Setelah pengusiran itu, Mira dan Nia langsung pulang ke rumah. Mereka ingin mengadu kepada Bagas perbuatan mantan istrinya.
"Hufff!! Kok sial banget sih hari ini Bu?" tanya Nia saat duduk di sofa,setelah sampai di rumah.
"Iya Nia, Ibu kok nggak tau ya selama ini Ratih punya butik. Padahal Ratih jarang keluar rumah!" Bu Mira heran.
"Iya, ya Bu. sepertinya Ratih memang menyembunyikannya Bu. Sehingga kita tidak tahu perihal Butik itu!" ucap Nia dengan asumsinya.
"Kamu betul juga Nia, kita harus merebut butik itu. Ibu juga ingin merasakan punya butik sendiri, apalagi Butik itu cukup terkenal, seperti butik Ratih!" ungkap Mira menghayal.
"Bu. Ibu ingat nggak? tadi Ratih mengatakan sesuatu kepada kita, sebelum dia mengusir kita Bu. Ratih bilang kita tidak tau siapa dia sebenarnya, dan siapa keluarganya. Ibu nggak ngerasa aneh nggak sih dari perkataan Ratih!" Ujar Nia yang merasa janggal dengan kata-kata Ratih.
"Nggak usah mikirin itu. Kita fokus aja buat rencana, gimana butik Ratih bisa Ibu miliki!" Obsesi Mira.
Saat tengah berbincang. Tak berselang lama mobil yang dikendarai Bagas sudah berada di depan halaman Rumahnya.
"Assalamualaikum Bu!" salam Bagas,seraya mencium takzim tangan Sang Ibu.
"Waalaikumsalam!" jawab Bu Mira.
Karena merasa capek akibat pekerjaan. Bagas akhirnya beranjak ke kamarnya terlebih dahulu, tanpa memperhatikan mimik Wajah Sang Ibu yang kesal. Setelah selesai membersihkan diri, Bagas beranjak keluar dari dalam kamarnya. Ia menuju ke ruang keluarga tempat ia biasanya menghabiskan waktu berdua dengan Ratih hingga magrib menjelang. Tak lupa ditemani dengan secangkir kopi buatan istrinya.
"Lo Bu. Ibu nggak bikinin Bagas kopi?" tanya Bagas kepada Sang Ibu yang berada di ruang keluarga.
"Ibu malas Gas. Ibu lagi asyik nih main ponsel, suruh aja tuh si Nia adik kamu!" ucap Mira tanpa melihat Bagas.
"Nia, bisa tolong buatkan kopi untuk Mas?" tanya Bagas kepada Nia yang juga tengah asyik dengan ponselnya.
"Malas ah Mas. Nia nggak tau bikin kopi, Mas aja sih yang bikin sendiri!" ucap Nia tanpa melihat Bagas yang sedang berbicara dengannya.
Mendengar penolakan Nia,Bagas beranjak dari tempatnya berdiri. Ia segera ke dapur untuk membuat secangkir kopi untuk dirinya sendiri,di saat seperti ini Bagas teringat dengan Ratih. Bagas teringat pelayanan Ratih kepadanya selaku istri, tak pernah sekalipun Bagas ke dapur apalagi membuat secangkir kopi. Semua kebutuhannya sudah Ratih penuhi.
Setelah membuat secangkir kopi untuknya. Bagas segera beranjak menuju ruang keluarga tempatnya setiap hari menghabiskan waktu.
"Gas. Ibu mau tanya, berapa sih uang bulanan yang kamu kasih ke Ratih?" tanya Mira
"Yah seperti biasanya Bu,limah jutah rupiah dan itu juga termasuk jatah bulanan Ibu dan Nia!" jawab Bagas.
"Kamu yakin kamu ngasih Ratih bulanan segitu?" tanya Mira memastikan.
"Yakinlah Bu. Bagas ngasih Ratih cas kok, emang kenapa Ibu bertanya seperti itu?" tanya Bagas penasaran.
"Tadi siang Ibu dan Nia itu ke butik,nah ternyata Butik yang Ibu datangi itu milik Ratih. Jadi, Ibu curiga uang bulanan yang kamu kasih itu, di pakai buat modal untuk buka butik oleh Ratih!" jelas Mira.
"Bagas rasa nggak deh Bu,karena jatah bulanan Ratih tiap bulannya nggak pernah tersisa. Itu pun harus nombok!" ucap Bagas.
