Sesosok gadis betubuh ramping berjalan anggun menyusuri lobi sebuah apartemen dengan memegang sebuah kotak berukuran sedang ditangannya. Seulas seyum di bibir gadis bernama Kinara itu tak pudar bahkan semakin merekah saat lantai yang ia tuju semakin dekat.
Bagi Kinara, saat ini adalah malam istimewa. Di mana tepat dua tahun lalu, seorang pria bernama Anggara berlutut di hadapan dengan menyerahkan setangkai bunga mawar padanya. Pria itu menyatakan cinta, meminta padanya untuk dijadikan kekasih dan tambatan hati.
Kinara kembali mengulum senyum. Ah, meski langkah kakinya sudah dipercepat tetapi kenapa tetap terasa lambat. Ia sudah tak sabar untuk memberi sebuah kejutan yang pastinya akan membuat sang kekasih semakin mencintainya.
Gadis berambut panjang itu memang sengaja menutupi kedatangannya pada sang kekasih. Peristiwa dua tahun silam, masih berbekas jelas di benaknya. Rasa bahagia semakin membuncah. Kinara kembali menata pada sebuah kotak yang dibawa. Sebuah kotak berwarna putih yang berisi kue tart di dalamnya.
Rupanya Kinara ingin mempersiapkan sebuah kejutan kecil, memesan kue dan menikmatinya dengan Anggara sebagai bentuk perayaan.
Begitu sudah berada dalam Lift, Kinara semakin berdebar-debar. Ia semakin tak sabar sekaliyang ia naiki pun terasa amat lambat bergerak. Begitu pintu terbuka, ia bergegas mempercepat langkah menuju pintu apartemen di mana sang kekasih selama ini ting
Kinara merogoh sesuatu di dalam tas jinjingnya. Meraih satu benda yang selama ini digunakan untuk mempermudah akses keluar masuk apartemen Anggara, mengingat hubungan keduanya yang sudah berencana untuk menikah.
Pintu terbuka pelan. Sepelan mungkin gadis itu bergerak hingga tak menimbulkan suara sedikit pun, hingga kejutan yang sudah ia rencanakan jauh-jauh hari, sukses besar dan menjadi sebuah kenangan yang tak akan pernah terlupakan.
Kinara mendaratkan kotak berisi kue tart tersebut ke atas meja. Membukanya perlahan kemudian memasang satu buah lilin bertuliskan angka dua, lantas menyalakannya benda berbentuk tersebut dengan korek api.
Gadis itu tersenyum simpul. Membawa kue tersebut dan mengedarkan pandangan kearah sekitar untuk mencari keberadaan sang kekasih. Sementara ini sosok sang pria yang ia cari masih belum terlihat. Kinara kembali mengayunkan langkah, menyusuri setiap ruangan di dalam apartemen sang kekasih.
Masih sunyi, Kinara mengernyit. Apa mungkin Anggara tidur dijam seperti ini?. Atau pria itu sedang memasak?. Tapi kenapa tak tercium aroma masakan apa pun yang menguar?. Tadinya Kinara berharap jika sang kekasih mengingat momen penting ini, kemudian merayakannya bersama-sama meski hanya sekadar tiup lilin. Meski timbul setitik kecewa, namun Kinara Sadar jika pekerjaan sang kekasih yang merupakan seorang Dosen, memang kerap menyita banyak waktu serta fikirannya hanya untuk mengingat hal remeh temeh semacam ini. Akan tetapi gadis itu pun yakin, jika Anggara adalah sosok pria setia dan bertanggung jawab. Selalu membuatnya nyaman dan selalu merasa diistimewakan.
Sepasang kaki jenjang itu mulai bergerak menuju kamar. Sebuah ruangan yang menjadi tempat sang kekasih menghabiskan waktunya jika berada di apartemen. Kinara berjalan sepelan mungkin, bahkan sengaja melepas alas kaki agar tak menimbulkan suara.
Dari jarak beberapa meter, Kinara menatap pintu kamar Marvel yang sedikit terbuka. Bibir tipisnya kembali mengulas senyum, terlebih saat gadis itu mendengar adanya suara yang keluar dari dalam ruangan tersebut meski pelan.
Gadis dengan rambut hitam yang ia biarkan tergetai itu menautkan sepasang alis ketika sesuatu tak biasa yang justru menyapa indra pendengarnya. Kinara terdiam, ia memasang tajam indra pendengar ketika bukan hanya suara pria yang ia dengar dari arah kamar tapi juga suara..
