" Assalamualaikum " sapa seseorang yang baru saja datang dengan suara kerasnya.
" Astaghfirullah " kata mereka yang sangat terkejut.
" Seno... Bisa tidak kalau salam itu tidak usah berteriak, kamu pikir ini hutan " kata Winda yang kembali kesal mendengar kerasnya suara anak keduanya yang baru saja datang itu.
" Kebiasaan kamu ini Seno, suaramu lebih kencang dari pada toa mesjid " kata Aldo yang saking kesalnya karena terkejut dengan kedatangan sang keponakan laki - kakinya ini.
" Hehehe... Maaf semua, habisnya tidak ada yang menyahut salam Seno, makanya Seno kerasin saja biar pada dengar dan tahu kalau Seno datang. " sahut Seno sambil nyengir kuda di hadapan orang tua dan pamannya itu.
Mendengar itu Marco, Winda dan Aldo hanya geleng-geleng kepala menghadapi putra bungsu di keluarga mereka ini.
" Kak Rini mana mah, ko tidak kelihatan ?" tanya Seno yang celingak celinguk mencari sang kakak.
" Ada tu di kamarnya, kenapa kamu mencari kakak mu memangnya ada urusan apa? tumben " tanya Aldo
Sedangkan Marco dan Winda langsung masuk ke kamar mereka dan hanya Aldo dan Seno yang masih di situ.
" Ada deh, paman mau tahu aja " jawab Seno lalu langsung menuju ke kamar kakaknya.
" Dasar anak sekarang, pasti tidak jauh-jauh dari kata duit tuh " kata Aldo yang juga langsung kembali ke kamarnya.
Seno langsung menuju ke kamar kakak nya.
Tok tok tok...
" Kak, ka Arini, Seno boleh masuk kak " panggil Seno.
" Masuk saja Sen, pintunya tidak di kunci "
Setelah mendengar sahutan dari dalam Seno pun perlahan membuka pintu kamar kakaknya itu, dan celingak celinguk mencari keberadaan kakak perempuannya.
" Ada apa Sen? " tanya Rini yang berada di balkon kamarnya.
" Biasalah, minta duit ya kak, Seno butuh banget sekarang buat bayar kuliah " jawab Seno sambil mendekati kakaknya.
" Kenapa minta sama kakak, kenapa ga minta sama mamah sama papah sana " kata Rini yang heran pada adiknya ini.
" Ga ah kak, kalau minta sama mamah harus dengar ceramah rohani dulu baru di kasih duit. Ya kak ga banyak ko cuman satu juta saja ya kak ya " rayu Seno dengan wajah melasnya.
" Haaah... Nih uangnya, awas ya jangan untuk yang macam - macam, kalau sampai macam - macam habis kamu di tangan kakak. " kata Arini mengepalkan tangannya ke arah Seno setelah menyerahkan uang untuk kebutuhan sang adik.
" Hehehe... Iya kak Seno janji, uangnya ga untuk macam - macam kok. Makasih kakak ku yang cantik, soga tuhan mengabulkan apapun keinginan kakak aamiin " kata Seno sambil mengangkat tangannya mendoakan sang kakak yang sudah baik padanya.
" Aamiin, ya sudah sana pergi, kakak mau istirahat. Oh ya, jangan lupa tutup pintunya lagi setelah keluar ya " kata Rini mengusir sang adik dari kamarnya.
" Iya kak, sekali lagi terima kasih kak Arini, permisi assalamualaikum " pamit Seno dengan senangnya setelah mendapatkan apa yang ia inginkan dari kakaknya.
Setelah itu Seno keluar dari kamar Arini dan langsung kembali ke kamarnya sendiri.
Sedangkan Arini hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah adiknya yang lebih dekat dan terbuka padanya dari pada dengan kedua orang tuanya.
Setelah melihat adiknya keluar, Rini langsung membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur lalu menatap langit - langit kamarnya.
" Haah... Kak Dion, mungkinkah kita bersatu saat keluarga kita tidak ada yang merestuinya. Sekarang aku pasrah kak, kalau kita jodoh pasti ada jalan untuk kita bersatu, tapi aku tidak yakin apakah itu akan terjadi. " gumam Arini menatap langit kamarnya lalu menerawang mengenang kembali kisah cintanya dengan sang kekasih yang di lakukan diam - diam tanpa sepengetahuan keluarga selama empat tahun yang lalu, dan hanya satu tahun ini kedua keluarga mengetahui hubungan mereka dan bersikeras menentang hubungan keduanya.
Saat Arini sedang mengenang kisah cintanya tiba - tiba ponselnya berdering hingga membuyarkan lamunannya, dan lebih mengejutkan lagi pintu kamarnya pun di ketuk terus menerus membuat Arini bingung harus mengangkat telepon atau membukakan pintu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments