Chapter 4

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Tanpa aku sadari Daffa malah balik melihat ke arah ku dengan heran.

"Kamu kenapa? Kok lihatin aku segitunya banget sih." ucapnya.

Aku langsung kaget dan berusaha untuk mengalihkan perhatiannya.

"Ah enggak, aku nggak lagi lihatin kamu kok. Itu aku tadi lihat orang yang lalu lalang di luar sana."

Daffa pun kemudian berbalik melihat ke arah luar jendela.

"Emang ada apaan?" ucapnya.

"Ya nggak ada, cuma iseng aja lihat."

Saat kami berdua tengah mengobrol, makanan yang aku pesan pun datang. Tidak menunggu lama, aku pun langsung menyantap makanan yang sudah aku pesan tadi.

"Pelan dong makannya,nanti kamu keselek lagi." ucapnya melihat aku makan dengan rakus.

"Lapar Daf, terus nasi goreng bebeknya enak juga." balas ku.

"Iya aku tahu itu enak, tapi pelan aja makannya. Keselek nanti,"

"Iya......."

Aku pun langsung memperlambat cara makan ku dan makan dengan anggun.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Tepat sekitar jam setengah 4 sore, aku dan Daffa baru pulang. Aku pun berpamitan sama dia,kebetulan memang rumah aku dan Daffa itu berhadapan hanya terhalang jalan saja.

"Sore......!" seru ku.

Ternyata ibu tengah duduk di ruang tamu sambil baca buku,beliau pun langsung berdiri melihat kedatangan ku.

"Ran, kamu baru pulang. Dari mana aja?" tanya ibu.

"Iya bu,"

"Tadi Rani bantuin dulu Daffa, ambil pesanan ibunya ke toko kue."

"Ah kirain habis dari mana, kalau sama Daffa ibu jadi senang dengarnya."

"Tadi ibunya Daffa juga habis main dari sini,baru aja beliau pulang. Mungkin ada sekitar setengah jam yang lalu." lanjut ibu.

"Oh gitu,"

"Ya udah deh bu, aku mau ke kamar. Gerah nih, mau mandi."

"Ya sudah....."

Aku pun langsung menuju lantai dua,dimana kamar aku berada. Dan benar saja, uang pemberian ayah tadi pagi masih tergeletak di atas meja rias ku.

"Ya ampun, kamu kenapa harus ketinggalan sih? Jadinya kan aku nggak beli kue kesukaan ku tadi." gerutu ku sambil memasukan uangnya ke dalam dompet ku.

Setelah itu, baru lah aku bersiap untuk mandi dan berganti pakaian.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Malamnya saat aku tengah belajar, terdengar suara ketukan pintu kamar ku. Tanpa menunggu lama aku pun langsung berdiri dan membuka pintunya.

"Daffa......." ucap ku sedikit terkejut.

Dia hanya diam saja dengan wajah datarnya.

"Ngapain kamu ke sini? Tumben banget," lanjut ku.

"Ya ampun Ran, kamu sama teman sendiri pake nanya segala ngapain aku ke sini."

"Kayak aku baru kali pertama aja main ke sini,"

"Ngapain?" tanya ku kembali.

"Itu ibu ku lagi main sama ibu kamu, kebetulan aja ibu ngajakin aku juga. Dari pada aku bad mood sendirian di bawah, jadinya aku ke sini aja. Kebetulan juga katanya kamu juga lagi belajar." jelasnya.

"Oh......"

"Ya udah sini masuk," ajak ku.

Daffa pun langsung masuk dan duduk di atas tempat tidur ku.

"Kamu lagi belajar apa sih? Perasaan tadi kita nggak ada tugas deh." ucapnya.

"Ya memang, aku cuma mengulas pelajaran tadi sama pelajaran buat besok."

"Rajin banget kamu,"

"Iya lah, supaya aku dapat nilai yang bagus nanti. Kami tahu kan, alasan aku belajar begitu keras selama ini." balas ku.

"Tentu saja, aku tahu."

Aku memang sudah sejak lama mempunyai keinginan untuk melanjutkan kuliah di luar negeri,terutama di Korea. Bukan karena aku penyuka Kpop, tapi memang itu merupakan salah satu keinginan aku untuk bisa bersekolah di sana.

