Chapter 5

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Aku langsung terdiam karena penasaran, siapa kira-kira cewek yang berhasil menaklukan hatinya Daffa.

"Pantas akhir-akhir ini,dia suka sibuk sendiri dengan HP nya. Terlebih lagi, dia juga suka senyum-senyum juga saat main HP. Kalau di lihat sih, sepertinya ceweknya bukan satu sekolahan dengan kami. Tapi kata dia,aku kenal sama cewek yang dia sukai ini. Kira-kira siapa yah?" bisik ku dalam hati.

"Kenapa? Kamu kok diam saja?" tanya Daffa.

"Ah enggak,"

"Aku hanya penasaran saja." lanjut ku.

Terdengar suara tawa Daffa,mungkin dia merasa heran saja dengan aku yang begitu penasaran di dengan hubungan pribadinya saat ini.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Tanpa terasa akhirnya kami berdua pun sampai di sekolah,setelah aku turun dari motornya Daffa, aku sendiri tidak langsung pergi ke kelas. Melainkan memilih untuk pergi bersama Daffa bareng.

"Eh Ran.....!" seru Dio.

"Dio......" balas ku kaget.

"Ih kebetulan banget aku ketemu kamu di sini,"

"Kebetulan? Emangnya kenapa?"

"Ada yang mau aku bicarakan sama kamu,"

"Apaan?"

"Nggak di sini lah, nanti ada yang menguping pembicaraan kita lagi." balas ku.

"Iya juga sih,"

Tanpa berpikir panjang aku langsung mengajak Dio berjalan ke arah perpustakaan. Sebenarnya aku tidak akan masuk ke perpustakaannya,melainkan pergi ke taman yang ada di samping perpustakaan. Di sana tempatnya cukup sepi saat pagi,terkecuali pas jam istirahat suka banyak siswa lain yang sengaja pergi ke sana untuk sekedar nongkrong atau baca buku di sana.

"Ada apa sih?" tanya Dio kembali.

"Sepertinya penting banget."

"Ini masalah kemarin,"

"Kemarin, maksudnya?"

"Aku dengar dari Daffa, kemarin kamu lihat aku sama Nizi sepulang sekolah." jelas ku.

"Ah masalah itu, iya."

" Dio,"

"Harusnya kamu tuh nggak usah cerita sama Daffa."

"Ran, sebenarnya aku nggak mau cerita juga. Hanya saja semalam itu aku nggak sengaja aja ngomong. Ya karena aku pun penasaran aja, karena kemarin kamu bilang mau pulang bareng Daffa. Tapi pas aku balik dari toilet aku malah lihat kamu lagi ngobrol sama Nizi." jelas Dio.

"Sebenarnya kemarin itu, kamu sama Nizi ngomongin apa sih?" tanya nya.

"Ngomongin apa lagi,kalau bukan masalah Daffa."

"Kenapa emang?"

"Ya gitu, Nizi ngerasa capek aja katanya. Selama ini dia ngejar-ngejar Daffa,tapi Daffa nya sama sekali tidak pernah meresponnya. Ya meskipun pada kenyataannya,emang Daffa sama sekali nggak pernah kasih harapan sama dia."

"Terus?"

"Ya gitu, aku pun bingung harus kasih saran apa sama dia. Aku takut salah bicara,"

"Iya juga sih,"

"Aku pun helan juga sama Daffa. Padahal menurut ku yah, Nizi itu cantik,pinter,banyak di sukai juga sama siswa laki-laki di sekolah ini.Kurang apa lagi coba?" lanjut Dio.

"Nggak tahu aku juga,"

"Atau mungkin Daffa punya pacar atau seseorang yang dia sukai sekarang ini."

Mendengar ucapan Dio barusan, aku langsung memalingkan wajahku dan pura-pura melihat tanaman buka yang tengah bermekaran.

"Ran......"

"Ran, kamu lagi lihat apa sih? Bukanya dengerin aku lagi ngomong. Tadi aja kamu yang ngajakin aku ke sini."

"Iya aku denger kok,"

"Aku pun nggak tahu lah, kamu kan yang lebih sering bareng sama dia. Apa dia sama sekali belum pernah gitu,cerita masalah pribadi dia sama kamu." lanjut ku.

