Senja Yang Membingungkan

Terlalu suntuk tetap di dalam rumah, aku mengambil ponsel dan menikmati hari senja di beranda belakang. Duduk di kursi goyang, membuka ponsel dan memutar lagu-lagu cinta dan menyandarkan punggungku.

Sama sekali tidak menyadari waktu yang berlalu, aku berayun maju-mundur sementara pikiranku berkelana, mataku terpejam membayangkan sosok pria tampan itu ada di sini. Aku tersenyum ketika bayangan itu terbentuk dalam pikiranku.

"Hei, Cantik, kamu sedang bermimpi apa?"

Aku kaget. Kelopak mataku terbuka mendengar suara asing seorang pria, dan lebih kaget lagi ketika melihat wajah tampan Oom Jaka ada di hadapanku. Dia berjongkok di samping kursi goyangku, sweater putihnya disampirkan di sebelah bahunya, dan mata kami beradu pandang.

"Pasti mimpi yang bagus, melihat caramu tersenyum," komentarnya. "Apa aku ada di dalam mimpimu?"

Aku menggeleng, merona. "Tentu saja tidak!"

"Tidak?" Ia menegakkan tubuh sedikit, lalu mencondongkan tubuhnya ke depan dan menempelkan bibirnya di bibirku.

Oh, *rangan pelan karena nikmat keluar dari tenggorokanku.

"Apa kamu yakin, kamu tidak sedang memimpikan aku?" Bibirnya kembali menyapu bibirku. "Mungkin aku sedang menciummu di sini...." Ia mencium titik sensitif di belakang telingaku. "Atau di sini...." Bibirnya menelusuri leherku, menimbulkan getaran nikmat, lalu kembali ke bibirku. Tangannya menangkup bagian belakang kepalaku dan menarikku mendekat, memperdalam ciumannya, lalu ia meraihku dalam dekapannya, menarikku dan mengajakku ke kursi panjang yang terbuat dari bambu, aku duduk di pangkuannya, melingkarkan lenganku di sekeliling tubuhnya, menyerah pada pelukannya, bersuka ria dalam belaian tangannya yang menuruni punggungku. Entah bagaimana, kami berbaring di kursi bambu itu, di beranda, dan ia menindihku, menempel di atasku, dan bibirnya terus mencumbuku.

Pria itu menciumku lagi, tubuhnya menempel dengan intim di atas tubuhku, dengan gairah yang bisa kurasakan menyala liar di dalam dirinya. Lalu tangannya bergerak menyingkap bagian bawah rokku, persis di saat itulah aku terpekik pelan.

Aku tersentak. Pria itu menyangga tubuhnya dengan siku, alisnya berkerut ketika ia menatapku dengan mata yang gelap dan lapar.

Aku bergerak di bawahnya, napasku terengah dan sedikit malu. "Aku...."

"Ada apa?" tanyanya.

Ini membingungkan, pikirku. Bagaimana bisa semua terjadi semudah ini? Dan kenapa dia datang lebih cepat dari biasanya?

"Hei? Kenapa?"

Aku menggeleng. "Tidak," kataku. "Hanya saja... ada yang menusukku."

Sebelah alis pria itu terangkat.

"Bukan Oom," kataku, pipiku memanas.

Sambil bangkit, ia mengulurkan tangannya dan menarikku berdiri.

Aku mengulurkan tangan ke belakang dan menarik serpihan bambu yang cukup besar menusuk punggungku. Ada darah di ujungnya.

"Ya ampun." Pria tampan di hadapanku itu mengerutkan kening ketika ia mengambil serpihan bambu itu dari tanganku. "Ayo, sebaiknya kita oleskan antiseptik di lukamu."

Sambil menggandeng tanganku, ia membimbingku masuk.

"Ada P3K?"

Aku mengangguk. "Ada. Di kamar."

"Ayo."

Hah? Aku terkejut, tapi... anehnya aku tidak menolak ketika ia menggandengku dan membawaku ke kamar, kami duduk di sofa. Ia membersihkan lukaku, lalu mengoleskan salep antiseptik dan menempelkan perban, kemudian mendaratkan bibirnya di punggungku.

"Lebih baik?" tanyanya.

"Ya, terima kasih."

"Syukurlah."

Ya ampun, hatiku berdebar ketika tatapan pria itu menelusuriku, panas dan lapar.

"Kamu cantik sekali," bisiknya, lalu ia menyapukan bibirnya di bibirku. "Kurasa aku jatuh cinta kepadamu."

Aku mengerjap-ngerjap. Tak percaya dengan apa yang baru saja kudengar. "Oom... bilang apa tadi?"

"Aku jatuh cinta kepadamu."

Ya Tuhan, bahagia sekali rasanya. "Oom serius, Oom jatuh cinta kepadaku?"

"Ya, aku jatuh cinta. Bagaimana mungkin tidak jatuh cinta, kamu sangat cantik. Ada sesuatu yang berbeda yang kurasakan saat aku menatap matamu."

Deg!

Aku ingin menjerit rasanya. Itu berarti perasaanku terbalas. "Aku juga jatuh cinta kepada Oom. Sejak lama. Emm... maksudku, sejak setahun yang lalu."

"O ya? Aku sangat senang mendengarnya. Itu berarti...."

Aku menelan ludah dengan susah payah. "Berarti?"

Tidak ada jawaban. Tidak ada kata-kata. Yang ada hanyalah ciuman. Aku tidak sanggup berbicara, tidak sanggup berpikir ketika ia mendekapku begitu erat, ketika ia menatapku seperti itu, begitu lekat, sangat intens, matanya dipenuhi api dan gairah.

"I love you," ucapnya serak, dan ia mendekatkan wajahnya kepadaku, mencium bibirku.

Aku bersandar padanya, tidak berdaya untuk melawan perasaan. Apakah dia sungguh menyukaiku? Apa dia benar-benar jatuh cinta kepadaku? Ataukah ia hanya sekadar bercanda? Tidak, pertanyanku lebih tepatnya apakah ini nyata, atau hanya sebuah mimpi yang indah? Sebuah ilusi? Atau hanya halusinasi?

Tapi aku menyadari aku berada dalam kenyataan, aku sedang tidak bermimpi, aku tidak tidur. Jantungku berdebar liar.

"Cinta."

Aku membalas tatapannya. Persis di saat itu pria tampan itu mendaratkan bibirnya kembali ke bibirku, lalu menyelinapkan lidahnya ke mulutku, menjelajahi, menggoda, membuatku gemetar. Tangan dan kakiku terasa lemas. Kemudian... tangannya menelusuri pinggangku, menarik keliman blouse-ku, menyelinapkan jemarinya ke dalam....

Aku terperangah, menatapnya, napasku tercekat. "Oom sedang apa?"

"Aku sedang mencari jalan," sahutnya sambil mendaratkan ciuman di ujung hidungku. "Aku tidak pernah pergi ke mana pun tanpa melihat rutenya." Tangannya bergerak perlahan di pahaku. "Aku harus tahu wilayahnya." Tangannya meluncur naik ke pinggulku. "Jalan mana yang harus diambil." Tangannya membelai dadaku dengan begitu lembut. "Di mana gunung yang indah, atau lembahnya yang dalam."

Gleg!

"Kita bisa melanjutkan apa yang kita lakukan tadi di sini, tempat yang lebih nyaman," bisiknya, lalu dia mengecup leherku.

Rasanya menggoda, amat sangat menggoda.

"Cantik?"

Tidak. Aku menggeleng. "Tidak. Maaf, aku... aku tidak bisa. Aku...."

Dia menyentuh pundakku, menepuk pelan. "Please, aku mohon?"

Dan aku bagaikan tidak sadar sepenuhnya, bagaimana pria itu menggendongku dan menurunkanku ke ranjang, membuatku terbaring di bawah tubuhnya yang besar. Ia menciumi wajahku, bibirku, lalu leherku, dan berhenti sejenak untuk melepaskan deretan kancing-kancing di bagian dadaku.

"Kamu sangat cantik," bisiknya, dengan perlahan ia melepaskan pakaianku, menciumi, lalu menelusurkan jemarinya di lekuk perutku. Aku nyaris telanjan* sepenuhnya ketika mendengar ketukan di luar pintu.

Itu suara temanku. Wenny.

Pada detik itu aku kebingungan menyadari situasi saat itu. Aku, di kamarku, nyaris telanjan* bersama pria tampan pujaanku.

"Abaikan saja," pintanya.

Aku menggeleng. "Tapi...."

Ia menoleh ke pintu kamar yang terbuka, lalu beringsut tegak dan segera menutup pintu kamarku. "Abaikan saja, oke?" Ia melepas kausnya secepat kilat. Kulit putihnya, dada bidangnya yang berotot, bahunya yang kekar, dan perut sixpack-nya yang seksi terpapar di hadapanku. Dia segera kembali ke ranjang dan membaringkanku kembali seraya merangkak ke atasku. "Aku tidak ingin kita kehilangan momen ini, kumohon?"

"Ouch!"

Ya Tuhan, pria tampan pujaan hatiku itu menyurukkan wajahnya ke tengkuk leherku dan membenamkan giginya dalam-dalam. Mengisapku.

Seluruh tubuhku menegang. Ini nikmat sekali.

Tetapi....

Wenny menggedor-gedor pintu kamarku. Suaranya melengking memanggil namaku.

"Hari yang sial," pria itu menggerutu, lalu ia menyuruhku membuka pintu, menemui Wenny dan mengajak gadis itu pergi ke ruang depan. "Segera kembali ke kamar setelah gadis itu pergi, oke?"

Aku mengangguk.

Tetapi hari itu Wenny tidak datang untuk sekadar bertamu. Ia datang untuk menginap sebab di rumahnya tidak ada siapa pun. Kedua orang tuanya sedang pergi, jadi ia takut sendirian di rumahnya dan ingin menginap di rumahku.

Mau bagaimana lagi? Aku tidak mungkin menolaknya. Malam itu Wenny menginap di rumahku.

Sial atau bukan?

Terpopuler

Comments

Halimah Hhh

Halimah Hhh

horor bukan sii ini??kok ngeriii ngeriiii sedaap y.....

2023-05-31

1

Rifa Endro

Rifa Endro

oom Jaka Vampir ya ? Eh ? 🙊

2023-05-30

1

Deliana

Deliana

kok secepat itu y,,, apa jgn2 wulan hany sbgai tumbalny jaka aj...

2023-03-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!