Bersikap Layaknya Seorang Pria

Kinara tetap bertahan pada posisinya. Kantin sebagai tempat pelarian sampai mata kuliah Anggara berakhir. Bukan hanya dua mangkok bakso pedas, makanan lain pun ia lahap sampai memenuhi isi perut.

Di kejauhan, penjaga kantin hanya menghela nafas. Paruh baya yang sudah mengenal Kinara itu berfikir, jika tak seperti biasanya sang gadis menghabiskan makanan di tempatnya sebegitu banyak. Didera rasa penasaran, perempuan itu pun mendekat dan ingin menyapa.

"Neng," sapa pemilik kantin.

Kinara yang sedang mengunyah kerupuk kulit, sontak menggeser pandang. Mengernyit selepas menyadari jika pemilik kantin sudah berdiri di sampingnya.

"Ya, ada apa Bi?." Kinara menjawab. Ia memang sudah terbiasa memangil paruh baya itu dengan sebutan 'Bibi'.

"Bolos?." Penjaga kantin kembali bertanya. Lebih tepatnya menebak.

Kinara meringis dan beberapa detik kemudian menganggukkan kepala.

"Tumben?." Paruh baya itu mengernyit. Berfikir jika sepertinya ini untuk pertama kalinya Kinara mangkir dari jam kuliahnya.

"Malas, sekali-sekali kan boleh." Kinara tergelak sementara penjaga kantin geleng kepala.

"Jika sekali-sekali, nanti lama-lama bisa keterusan." Paruh baya itu tak mau kalah. Mungkin ia sekadar mengingatkan, sebab selain Kinara mahasiswi berprestasi, gadis itu juga kekasih dari salah satu Dosen di Universitas. Bukankah itu seperti sebuah skandal jika ada orang lain yang memergoki?.

"Santai saja, Bibi." Kinara menjawab dengan nada santai. Berbanding terbalik dengan hatinya yang memanas.

Paruh baya itu pun pergi selepas menepuk pelan bahu sang gadis. Ia tau jika Kinara anak baik jadi tidak mungkin jika gadis itu akan berbuat macam-macam. Setidaknya dia juga sudah mengingatkan.

Kinara memeriksa waktu. Sepertinya ia sudah harus kembali. Selain mata kuliah Rangga sudah berakhir, ia pun tak mungkin duduk di kursi kantin untuk lebih lama lagi.

Perutmu bisa meledak, Nara.

Selepas membayar semua yang sudah gadis itu lahap. Kinara lekas keluar dari kantin. Bukan untuk ke kelas tapi mencari udara segar di taman Universitas.

"Nara, kita perlu bicara."

Apes. Niat hati ingin menghindar, Kinara justru bertemu dengan Anggara bahkan sebelum sampai ke taman.

"Bicara saja," jawab Kinara sekenanya tanpa menatap sang lawan bicara.

"Jangan di sini. Kita bicara di tempat lain." Nada bicara Anggara seperti memohon. Tetap lembut seperti biasa namun sukses membuat Kinara muak.

"Baiklah." Sang gadis akhirnya mengalah. Benar masalah ini harusnya cepat diselesaikan. Jika harus bubar, setidaknya harus ada kejelasan.

💗💗💗💗💗

Hening. Kedua insan yang duduk berhadapan itu masih saling diam. Jika Kinara enggan untuk membuka pembicaraan, berbeda dengan Anggara yang kesulitan merangkai kalimat dan hendak memulainya dari mana.

"Kenapa diam, kau bilang ingin bicara?." Suara Kinara keluar jua. Ia tak tahan. Jika bukan dia yang memulai, mungkin beberapa jam kedepan keduannya masih sama-sama bungkam.

Sang pria terlihat menghela nafas dalam.

"Nara, aku minta maaf." Suara Anggara tercekat di tenggorokan. Ia seperti kesusahan untuk sekadar berbicara.

"Meminta maaf, tentang?." Kinara seperti tertantang. Ia ingin mendengar sang tunangan menyadari kesalahan yang ia buat dan meminta maaf.

"Maaf, Kinara. Feronica hamil, jadi dengan berat hati kita harus mengakhiri hubungan ini." Selepas berucap, pria itu tertunduk. Sementara Kinara, tubuh gadis itu seketika lunglai, seluruh tulang dalam tubuhnya seakan dipatahkan secara serempak. Sakit, teramat sakit. Sepasang matanya mulai berkaca, namun sebisa mungkin ia cegas untuk tak menjadi air mata. Tidak, ia tak boleh menangis. Menangis untuk pria yang tak perlu ditangisi.

Entah mendapat kekuatan dari mana, hingga satu tangan gadis itu terangak, mengayun hingga mendarat di pipi kiri Anggara. Tidak cukup satu kali, Kinara bahkan menampar Anggara sampai tiga kali, Akan tetapi pria tersebut hanya diam. Tak mengelak apalagi membalas.

"Dua setengah tau kita mengenal, dua tahun kita menjalin kasih sampai bertunangan, tidak adakah rasa belas kasihmu atau sekadar mengigatku saat kau sedang memadu cinta dengan perempuan itu?." Kinara seperti sedang mengingatkan perjalan panjang hubungan mereka sampai sudah menjejaki tahap pertunangan. Sang pria terlihat menghela nafas. Tidak mungkin dia tidak mengingat sedangkan sampai detik ini pun mereka masih sepasang kekasih.

"Maaf." Hanya satu kata yang terus keluar dari bibir Anggara.

"Maaf, maaf, seribu kata maaf yang kau ucap pun tidak akan merubah kenyataan jika kau sudah berkhianat, pak Dosen!." Kini, di depan Kinara. Harga diri seorang Anggara sebagai Dosen, seperti tiada artinya. Sang pria mengaku salah dan ia pun pasrah jika di perlakukan demikian. Kinara sempat melirik ke arah jari manis sang pria. Ah, rupanya cincin pertunangan mereka masih pria itu pakai. Sedangkan miliknya, sudah ia buang entah kemana.

"Baik, aku sadar dan aku menerima jika hubungan kita berakhir sampai di sini. Akan tetapi, sebagai seorang pria yang terhormat dan bertanggung jawab, aku ingin bila kau menyerahkan diriku pada Kakakku kembali. Sama seperti saat kau meminta izin padanya untuk melamarku." Kinara menjeda sejenak ucapan. Ia menatap pada Anggara yang terlihat cemas. Ah, mungkinkah ia takut?. Cemen. "Seperti apa pun reaksinya, aku berharap jika kau mau bersikap selayaknya seorang pria," sambung Kinara.

Anggara mengangguk patah-patah. Diantara menyanggupi namun juga ragu.

"Aku rasa pembicaraan kita sudah selesai, begitu pun dengan hubungan kita." Tak ingin berlama-lama. Kinara lekas bangkit dari duduknya.

Ia sudah melangkah, namun terhenti ketika memgingat sesuatu. Ia berbalik badan dan mendapati Anggara masih bertahan diposisinya. Duduk diam dengan kepala menunduk dalam.

"Pak Dosen," panggil Kinara, yang mana membuat Anggara mengangkat wajah. "Jangan lupa untuk membuang cincin yang kau pakai, sebelum Feronica cemburu. Aku yakin, kau pun selalu melepas cincin itu saat sedang bersama Feronica." Tersenyum miring, Kinara kembali berbalik badan dan berlalu pergi. Meninggalkan Anggara yang semakin terpaku di tempat.

Tbc.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!