Monica terus melangkah menuju arah kamar Mira dengan perlahan, setelah sampai di depan kamar tersebut, tiba-tiba pintu itu di buka yang
tadinya Monica hendak menyentuh handel pintu tersebut. Seseorang wanita keluar dari kamar, sontak membuat Monica mengerutkan alisnya menatap wanita tersebut.
“ Kamu siapa?” tanya Monica dengan nada sinis.
Wanita tersebut adalah Mira, tentu saja ia sangat terkejut karena tak biasanya nyonya rumah tempat ia bekerja itu tiba-tiba muncul di
hadapannya bahkan tepat di depan kamarnya.
“ Ny-Nyonya … “ ucapnya gugup dengan nada gemetar, tubuh keringat dingin, jantung berdegup kencang seperti saat melihat hantu. Eh bukan hantu lagi ujar Mira dalam hatinya.
“ Saya tanya kamu siapa? Ngapain kamu di rumah saya?” Pertanyaan konyol tersebut sontak saja membuat Mira tercengang.
Jadi selama ini dirinya dianggap apa di rumah ini? Masa sama pembantu sendiri gak tau, sangat membangongkan pikir Mira lagi-lagi dalam hatinya.
“ S-saya Mira, Nyonya. Pembantu di rumah ini,” ucap Mira, pengen ketawa yo takut di pecat. Dasar orang kaya, kata Mira lagi dalam hati.
“ Kamu pembantu di rumah saya tapi enak-enak kan ya kamu tidur di jam kerja! Makan gaji buta kamu,” omel Monica setelah melihat jam di
tangannya menunjukan pukul 8 pagi.
“ Sa-saya …”
“ Apa! Jangan mentang-mentang saya orangnya sibuk jarang ada di rumah jadi kamu seenak nya ada kerja males-malesan ya. Mau saya pecat, HAH! “ Marah Monica, entah karena Mira yang tidak bekerja atau karena suaminya tadi hendak menuju kamar wanita tersebut.
“ B-bukan Nya … s-saya …”
“ Berani kamu mengelak saya?” bentak Monica memotong cepat ucapan Mira.
Mira hanya diam menundukkan kepalanya, mata sudah berkaca-kaca. Baru pertama kali ia di marahi oleh majikan setelah bekerja hampir satu tahun lamanya.
“ Maaf kan saya menyela, Nyonya.” Sela bi Sumi memberanikan diri, wanita paruh baya tersebut langsung menghampiri setelah mendengar keributan dari arah belakang. Dan Mira hanya menoleh sinis saja menatap Sumi.
“ Anu … maaf kalau saya lancang, Nya. ” Bi Sumi melirik sejenak Mira yang gemetar. “ Mira lagi gak enak badan, jadi sebab itulah mengapa ia tidak bekerja hari ini.” Bi Sumi sangat kasihan melihat rekan kerjanya di marahi oleh majikannya tersebut. Sebagai sesama pembantu tentu saja ia tahu bagai mana rasanya di marahi habis-habisan.
Monica mengangkat sebelah alisnya, “ Sakit?” gumamnya, lalu ia mengingat suaminya tadi yang hendak pergi menuju kamar Mira.
“ Gak mungkin kan?” gumamnya sambil menggelengkan kepala. Ia yakin jika pikirannya itu gak bener. Gak mungkin kan seorang CEO perusahan cukup besar dan terkenal mau berselingkuh dengan seorang pembantu, bahkan tidak cantik, jauh sekali jika di bandingkan kemana-mana dengan dirinya. Akan tetapi ia juga sangat penasaran sekali mengenai Aslan yang hendak pergi menuju arah kamar yang di tempati oleh Mira.
Mira memperhatikan prilaku majikannya. Kemudian ia menundukkan kembali kepalanya saat Monica menatapnya tajam. Wanita itu melangkah mendekat arah Mira. Lalu Monica mengangkat dagu Mira sehingga wanita itu menatap dan kedua mata mereka bertemu. Mira menatapnya gemetar sedangkan Monica menatapnya tajam penuh tanda tanya, sontak membuat Mira kembali menundukkan kepalanya walau agak kesulitan akibat dagunya yang masih di pegang oleh Monica.
“ Kamu punya hubungan apa sama suami saya?”
Kedua mata Mira langsung membulat lebar, terbelalak menatap Monica yang mengajukan pertanyaan yang sangat mematikan baginya. Jantungnya kembali berdetak kencang, nafasnya sesak seakan tercekik. Kakinya lemes sehingga ia mundur melangkah hendak merosot. Untung bi Sumi sigap.
“ Tidak, tidak mungkin nyonya mengetahuinya."
" Ada hubungan apa kamu dengan suami saya?" Begitu tegas Monica bertanya, walau sebenarnya ia sangat tidak yakin. Tapi entah mengapa kata-kata seperti itu keluar begitu saja dari mulutnya.
Suasana menjadi hening seketika, udara pagi yang seharusnya sejuk berubah menjadi panas. Detik bunyi jam terdengar begitu jelas, hingga keheningan itu di kejutkan dengan bunyi ponsel Monica yang ia bawa di tangannya.
Mira sedari tadi sudah mau mati berdiri merasa lega, tetapi tetap saja ia menjadi kepikiran. Jawaban apa yang ingin ia jawab. Tidak mungkin pula ia menjawab sejujurnya, lalu jika sudah ketahuan apa yang harus ia lakukan.
