Chapter 3

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Sepulang sekolah,karena aku sudah janjian sama Daffa. Aku pun hanya bareng sama Agnes hanya sampai ke loby sekolah saja. Setelah itu baru lah aku menunggu Daffa,karena dia masih ada urusan sama teman club basketnya.

Saat aku tengah duduk sambil memainkan HP ku, tiba-tiba saja Nizi datang menghampiri ku.

Aku sempat kaget karena kedatangannya kali ini, karena memang meski pun aku dan dia sempat berada dalam satu kelas yang sama, aku sendiri tidak begitu dekat dengan dia. Hanya sekedar tahu dan kenal saja,tidak seperti aku dan Agnes saat ini.

"Hai......" aku lebih dulu menyapanya.

Tanpa membalas sapaan ku dan bahkan dia pun tidak tersenyum pada ku sama sekali. Raut wajahnya tampak datar,tanpa ekspresi.

"Ada apa dengan sikap dia? Perasaan aku nggak berbuat salah deh." ucap ku dalam hati.

"Kamu sendirian?" tanya nya.

"Ah itu, iya......."

"Ada yang ingin aku bicarakan sama kamu." lanjutnya.

"Ada apa nih? Sepertinya serius banget."

Aku pun langsung mengikuti langkah Nizi yang berjalan menuju ke arah parkiran.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Setibanya di area parkiran, Nizi pun duduk tepat di atas motor miliknya sedangkan aku memilih untuk berdiri tepat di depannya.

"Kenapa Nizi?" tanya ku kembali.

"Ini tentang Daffa," ucapnya pelan.

"Daffa? Kenapa dengan Daffa? Apa terjadi sesuatu?"

"Tidak......"

"Hanya saja, aku merasa kesulitan sekali untuk coba deketin dia. Kayak seolah dia itu mempunyai tembok pembatas,supaya siapa pun itu tidak ingin dekat atau bahkan menyerah untuk mendekatinya." lanjut Nizi.

Aku hanya memilih diam saja dan tidak memberikan respon apa pun. Karena meskipun hubungan aku dan Daffa cukup dekat, aku sama sekali tidak berani mencampuri urusan pribadi dia terlebih lagi masalah hati.

"Apa kamu tahu, mungkin saja dia menyukai seseorang atau tengah dekat dengan siapa gitu?"

"Setahu aku enggak deh kayaknya, soalna di sekolah kan kami bareng terus. Sepulang sekolah pun setahu aku dia hanya di rumah saja."

"Nizi, asal kamu tahu yah. Meskipun aku dan Daffa terbilang cukup dekat,tapi aku sama sekali tidak berani untuk mencampuri urusan dia apalagi menyangkut masalah pribadi." lanjut ku.

Nizi langsung terdiam dan hanya menatap kosong ke arah depan.

"Aku merasa kesal saja Ran, aku kurang apa selama ini. Aku selalu berusaha untuk buat Daffa tertarik pada ku,meskipun pada akhirnya dia selalu memberi respon yang dingin terhadap ku."

"Ya udah kalau kamu pun tidak tahu, makasih ya. Karena kamu udah mau mendengar keluhan ku kali ini," lanjut Nizi.

"Iya......."

"Nizi......."

"Iya kenapa,Ran?"

"Ini hanya pendapat ku saja,aku minta maaf kalau seandainya kamu tersinggung."

"Kamu kan pastinya tahu respon yang di berikan Daffa terhadap kamu seperti apa. Terus kenapa kamu masih kekeh untuk deketin dia? Menurut pandangan ku, kamu itu cukup baik dan cantik. Kamu bisa saja mendapatkan atau dekat dengan laki-laki lain selain Daffa. Ada banyak cowok di sekolah ini yang jauh lebih keren di banding Daffa." jelas ku.

"Iya juga, apa yang kamu katakan itu ada benarnya juga. Aku pun tengah memikirkannya kembali,"

"Seperti apa yang kamu katakan barusan, aku memang sudah merasa lelah dan merasa sudah cukup menyukainya selama ini. Udah mau 3 tahun aku mengejar-ngejar Daffa,tapi apa yang aku dapatkan. Aku hanya mendapatkan kekecewaan yang sebenarnya itu hasil dari ulah ku sendiri."