"Hem kamu ini, kayak nggak tahu Daffa kayak gimana. Dia nggak bakalan pernah cerita-cerita hal semacam itu,apalagi yang berhubungan dengan urusan hatinya." balas Dio.

"Iya juga sih,"

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Aku dan Dio pun langsung kembali menuju kelas,karena sebentar lagi jam pelajaran pertama akan segera di mulai.

Setibanya di depan kelas, Daffa dan Agnes tengah ngobrol di depan kelas sambil melihat ke arah lapang. Kebetulan memang kelas ku berada di lantai dua dan langsung menghadap lapangan basket.

"Eh itu dia mereka," tunjuk Agnes melihat kedatangan aku dan Dio.

Aku dan Dio sama-sama tersenyum sama mereka berdua.

"Kok kalian bisa bareng? Setahu aku bukannya Dio tadi datang lebih awal deh." ucap Agnes.

"Ah itu, aku tadi nggak sengaja ketemu sama Rani di bawah." balas Dio.

"Iya bener," timpal ku.

"Ah kirain kalian habis dari mana,nggak ngajak kita."

"Emangnya pagi-pagi gini,kita mau ke mana." balas ku sambil berjalan menuju ke arah kelas.

Mereka pun sama mengikuti masuk ke dalam kelas.

"Hari ini kita nggak ada tugas sekolah kan?" tanya Agnes pada ku.

"Tidak ada,"

"Syukurlah, aku sempat khawatir. Takut kayak minggu kemarin, aku lupa nggak ngerjain tugas matematika. Malas kali aku, kalau harus di hukum lagi gara-gara gak ngerjain tugas. Bukan masalah di hukumnya, aku malu aja karena di lihatin sama adik kelas kita." gerutu Agnes.

"Lagian kamu sih,bisa-bisanya lupa nggak ngerjain tugasnya." balas ku.

Aku dan Agnes pun langsung duduk di kursi kamu,tidak lupa aku pun mengeluarkan buku pelajaran jam pertama hari ini dari dalam tas ku.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

*Kring.......

Bel tanda jam ke dua berakhir dan itu tandanya waktunya buat istirahat. Seperti hari biasanya, kami langsung berhamburan keluar kelas menuju ke kantin.

"Eh itu ada Nizi," bisik Agnes pelan.

Aku sebenarnya sudah melihat Nizi,tepat saat aku menuruni tangga tadi. Hanya saja aku berpura-pura tidak melihatnya saja.

"Pasti dia bakalan cegat Daffa lagi kayak kemarin," bisiknya kembali.

"Hush, udahlah. Kita pura-pura nggak lihat aja mendingan."

"Bener banget,"

Namun berbeda dengan kemarin, tepat saat kami melewati Nizi dan teman-temannya, Nizi malah seolah tidak melihat kami lewat dan malah asik ngobrol dengan temannya.

"Ih kok," bisik Agnes.

Aku hanya menggelengkan kepalaku menandakan kalau aku pun tidak tahu. Begitu pun dengan Dio yang langsung melihat ke arah belakang. Kebetulan memang Dio dan Daffa berjalan tepat di depan kami berdua.

Sesampainya di kantin dan memesan makanan,kami langsung duduk di tempat yang biasa kami gunakan untuk istirahat.

Suasana terasa hening dan canggung,sedangkan Daffa dia malah asik dengan HP nya. Aku semakin yakin saja,kalau saat ini ada seseorang yang tengah iya sukai.

"Eh kalau aku perhatikan akhir-akhir ini,dia suka senyum-senyum sendiri kayak gitu." bisik Agnes.

"Gak tau lah," balas ku.

"Coba kamu tanya dong,jangan-jangan dia udah punya pacar lagi tanpa sepengetahuan kita."

"Hush......"

"Nanti dia dengar lagi."

Aku langsung menutup mulutnya Agnes dengan tangan ku, karena takut Daffa mendengar pembicaraan kami berdua.

"Kalian berdua kenapa sih?" tanya Dio keheranan sambil memperhatikan kami.

"Nggak......"

"Tahu nih Rani, main membekap mulut ku aja." timpal Agnes.

Sontak saja Daffa langsung melihat ke arah aku dan menyimpan HP nya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!