" Sudahlah, lagian mana mungkin suami saya punya hubungan sama pembantu seperti kamu!" ucap Monica, sambil melihat hp nya yang masih berdering.
" Mungkin cuma kebetulan aja Aslan jalan kesini, gak mungkin juga kan mau nyamperin kamu? Cuma pembantu ini," gerutunya masih kesal.
Benar … tidak mungkin suaminya itu memiliki hubungan dengan seorang pembantu, seandainya dengan seorang artis cantik atau sekretaris cantik mungkin saja bisa jadi, itu patut di curigai, pikir Monica menepis yang sangat mustahil menurutnya, di tambah lagi melihat penampilan Mira yang tak cantik-cantik amat, kampungan malah iya. Tak setara jika di bandingkan dengan dirinya.
Mendengar Aslan hendak jalan ke arah kamarnya, membuat hati Mira kembali berdetak. Ada perasaan senang dalam hatinya. Rasa takut akan ketahuan tadi hilang kini di penuhi rasa berbunga-bunga.
" Aslan khawatir sama aku? Apa itu artinya jika nyonya gak ada di rumah Aslan mau nyamperin aku?" batin nya senang. Ingin berteriak sangking senengnya sehingga senyum terukir di bibirnya membuat Monica mengerutkan dahinya.
" Kenapa kamu senyum-senyum? Cepet kerja, jangan sakit di jadikan sebagai alesan ya. Saya gaji kamu pake duit, enak aja mau nyantai-nyantai," omel Monica tak peduli jika pembantu rumah nya sedang sakit. Ia aja sangat bekerja keras, bahkan badan sakit saja ia tetap kerja demi karirnya semakin memuncak.
" Ba-baik, Nyonya," jawab Mira sopan sambil menundukkan kepalanya.
Monica acuh, ia pun pergi meninggalkan Mira dan bi Sumi yang masih diam. Tak ada waktu bagi Monica untuk mengurus hal yang tidak mungkin terjadi, di tambah lagi tak ada bukti jika suaminya memiliki hubungan dengan pembantu rumah itu. Monica pun mengambil tas dan konci mobilnya lalu pergi meninggalkan rumah menuju lokasi pemotretan yang sudah di tentukan.
Mira sungguh lega, setidaknya kali ini ia selamat. Tapi ia masih kepikiran, sebenarnya Monica itu tahu atau tidak mengenai hubungan gelapnya dengan Aslan.
" Apa cuma menebak aja?" Gumam Mira.
" Em, kamu ngomong apa Mira?"
Ternyata bi Sumi masih ada di sampingnya.
" Eh, nggak ngomong apa-apa Bi?" Sahutnya gelagapan kaget karena masih ada bi Sumi, untung gak ngomong macem-macem pikirnya.
" Sebenarnya ada apa sih? Kok nyonya sampai marah dan nuduh kamu punya hubungan dengan tuan?" Bi Sumi penasaran, tak seperti biasanya nyonya nya itu marah apalagi sampai menuduh. Ia sudah lama bekerja di rumah Aslan tersebut dan baru kali ini Monica sampai turun tangan sendiri untuk memarahi pembuatannya apalagi dengan alasan tak jelas menurutnya.
" Ng - nggak tau juga Bi?" Mira pura-pura tidak mengerti.
" Memangnya tadi tuan sempat mau ke kamar Mira ya Bi?" Ingin memastikan sekali lagi.
" Ia, tadi pas tuan hendak sarapan. Tuan nanyain kamu, ya terus Bibi bilang kalau kamu sedang sakit. Mungkin tuan khawatir pembantu nya sakit, makanya mau nyamperin kamu, mungkin mau tanya sakit apa, toh kita ini kan tanggung jawabnya tuan," ujar bi Sumi. Ia sebenarnya tidak mengerti dengan nyonya nya itu, toh gak ada salahnya jika majikan khawatir dengan pembantu yang lagi sakit, jika sakit parah bagaimana? Pikir bi Sumi.
" Nyonya terlalu berlebihan memarahi kamu apalagi sampai menuduh kamu punya hubungan dengan tuan. Sudahlah jangan di masukin hati, mungkin nyonya lagi dapet," ucapnya kemudian memberikan semangat.
" Iya Bi," jawab Mira mengangguk sambil tersenyum kecil.
" Kamu istirahat lagi aja, kerjaan kamu biar Bibi dan Indah yang handel. Persediaan obat masih ada kan?" Mira mengangguk.
" Jangan lupa di minum biar cepat sembuh, Bibi lanjut kerja lagi ya."
" Iya Bi, terima kasih banyak."
Bi Sumi mengangguk sambil menepuk lengan Mira lalu pergi melanjutkan pekerjaannya.
Mira kembali masuk, sebenarnya ia tidak sakit parah, hanya saja sedikit pusing akibat tidak tidur semalaman.
" Ternyata kamu masih peduli sama aku, Mas. Aku kecewa karena kamu bercinta dengan nyonya, tapi dalam hati aku sangat merindukanmu," ucapnya lirih.
Kepalanya kembali pusing. Ia pun berbaring, entah mengapa tubuhnya juga merasa lesu. Lalu tiba-tiba ia merasa mual, Mira pun berlari ke kamar mandi memuntahkan isi dalam perutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Dewi Anggya
hamidun....
2024-02-22
0