Livy berharap jika hari ini dia tak akan lagi bertemu dengan Adam. Ya, meskipun itu tak mungkin, mengingat jika lelaki itu kuliah di tempat yang sama dan mengambil jurusan yang sama juga dengannya. Tapi, tak ada salahnya kan dia berharap seperti itu.
Dan jika ada yang bertanya apakah dia baik-baik saja? Pasti jawabannya sudah tahu, terbukti tak ada kesedihan tercetak di wajahnya. Livy tak akan lagi memusingkan tentang kisah asmaranya. Lagi pula, dia masih semester satu, buru-buru mencari pasangan pun juga tak akan membuatnya segera menikah. Jadi, biarlah semua berjalan semestinya. Jika memang dia mendapatkan pengganti Adam dengan cepat, berarti itu rezeki baginya. Begitulah pikir Livy terlalu santai.
Dia sudah berada di atas motor untuk berangkat ke kampus dengan Yana yang sudah berada di boncengannya. Jarak kampus dengan tempat kosnya memang tak terlalu jauh, tapi Livy malas berjalan kaki. Kecuali kemarin ketika hatinya merasa galau, barulah dia berjalan kemanapun sesuai permintaan hatinya.
"Vi, Adam." Yana berbisik ke telinga Livy dan menunjukkan di mana Adam berada.
Sementara Livy yang masih memarkirkan motornya di parkiran kampus dan dia tak merasa perlu menanggapi ucapan Yana yang tak penting itu.
"Hay!" Dinda datang dan bergabung bersama kedua sahabatnya. "Kemarin gimana kuliahnya? Gila, kepala gue kemarin tiba-tiba pusing banget. Jadi nggak bisa masuk kelas kan gue!" Adunya. Gadis itu juga sudah tahu tentang masalah putusnya hubungan Livy dan juga Adam.
Tentu saja Yana menceritakan kronologi kejadian kemarin kepada gadis itu.
"Biasa aja. Nggak ada yang spesial." sahut Yana santai. Sedangkan Livy fokus berjalan tanpa menanggapi kedua sahabatnya itu.
"Vi!" Panggilan itu di tunjukkan kepada Livy. Ya, siapa lagi kalau bukan Adam yang memanggil.
Livy tak menoleh apalagi menjawab. Dia terus melangkahkan kakinya meskipun Adam terus memanggilnya berkali-kali.
"Mending selesaiin dulu masalah lo deh Vi, si kampret Adam itu nggak akan berhenti gangguin elo." Dinda memberi usulan. Pasalnya, Adam itu lelaki dengan seratus jurus. Dia bisa melakukan apapun, bahkan sampai tak mengenal malu jika sudah bertidak.
"Jalan aja." Begitu katanya dan kedua sahabatnya itu mengikuti perintahnya. Tapi sayangnya, tangan Livy di tarik oleh seseorang sampai berhenti, ya siapa lagi pelakunya kalau bukan si Adam.
"Apaan sih! Gue bilang kita udah selesai!" katanya marah. Matanya memicing menatap Adam dan disentakkannya tangan lelaki tersebut agar terlepas dari genggaman Adam.
"Vi, please!" lelaki itu mulai memohon. "Dengerin aku sekali ini aja, itu nggak seperti apa yang kamu pikirkan." pintanya dengan wajah memelas.
Apa yang di katakan mahasiswa lain tentang Adam memang benar. Lelaki itu akan membuka jubah malunya jika merasa dia perlu melakukan hal itu dan terbukti sekarang, sudah kedapatan selingkuh, tapi masih sanggup memohon untuk mendengarkan penjelasannya.
"Dia itu temen SMA aku yang dari dulu ngejar-ngejar aku. Pas kemarin itu, Vi..." belom sempat melanjutkan ucapannya, Livy berbalik dan tak mempedulikan ucapan Adam yang sedang mengarang bebas di depannya itu.
"Astaga! Vi dengerin aku dulu." keluhnya seraya mengusap wajahnyal kasar.
Adam benar-benar kewalahan menghadapi tingkah Livy kali ini. "Vi!" panggilnya lagi, seolah Livy akan mempedulikannya saja.
Kedua sahabat Livy memang sudah pergi dari sana sejak tadi, mereka merasa perlu memberi waktu untuk kedua orang itu untuk menyelesaikan masalah mereka. Tapi Livy si keras kepala, bahkan tak peduli dengan etikat baik seorang Adam.
Tepat di depan kelas, Lvy berbalik dan menatap Adam dengan bosan. "Lo tuh nggak punya malu!" Awalnya sebelum dia menghela napas sesaat. "Detik dimana gue tahu lo selingkuh, lo itu sampah di mata gue! Jadi apapun alasan yang lo kasih ke gue, nggak akan mempan karena gue udah muak liat muka lo!" lanjutnya. "Jadi, berhenti menjelaskan apapun, dan jangan muncul lagi di depan gue. Gue mual lihat muka lo!" Setelah mengatakan itu, dia berbalik memsauki ruang kelas dan duduk di deretan kursi dimana kedua sahabatnya berada. Meninggalkan Adam yang tengah mematung dan shock luar biasa, lelaki itu pergi membawa perasaan kesal yang luar biasa.
Dan sudah pasti, teman-teman sekelas yang sudah berada di sana, menyaksikan pertunjukkan yang tersuguh-kan dengan bagus di depan mereka. Membuat Livy mendengus di dalam hatinya karena meskipun dia terlihat tak peduli, tetap saja dia sangat malu dengan tindakan mantan kekasihnya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments