Ucok.
"Wes angel, nak nduwe konco pede kebangetan ngene." ( Susah, kalau punya teman yang pede nya kebangetan seperti kalian). Ratih berucap sambil menepuk pelan jidat nya karena mendengarkan penuturan kedua sahabatnya.
Akhirnya mereka tertawa bersama. Gendis dan Ucok memegang sering berdebat hal kecil namun itu semua berakhir dengan candaan. Dan Ratih selalu menjadi penengah di antara mereka.
"Sudah yuk, kita makan!" Ucap Ucok saat pesanan bakso nya sudah datang. Ia segera mengambil sendok dan garpu dan segera menyantap makan siangnya.
"Kamu mau pesan apa?" tanya Ratih kepada Gendis.
Karena sedari tadi gadis tersebut hanya menyedot minumannya. Seolah rasa haus tak kunjung hilang dari diri gadis tersebut.
"Iya aku butuh yang dingin-dingin aja nih. Gara-gara kejadian tak terduga tadi di perpustakaan. Untung jantung masih aman. Hadeh." Ujar Gendis.
Tiba-tiba suhu tubuhnya naik saat membayangkan kejadian beberapa menit lalu di perpustakaan. Masih ingat jelas ucapan Budi yang menginginkan ia menjadi pacar. Jangankan pacaran, dia saja di sekolah tidak ada satu laki-laki pun yang ia suka. Ini tadi di ajak pacaran tentu saja dia masih syok.
"Emang ada kejadian apa di perpustakaan tadi?" tanya Ratih. Ia semakin penasaran apa yang telah terjadi dengan sahabat.
Karena tidak biasanya Gendis bersikap seperti ini. Pasti ada seseorang yang dengan sengaja membuat masalah dengan sahabatnya.
"Tadi aku di tembak di perpustakaan." Jawab Gendis.
Ucok yang mendengar ucapan Gendis menghentikan aktivitas makannya. Ia beralih menatap Gendis.
"Emang ada ada yang mau nembak kau?metong donk?" tanya Ucok penasaran sambil meledek.
"Iya, siapa sih? Kamu laku juga ya?Kayaknya ngga ada deh cowok di sekolah ini yang suka sama kamu." Sahut Ratih yang ikut meledek Gendis.
Mendengar ucapan dari kedua sahabatnya tersebut semakin membuat Gendis kepanasan. Bagaimana tidak, dirinya dibilang tidak laku. Dipikirnya dia itu tahu bulat yang di goreng hangat hangat yang di jual abang keliling komplek.
Dari sudut menara Monas pun juga udah tahu kalau Gendis itu manis dan kalem. Masih saja sahabatnya meragukan hal itu.
"Ada itu cowok,kayaknya matanya bermasalah deh suka sama aku."
"Mungkin tadi dia ngga pakai kacamata ya, pas nembak kau Gendis?" timpal Ucok.
"Iya, dia lupa pinjam kaca mata kuda tadi ya? Kok yo iso seneng karo awakmu ya?" Saut Ratih.
"Buktinya bisa tuh cowok suka sama aku. Sudah aku tolak juga. Katanya tadi biar mbah dukun yang bertindak karena cinta nya aku tolak."
"Walah medeni nak ngonokuwi. Koyok lagu wae, ( Menakutkan kalau kayak gitu kayak lagu aja) cinta di tolak dukun bertindak." Ujar Ratih.
"Paling dia juga bercanda. Lagian aku nolaknya baik-baik kok. Dia itu orangnya juga suka bercanda kok. Jadi, ngga usah takut lah."
"Tapi, hati siapa yang tahu loh. Lah kalau dia sakit hati terus ngga terima gitu gimana hayo? Aku bayangin aja udah ngeri jaman sekarang kan gitu sakit hati dikit main belakang gitu." Ucok semakin sengaja menakuti Gendis.
"Emang cowok yang nembak kamu siapa sih?" tanya Ratih.
"Yang nembak aku itu -,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Dul...😇
narsis juga.
2023-12-30
0
Yani Cuhayanih
Nyeri2 teuing moal bisa di ubaran....mending putus talak tilu sakalian.....
2023-05-13
0
⏳⃟⃝㉉❤️⃟Wᵃfᴹᵉᶦᵈᵃ☠ᵏᵋᶜᶟ 🌍ɢ⃟꙰Ⓜ️
wilijhh bahaya lanangan ngono iku mosok cinta ditolak dukun bertindak ndaj bener wess lah
2023-04-29
0