"Harus ya, kamu pergi jauh sampai ke Korea?" tanya Daffa.

"Daf, kamu kan tahu itu salah satu keinginan yang mau aku wujudkan."

"Kalau kamu pergi atau pun jadi kuliah di luar negeri sana, jadi kita bakalan berjauhan dong." timpalnya.

"Ya iya lah,"

"Terkecuali kamu pun sama,ikut kuliah sama aku ke sana."

"Hah?"

Daffa tampak terkejut dengan ucapan ku barusan.

"Jangan becanda deh, nilai aku pun cuma pas-pasan selama ini."

"Ya kan nggak ada yang tahu," balas ku.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Keesokan harinya, seperti biasa aku menunggu Daffa di depan rumah sambil melihat mang Karjo menyiram tanaman yang ada di depan rumah ku.

"Mana sih Daffa, tumben banget dia telat." ucap ku sambil melihat ke arah rumahnya.

Tepat saat itu pula,ibunya Daffa keluar sambil membawa kantong plastik.

"Apa aku tanya sama ibunya aja kali ya,"

Aku pun langsung beranjak dari tempat duduk dan berlari menghampiri ibunya Daffa.

"Pagi tante......"

"Pagi juga Rani," balasnya sambil tersenyum.

"Kamu pasti lagi nungguin Daffa yah?"

"Iya tante,"

"Itu anaknya baru aja beres makan,paling sebentar lagi keluar."

Baru aja ibunya Daffa selesai berbicara, ternyata benar saja Daffa keluar dari dalam rumahnya.

"Eh Ran, kamu udah di sini aja. Lama yah?"

"Nggak....."

"Ya udah yuk....."

"Kalau begitu aku permisi ya tante,"

"Iya Rani, hati-hati bawa motornya. Jangan ngebut-ngebut,"

"Iya bu," ucap Daffa sambil menyalami ibunya.

Aku pun tidak lupa ikut menyalami ibunya sebelum kami berdua pergi.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Jarak dari rumah sampai sekolah pun tidak begitu jauh,hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menitan saja.

"Ran......" ucap Daffa.

"Heh,"

"Aku dengar dari Dito, kemarin dia lihat kamu sama Nizi di parkiran. Kalau boleh tahu, ada urusan apa antara kamu dan dia? Setahu aku,kamu tidak begitu dekat dengan Nizi." jelasnya.

Aku langsung di buat kaget dengan ucapan Daffa barusan, bagaimana bisa kemarin aku tidak menyadari keberadaan Dito.

"Ya ampun, aku harus bicara apa sama Daffa. Kalau aku jujur dia bakalan marah nggak yah? Aku takut dia marah. Tapi kalau aku tidak ngomong,dia bakalan salah paham lagi." bisik ku dalam hati.

"Kok kamu malah diam aja sih? Aku kan nanya sama kamu."

"Ah itu......"

"Kemarin Nizi hanya sedikit bercerita aja sama aku,bisa di bilang curhat lah. Dia merasa kesal aja, karena selama ini dia di cuekin gitu sama kamu. Padahal dia sudah lama banget suka sama kamu,"

"Dia juga nanya sama aku, apa mungkin kamu tengah dekat atau tengah menyukai seseorang. Gitu....." lanjut ku.

"Iya......" balasnya singkat.

"Hah?"

"Maksud kamu apa nih? Kamu beneran lagi dekat sama seseorang maksudnya. Siapa?"

"Bukan dekat, aku tengah menyukai seseorang sekarang ini." timpalnya.

"Siapa? Apa aku tahu?"

"Tentu saja,"

Mendengar ucapan Daffa kali ini, aku benar-benar di buat penasaran oleh dia. Kira-kira siapa yah,cewek yang bisa menaklukkan hatinya Daffa yang dingin sedingin es itu.

"Nanti juga kamu bakalan tahu, tidak perlu untuk aku memberitahu kamu sekarang ini." lanjutnya.

"Ya udah deh, aku pun nggak akan maksa kamu untuk kasih tahu siapa wanita itu."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!