Malam semakin larut, Mira tak dapat memejamkan kedua matanya. Padahal rasa kantuk sudah sangat rasa resah gelisah terus terasa di hatinya.
“ Kenapa ya perasaan ku gak enak banget?” ucap Mira sambal mengelus dadanya.
Wanita itu bangkit dari tidurnya lalu duduk menyandarkan tubuh di sisi Kasur. Ia menghela nafasnya untuk kesekian kali, tak biasa nya
ia seperti ini. Perasaan gelisah yang ia rasankan sekarang ini? Mira bertanya-tanya.
Karena rasa gelisah nya tak kunjung hilang, Mira pun bangkit dari tempat tidur. Ia berjalan menuju arah meja riasnya. Sesampainya di sana, Mira melihat ke arah cermin dan menatap dirinya dari pantulan cermin tersebut.
“ Menyedikan!” gumam Mira pada dirinya sendiri.
Bagaimana tidak menyedihkan, menjadi pemuas nafsu sang majikan apa itu tidak menyedihkan? Ditambah lagi lelaki tersebut sudah memiliki istri, dan lebih naasnya lagi tanpa memiliki hubungan apapun selain majikan dan pembantu, jadi ia bisa
apa selain berkata “ Menyedihkan”
Terkadang terlintas serakah dalam pikiran Mira jika ia
ingin memiliki Aslan seutuhnya. Namun, ia terus untuk melawan pikiran serakah
itu karena mustahil bagi dirinya untuk bisa memiliki Aslan seutuhnya. Ditambah lagi perbedaan dirinya yang bagaikan langit dan bumi dengan istrinya Asalan yang memiliki segalanya, sedangkan dirinya …
“ Dasar bodoh!” umpat Mira geleng-geleng sambal memukul kepalanya pelan.
Tenggorokannya tersa kering, Mira keluar dari kamar menuju dapur untuk mengambil air minum. Rumah Aslan tidak terlalu banyak memiliki ART
hanya ada 3 orang pembantu termasuk dirinya saja. Jadi rumah sebesar bak istana itu terasa sepi. Sebab itu mengapa Mira bisa memiliki kamarnya sendiri
di rumah tersebut.
Sementara itu …
Aslan mengusap wajahnya kasar. Ia menoleh arah samping dimana istrinya sudah tertidur dengan nyenyak akibat percintaan panas yang sudah
mereka lakukan sejak dua jam yang lalu. Aslan akui jika istri tersebut memang sangat jago dan pandai membuat dirinya menggila. Berbeda sekali jika di
bandingkan dengan Mira yang kaku tanpa pengalaman apapun tentang masalah ranjang.
“ Oh, ****!” umpat Aslan mengingat nama Mira.
Akan tetapi … ia tak perlu merasa bersalah, toh Mira baginya bukanlah siapa-siapa melainkan saling membutuhkan saja.
“ Aslan, kamu mau kemana?” Monica terbangun saat Aslan beranjak dari tempat tidur. Bahkan matanya saja hanya setengah terbuka.
“ Minum,” sahut Aslan kembali datar. Lelaki itu memakai celana pendeknya.
“ Oh, kalau begitu tolong ambilkan aku sekalian minum juga ya.” Perintah Monica seenaknya. Ya, begitulah wanita itu, selalu memerintah
seenaknya tanpa memandang siapa pun. Maka sebab itulah mengapa Aslan tak menyukai dirinya.
Aslan menghela nafasnya kasar, sebenarnya ia sangat tidak suka di perinta layaknya seorang babu. Karena hari sudah larut, ditambah lagi bandan sudah sangat Lelah akibat Monica meminta ronde kedua padanya hingga ia tak
memiliki tenaga lagi. Monica sudah sangat berpengalaman sekali saat bermain tadi, tentu saja karena wanita itu sudah melakukan beberapa kali dengan laki-laki lain entah sudah keberapa kalinya Aslan tak tahu.
Di dapur Mira masih dengan minumannya, ia menoleh arah tangga mendengar bunyi langkah kaki yang berjalan cepat. Jantungnya berdegup
kencang karena sudah tahu siapa pemilik kaki tersebut.
“ Tuan,” kata Mira senang, senyum terukir di bibirnya.
“ Oh Mira!” jawab Aslan.
“ Tuan mau minum?” tanya Mira, Aslan mengangguk saja.
Dengan senang hati Mira mengambil gelas lau menuangkan air putih ke gelas tersebut kemudian ia memberikan gelas yang sudah terisi tersebut
pada Aslan.
Tanpa kata terima kasih Aslan meraih dan meminumnya, Mira sudah terbiasa sehingga tak kaget lagi karena begitulah majikan nya tersebut.
Saat mengamati secara diam-diam saat Aslan minum. Mira melihat ada
tanda merah di leher Aslan, ia yakin jika ruam merah tersebut bukanlah di gigit nyamuk.
“ Merah kenapa ya itu?” piker Mira mengerutkan keningnya.
“ Kenapa?” tanya Aslan melihat ekspresi Mira saat ia memberikan gelas yang sudah kosong.
“ Em, itu kenapa di leher Tuan merah?” tanya Mira memberanikan diri karena penasaran.
Aslan memegang lehernya, toh ia tidak sadar jika ada raum merah di lehernya.
“ Oh Ini, em mungkin Monica tadi yang melakukannya saat kami bercinta.” Jawab Aslan jujur, toh untuk apa juga ia berbohong.
Mendengar pernyataan Aslan, tentu saja membuat hatinya hancur bak berkeping-keping. Kini terjawab sudah mengapa dirinya merasakan
gelisah sejak tadi. Ingin marah, ingin sekali ia berteriak dan menampar lelaki di hadapan tersebut yang sama sekali tak memiliki perasaan. Tapi apa hak dirinya, atas dasar apa ia harus marah. Toh nyatanya mereka jauh lebih berhak melakukan
apapun bahkan berhubungan intim sekalipun.
“ A-aku ke kamar dulu,” ucap Mira menahan tangisnya,
Aslan acuh saja lelaki itu pun mengambilkan air minum pesanan Monca tadi dan pergi
begitu saja. Saat Mira hendak membuka pintu kamar dia menghentikan langkahnya lalu menoleh ke belakang di mana Aslan sudah menaiki tangga menuju kamarnya. Air matanya mengalir tanpa permisi, begitu sakit rasanya tapi tak berdarah.
Akan tetapi Mira segera menghapus air matanya itu, dia bukan lh siapa-siapa, jika dibandingkan dengan Monica justru wanita itu lah yang lebih terluka hatinya karena suaminya selama ini selalu bercinta dengan wanita lain. Mira merebahkan tubuhnya di tempat tidur, entah mengapa air matanya tak mu berhenti keluar dari kelopaknya, dia sudah lelah untuk menghapus sehingga rasa kantuk itu datang dan tanpa sadar Mira tertidur dengan jejak air mata masih membekas di pipi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Dewi Anggya
y resiko Mira.. .
2024-02-22
0
Diana Susanti
harga yang harus di bayar
2023-03-22
0