" kalau seperti itu, berarti Ratih yang sudah membangun Butik itu sendiri tanpa campur tangan kamu Gas. Tapi, apapun itu. kamu harus menuntut butik itu sebagai harta gono gini. karena butik itu di bangun saat kalian masih menikah!" ujar Mira berusaha mempengaruhi Pikiran Bagas.
"Baiklah Bu. Bagas akan mengurus itu nanti. Tapi, lebih dulu Bagas harus mengurus perceraianku dulu dengan Ratih,karena untuk Harta gono gini lain lagi ceritanya."
"Iya ibu setuju. Tapi, usahakan Butik itu jangan sampai jatuh ke tangan Ratih!" ucap Mira serakah.
" Akan saya usahakan Bu. Karena selama Bagas dan Ratih menikah, Butik itu tak sekalipun Ratih bahas di saat kami berdua. dan Bagas harus konsultasi dulu kepada pengacara bagaimana pembagian harta gono gini," ujar Bagas menatap Ibunya.
Keesokan harinya Bagas tampak kerepotan mencari baju kerjanya yang entah di mana Ratih menyimpannya.
" Kalau seperti ini bisa terlambat aku masuk kerjanya," gerutu Bagas seraya mengacak semua pakaian di dalam lemari, hingga ia menemukan memo di dekat meja lampu tidur.
" Pakaian kerja Mas saya sudah meletakkannya di lemari ujung. Semua sudah tersedia di sana dari kemeja hingga kaus kaki, dan jangan lupa sebagian masih berada di ruang setrika," tulis Ratih pada Memo yang ditinggalkan sebelum pergi.
Sedang Bagas yang menemukan Memo yang bertulis tangan mantan istrinya tersebut. sangat menyesal, ia menyesali keputusannya mentalak mantan istrinya begitu cepat.
Saat masih dalam lamunan. Bagas dikagetkan dengan kedatangan sang Ibu ke kamarnya. Dalam keadaan acak-acak karena baru bangun tidur.
" Bagas Ibu minta uang dong beli sarapan, Ibu pagi ini malas masak," ucap Mira seraya menengadahkan telapak tangannya kepada Bagas.
" Nih Bu," ucap Bagas seraya memberikan uang seratus ribu selembar.
" Kok cuma segini Gas, ini mana cukup belum makan siang dan cemilan Ibu tambahin jadi lima ratus ribu," ujar Mira dengan enteng.
" Kenapa harus beli makanan siang segala sih Bu, kan Ibu bisa masak. lagian stok bahan makanan di kulkas cukup banyak, kita harus irit Bu ini baru pertengahan bulan. Uang lima ratus ribu itu kalau di tangan Ratih, bisa seminggu Bu. Jadi, jangan boros lah Bagas mana ada uang lagi untuk nomboK kalau begini caranya," ungkap Bagas frustasi.
" Kamu kok pelit sekali Gas. Ibu bukan minta uang banyak loh lagian kamu jangan samakan aku dengan Ratih, Ratih itu gadis kampung dan Miskin. Jadi, wajar kalau dia itu pandai mengelola uang karena perut dia terbiasa makan makanan yang ndeso. Beda sama Ibu, yang terbiasa hidup berkecukupan dan makan makanan yang mewah," ujar Mira dengan sombong.
" Oke kali ini Bagas kasih Ibu uang segitu, tapi ingat ini yang terakhir kalinya. Karena uang bulanan yang Bagas pegang tinggal sedikit, lagi pula uang bulanan yang Bagas kasih ke Ibu, apa sudah habis?" tanya Bagas yang membuat Mira tampak gugup.
" Kamu tidak perlu tahu uang yang sudah kamu kasih Ke Ibu, tidak penting lagi kamu tanyakan. kemana Ibu gunakan," ujar Mira seraya berjalan keluar dari kamar Bagas.
Sementara Bagas melanjutkan aktivitasnya memakai pakaian kantor. setelah semua dikenakannya, Bagas beranjak keluar dari Kamar. Namun ia melupakan kalau Dirinya belum mengenakan Dasi, dan itu membuatnya kembali ke kamar lagi.
" Aduh dasi yang mana sih cocok dengan warna kemeja saya?" tanya Bagas dengan dirinya sendiri.
Setelah lama berfikir akhirnya, ia menjatuhkan pilihannya kepada Dasi yang bermotif sangat bertolak belakang dengan kemeja yang ia kenakan. Dari segi warna dan motifnya. namun Bagas tidak memikirkan itu. Karena selama ini, Ratih lah yang selalu memadupadankan apa yang Bagas kenakan jika hendak ke kantor.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Semutmerah
bagus Ratih kamu wanita tanggu
2023-04-03
0
kasihsayang
good job Ratih
2023-04-03
0