"Maxmillian Scotts." teriakan itu membahana ke seluruh ruangan.
Seorang wanita datang dengan 2 orang pengawal di belakangnya. Wanita itu segera menghampiri ranjang Max.
"Mom.. kenapa Mom ke sini??" Marco tampak begitu gugup dengan kehadiran Mommy nya.
Veronica Scotts adalah Mom dari Marco dan Max. Dia sudah lama tinggal di Inggris dan hanya mengawasi anak mereka dari anak buahnya. Vero sangat terkejut dengan apa yang menimpa anak-anaknya baru-baru ini. Marco dan Max di penjara karena tindakan kriminal telah menodai seorang wanita dan melakukan stalking. Setelah kejadian itu, Vero memutuskan untuk kembali ke Indonesia supaya bisa memperbaiki apa yang telah anak-anaknya lakukan.
Keputusan Vero tampaknya tepat. Baru saja mendarat, Vero mendapat laporan dari anak buahnya jika Max masuk rumah sakit. Vero segera ke rumah sakit meskipun dia sangat lelah dan ingin istirahat.
"Bagaimana kondisi Max?" tanya Vero yang tidak menggubris Marco.
"Dia sudah sadar, seperti yang Mom lihat." Marco menunjuk Max dengan menggunakan dagunya.
"Max.. Mom di sini. Kenapa kamu selalu membuat Mom khawatir?" Vero memegang tangan Max, lalu menciumnya.
"Mom, jangan lebay." "Aku sudah 3x mengalami ini." ucap Max dengan santainya.
"Max..jangan bilang seperti itu. Mom sangat peduli padamu. Mom akan lakukan semua yang kamu minta, asalkan kamu jangan seperti ini lagi." pinta Vero dengan nada memelas.
"Kalau begitu, aku ingin menikah."
"Maksudmu? Apa kamu sudah punya calon pasangan?" Vero tampak bingung dengan permintaan Max. Selama ini, Max sangat antipati dengan wanita. Jikapun dia menyukai seorang wanita, wanita itu akan kabur karena takut dengan penyakit Max yang tergolong cukup serius, bipolar.
"Aku akan menikah dengan dia." Max menunjuk ke arah wanita yang masih tidak sadar di sebelahnya.
Bibi Marie, Vero dan juga Marco terkejut dengan perkataan Max.
"Maaf, tapi saya tidak mengenal anda." Bibi Marie menginterupsi perbincangan yang serius dari ranjang sebelah.
"Saya Maxmillian Scotts, anak kedua dari Keluarga Scotts. Saya akan menjaga Leana dengan baik" kata Max tanpa ragu.
Marco membelalakkan mata dan tidak percaya dengan pernyataan yang baru saja keluar dari mulut Max.
"Max, jangan gila. Apa kamu gak kasihan sama dia?" bisik Marco.
"Memangnya kenapa? Sudah aku bilang bukan aku yang menodai dia." jelas Max dengan cukup tenang.
"Tapi di gudang itu hanya ada kamu dan Leana." Marco menekankan kata-katanya supaya Max sadar. Dia curiga jika ingatan Max hilang sebagian karena obat kemarin.
Deg.
Jantung Bibi Marie seakan berhenti sejenak. Dia tau jika Leana mengalami trauma setelah kasus pemerkosaan itu. Tapi, kini Bibi Marie bertemu dengan pelakunya. Bahkan pelakunya meminta menikah dengan Leana?
"Jadi, kamu pria, kurang ajar itu?" Bibi Marie segera berpindah untuk memberi pelajaran pada Max.
2 pengawal yang di bawa Vero segera turun tangan sebelum Bibi Marie berhasil menggapai Max.
"Max.. kamu sudah benar-benar gila." Vero juga tampak shock dengan pengakuan Max. Bagaikan bisa mempersatukan korban dengan tersangka?
"Kamu memang pria gila. Bisa-bisanya kamu menodai Leana. Apa salah Leana sampai kamu melakukan perbuatan keji itu?" teriak Bibi Marie dengan histeris.
"Jangan bilang anak saya seperti itu. Sudah pasti, anakmu yang menggoda anak saya." Vero memberi pembelaan pada Max.
"Tenang, Mom..Bi.. Semua akan saya jelaskan. Tapi jangan di sini. Max juga harus istirahat." Marco coba menengahi Vero dan Bibi Marie yang terlihat emosi.
"Kita bicara di kantin, bagaimana?" ajak Marco lagi.
Bibi Marie meronta dari pegangan para pengawal itu. Dia berjalan keluar lebih dulu. Vero mengikuti di belakangnya. Setelah itu, Marco juga keluar ke tempat yang lebih tenang untuk bicara.
.
Setelah semua keluar, Max perlahan bangun dari ranjang rumah sakit. Dia membawa infus di tangannya supaya dapat berjalan ke arah Leana.
Wanita itu tampak pucat. Denyut nadinya masih sangat lemah. Max sama sekali tidak menyangka jika dia bisa bertemu Leana di rumah sakit ini, dengan ranjang bersebelahan.
Sebenarnya, sejak kejadian itu, Max ingin bertemu dengan Leana. Tapi dia tidak bisa karena Max lebih dulu ditangkap dan masuk penjara atas tuduhan pemerkosaan. Sampai sekarang pun Max masih berstatus sebagai tahanan kota. Max bisa bebas keluar dengan jaminan. Dan dia masih harus melapor ke kantor polisi dalam waktu yang ditentukan oleh mereka. Jadi, bertemu dengan Leana secara kebetulan seperti ini bagaikan mendapatkan jackpot untuk Max.
Max mengamati wajah Leana dari dekat. Max juga menyentuh rambut Leana yang sedikit berantakan. Kejadian beberapa minggu lalu masih terekam jelas dalam benak Max. Dia tau ini bukan situasi yang baik untuknya. Leana adalah korban dan dia satu-satunya tersangka. Tapi, Max pikir menikah dengan Leana adalah solusi terbaik untuk saat ini.
"Cepat sadar Lea, supaya semua orang tau bukan aku yang melakukannya." "Dan sebagai gantinya, aku akan bertanggung jawab dengan menikahimu. Bukankah itu solusi yang bagus?"
Mesin detak jantung Leana langsung meningkat saat Max tiba-tiba beralih mengusap pipi Leana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments