bab 2

Shifa terlihat begitu sangat lembut terhadap anak kecil. Yang menggendongnya penuh hati-hati bahkan ikut memeluk anak balita itu memeluknya erat. 

" Mami." Balita itu kembali memanggilnya mami dengan gemas siapapun mencium pipi gembulnya.

" Bukan Mami sayang tapi kakak," ucap Syifa dia mengelus-elus punggungnya pelan. Shifa mencari keberadaan orang tua balita ini, celingak-celinguk namun tidak ada siapapun di sekitar selain dua laki-laki menyebalkan ini.

Kedua mata Sifa menyipit saat laki-laki bertubuh tegap berjalan dengan langkah panjang berjalan menuju ke arahnya. 

" Mau apa lagi dia?" Gumam Syifa yang masih menggendong balita lucu dan imut tersebut.

Laki-laki itu sudah berdiri tepat di hadapannya, kira agak sedikit kesusahan mendongak lantaran laki-laki itu begitu sangat tinggi. Jarak antara mereka agak begitu dekat hingga indra penciuman Syifa dapat mencium aroma maskulin dari tubuh laki-laki itu.

" Kenzo dia bukan Mami kamu, ayo sini ikut Papi," ucapnya berkata lembut tangannya mengambil kenzol dari gendongan Syifa.

" What … jadi anak kecil imut dan lucu ini adalah anak laki-laki arogan ini? Jauh banget perbandingannya," batin Syifa terkejut saat mengetahui jika balita yang ia gendong tadi adalah anak laki-laki arogan yang sudah menabraknya yang tidak bertanggung jawab itu.

" Mudah-mudahan saja anaknya kelak tidak sama seperti dirinya benar-benar menyebalkan," lanjut Syifa menatap tajam arah Kenzo. 

" Mami … Mami …" hati Syifa benar-benar tak kuasa mendengar suara tangisan dari balita yang bernama Kenzo itu menyebut dirinya mami. Tangannya terulur seakan ingin digendong kembali.

" Stop Kenzo, dia bukan Mami kamu. Jadi berhentilah menangis oke." Laki-laki itu sedikit membentak anaknya sontak membuat Kenzo semakin histeris dan memanggil mami dalam ucapannya.

Syifa benar-benar tidak tega kemudian dia berjalan cepat menghampiri laki-laki itu yang sudah masuk ke mobil dengan membawa Kenzo di gendongannya.

" Apa kamu tidak bisa lembut sedikit terhadap anak? Lihat dia bukannya berhenti menangis, malah semakin takut," kesal Syifa.

Kamu laki-laki itu tidak memperdulikannya dia malah sibuk menenangkan Kenzo yang sudah dari tadi tidak berhenti menangis dan malah berontak ingin pergi ke pelukan Syifa. Syifa hanya diam saja dia tidak bisa berbuat apa-apa toh ayahnya tidak mengizinkan anaknya ikut bersama dirinya dan malah membiarkan balita mungil itu terus menangis histeris.

Braaak … sang sopir menutup pintu mobil, kemudian dia bergegas masuk ke mobil dan pergi meninggalkan halaman rumah sakit itu. 

Syifa hanya menghela nafasnya sungguh hatinya tidak tega sekali melihat anak kecil yang menangis histeris seperti itu. 

" Semoga kamu sabar memiliki ayah seperti dia, dek," ucap Syifa kemudian dia kembali ke tujuan awalnya yaitu membeli nasi goreng karena perutnya memang sudah sangat lapar sekali.

Setelah merasa perutnya sudah kenyang Syifa kembali ke tempat di mana sang sahabat dirawat, Syifa melihat dari luar kaca ruangan UGD melihat sang sahabat masih belum sadarkan diri membuatnya sangat sedih sekali. Syifa menghembuskan nafasnya lalu dia duduk di kursi tunggu tak jauh dari ruangan UGD itu. Karena merasa sangat lelah dan juga mengantuk Syifa memejamkan matanya dengan posisi duduk bersandar.

Sifat terbangun dari tidur saat mendengar ricuh di rumah sakit ini dan dia dapat melihat beberapa orang berjas hitam berkacamata hitam dengan langkah lebar menelusuri lorong rumah sakit Syifa mengerutkan keningnya. 

" Apa-apaan mereka?" Sok berkuasa sekali ini pikir Syifa karena tak ada yang berani mencegah beberapa pengawal itu. Kemudian matanya menangkap satu sosok di belakang para pengawal yang bertubuh besar itu dan sosok itu sedang menggendong malaikat kecil dan terdengar suara tangis yang sangat memilukan.

" Apa mungkin anak yang tadi?" Ucapnya sontak Syifa langsung berdiri. 

Dan benar saja para pengawal itu yang terdiri dari empat orang berhenti tepat di hadapannya dan mereka membuka jalan membiarkan laki-laki dingin dan organ itu maju melangkah menghampiri dirinya.

" Ada apa?" Tanya Syifa malas namun pandangan matanya fokus kepada balita yang masih menangis histeris.

" Kenzo tidak bisa berhenti menangis dia terus memanggil mami," ucapnya dingin tak ada ramah-ramahnya sama sekali. Syifa menghela nafasnya.

" Lalu?" Syifa bertanya sambil memiringkan kepala.

" Mulai dari sekarang kau akan menjadi pengasuh Kenzo!" Tanpa kata, tanpa basa-basi, dengan nada tegas dingin dan datar laki-laki itu seenaknya saja berucap.

" What …" tentu Syifa melong apa-apaan ini bagaimana mungkin dirinya tiba-tiba menjadi pengasuh Kenzo seenaknya saja berkata pikir Syifa.

" Mami …" balita itu menoleh ke arahnya kemudian memanggilnya Mami lagi-lagi hatinya luluh tangan kecil mungil itu mengulur seakan ingin digendong dengan sangat terpaksa Siva pun menyambutnya dengan sangat hati-hati.

Ajaib sekali Kenzo yang sedari tadi menangis histeris tidak bisa ditenangkan oleh siapapun bahkan termasuk ayah kandungnya tiba-tiba berhenti begitu saja setelah digendong oleh Syifa. Bahkan tertidur dengan pulas karena begitu lelah akibat menangis tadi.

Laki-laki itu melongo tak percaya sama sekali, menjadikannya sebagai pengasuh tidaklah buruk. 

" Aku tidak mengerti Kenzo tidak biasanya seperti ini kepada orang asing, bahkan ini baru pertama kalinya dia bisa berbicara dan hanya satu kata yaitu mami." 

" Dan bahkan dia langsung berhenti setelah kau gendong dan mulai dari sekarang kau akan menjadi pengasuhnya," lanjutnya dengan sangat serius seakan tidak ingin ada penolakan.

" Oh maaf, tapi saya tidak bisa saya begitu sibuk," tolak Syifa.

" Berapa yang kau inginkan?" Tanya laki-laki itu datar, berapapun Syifa minta pasti akan dia bayar asal anaknya itu tidak kembali menangis seperti tadi.

Shifa mendesah dia menatap tajam laki-laki di hadapannya ini. Apa semua karena uang sehingga bisa melakukan apapun dan bisa membeli apa saja dengan uang itu. Orang kaya memang berbeda.

" 50 juta dari jam 08.00 sampai jam 03.00 sore." Syifa hanya asal bicara karena tidak mungkin orang mau membayarnya begitu mahal bahkan orang kaya sekalipun. Dia tersenyum puas karena pasti laki-laki itu tidak akan mau meminta dirinya menjadi pengasuh lagi.

" Oke, dan kau bisa mulai kerja besok pagi," jawabnya tanpa pikir panjang. 

Syifa lagi-lagi dibuat melongok olehnya, 50 juta orang gila mana yang mau membayar gaji sebesar itu. Dalam beberapa bulan saja dirinya bisa jadi kaya raya. Apa dia benar-benar sudah hilang akal pikir Syifa. 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!