"Daffa sama sekali tidak bersalah, dia bahkan tidak pernah memberikan harapan pada ku selama ini. Aku nya saja yang terlalu berharap lebih sama dia," lanjut Nizi.

"Mendengar ucapan mu ini, aku menyadari kamu itu dewasa. Aku harap kedepannya kamu bisa dapatkan cowok yang menyayangi dan menerima kamu apa adanya."

Setelah mengobrol dengannya, Nizi pun berpamitan untuk pulang lebih dulu. Sedangkan aku memilih untuk menunggu Daffa di atas motor miliknya.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Setelah menunggu Daffa sekitar 10 menitan,akhirnya dia pun datang keluar bersama teman satu club nya.

"Maaf yah lama,tadi ada yang harus kami meeting kan lebih dulu." ucap Daffa.

"Iya gak apa-apa, sekarang udah selesaikan? Sebaiknya kita cepat-cepat ke toko kuenya deh. Soalnya keburu sore juga nih, aku lapar."

"Ya ampun Ran, aku pikir kenapa."

"Makan aja yang ada di pikiran kamu itu," balasnya sambil mengusap kepala ku.

"Ya udah minggir dong, aku mau naik." lanjutnya.

"Eh iya......."

Aku pun langsung turun dan membiarkan Daffa untuk mengeluarkan motornya lebih dulu dari barisan.

"Kita nanti makan di resto yang ada di samping toko kue itu." ajaknya.

"Ih enggak ah, uang aku tinggal sedikit. Nggak bakal cukup kalau harus makan di sana,nanti aja aku makan di rumah."

"Terserah deh,"

Aku pun kemudian langsung naik ke atas motornya dan Daffa pun langsung tancap gas melajukan motor kesayangannya itu.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Tidak butuh waktu yang lama, sekitar 10 menitan kami pun akhirnya sampai di toko kue yang kami maksud. Aku pun memilih untuk tidak ikut ke dalam tokonya dan memilih duduk di kursi yang ada di depan toko.

Aku sebenarnya mau saja ikut ke dalam, tapi aku takut tergiur dan kalap ingin membeli juga buat aku bawa pulang ke rumah. Sedangkan uang saku ku hari ini hanya tinggal Rp.20.000 saja. Karena aku lupa tidak membawa uang pemberian dari ayah semalam.

"Sudah yuk," ucap Daffa keluar dari dalam tokonya.

"Oh udah yah,"

"Yuk....."

Aku langsung beranjak dari duduk ku dan langsung meraih bingkisan yang Daffa bawa.

"Udah nanti saja, sebaiknya sekarang kita makan dulu." ucapnya.

"Ih Daf......" aku langsung menarik tangannya.

"Kenapa?"

"Sebaiknya kita pulang saja,kita makan di rumah aja."

"Udah tenang aja, hari ini aku yang traktir kamu. Anggap saja ini sebagai hadiah,ulang tahun kamu waktu kemarin. Aku kan belum kasih hadian apa-apa buat kamu," balasnya.

" Iya tapi........"

"Udah ayo......"

"Nanti aku keburu berubah pikiran lagi,"

Daffa langsung menarik tangan ku dan membawa ku masuk ke dalam restorannya.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

"Nih, pesan......." ucap Daffa sambil memberikan buku menu nya pada ku.

"Bener nih?"

"Iya,"

"Cepetan deh, kalau kamu nggak mau kita balik aja." balasnya.

"Eh iya deh,iya."

"Aku kan cuma meyakinkan aja,"

Tanpa menunggu lama aku langsung melihat daftar menu nya dan memilih beberapa makanan dan minuman buat aku dan Daffa makan.

Sambil menunggu makanannya datang, kami pun sama-sama sibuk dengan HP kami masing-masing. Aku sedikit curiga karena Daffa selalu tersenyum saat memainkan HP nya itu.

Terpopuler

Comments

Ice_Prince95

Ice_Prince95

☺️☺️☺️☺️

2023-03-30

0

abdan syakura

abdan syakura

Keep spirit and smile, Thor 👍💪🥰

2023-03-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!