"Wanita?."
Dada gadis itu bergemuruh hebat. Bukan pembicaraan yang ia dengar dari kejauhan, melainkah suara rintihan dan ******* yang saling bersahutan. Kinara tak percaya begitu saja. Mana mungkin, bukankah selama ini Anggara tinggal seorang diri?.
Kinara mendekat, mendorong pelan pintu kamar yang memang dalam kondisi sedikit terbuka. Dan..
Gadis itu terkesiap. Sepasang netranya memanas dengan bibir mengganga tatkala melihat sebuah objek yang ditangkap oleh indra penglihatannya. Sepasang insan tengah berpacu kenikmatan di atas sebuah ranjang tanpa sehelai benang. Sepasang mata bening berembun, mengetahui jika seorang pria yang tengah menindih tubuh seorang gadis adalah Anggara, sang kekasih. Peluh yang mulai membanjir ditubuh Anggara, seirama dengan luruhan bulir bening yang mulai membasahi kedua pipi Kinara.
"Kak Anggara?." Bibir tipis Kinara bergetar kala menyebut nama sang kekasih. Hendak bergerak namun tubuhnya justru membeku ditempat.
Sepasang insan yang sedang mereguk indahnya madu cinta itu terkesiap. Hentakan Anggara dalam tubuh sang gadis spontan terhenti, begitu menyadari jika ada seseorang yang tiba-tiba hadir diantara aktifitas panas mereka.
"Kinara," lirih Anggara. Pria itu lekas melepaskan penyatuan tubuh dari seorang gadis di bawahnya. Anggara bangkit dan menyambar pakaian yang berserakan di lantai dan memakainya asal.
"Apa maksud semua ini, kak?" Gadis berkulit putih bersih itu menatap nanar sang kekasih. Pandangan keduanya bertemu, namun Anggara lekas membuang wajah, ia tak sanggup melihat wajah sendu Kinara.
"Nara sayang, a-aku bisa jelaskan. Semua tidak seperti apa ya---"
"Anggara, sudahlah. Apalagi lagi yang ingin kau tutupi," potong seorang gadis yang masih berbaring di atas ranjang dengan selimut yang menutupi tubuh polosnya. Gadis itu tersenyum jumawa, menatap pada tubuh Kinara yang menyedihkan dengan pandangan mengejek.
Kini Kinara beralih menata pada sosok gadis yang beberapa detik lalu berada dalam kendali Anggara. Sepasang netra bening milik sang gadis menyipit, mendapati jika pasangan sang kekasih dalam berpacu kenikmatan adalan temannya sendiri.
"Feronica?."
"Kenapa, kau terkejut?" Gadis bernama Feronica itu seperti tengah mencibir pada Kinara. Senyum jumawanya kentara jelas, dan tak ayal membuat Kinara semakin muak.
"Sayang, aku bisa jelaskan semua." Anggara yang kelimpungan coba mendekat dan menyentuh tubuh Kinara, akan tetapi kedua tangan sang kekasih lebih dulu terangkat dan menepisnya.
"Berhenti, menjauh dan jangan sentuh aku," tolak Kinara tegas.
"Sudahlah Ang, Bukankah kau selalu bilang jika lebih puas saat bersamaku. Jadi apa gunanya kau mempertahankan hubungan dengan gadis sok suci seperti dia." Feronica kembali memperpanas suasana. Terlebih saat dengan sengaja ia menyibak selimut yang menutupi tubuh bagian atasnya, di mana begitu banyak bekas kemerahan yang tercetak jelas hampir memenuhi area dadanya.
Menjijikkan. Jadi hanya karna alasan itu kau mengkhianati hubungan kita?.
Suasana kian memanas sementara Anggara menjambak rambutnya secara kasar. Pria itu terlihat frustrasi.
"Feronica, diamlah," hardik Anggara pada Sang selingkuhan yang semakin memperkeruh suasana. Pandangan Marvel beralih pada Sasmita. "Sayang, aku ---"
"Aku apa!" Kinara tersenyum getir, bulir bening perlahan luruh dari kedua sudut mata. "Ini yang membuatmu melupakan Aniversary kita, ini yang membuatmu tak menjawab telfon dan pesanku beberapa hari ini, dan dia juga yang membuatmu melupakan semua kebersamaan kita?."
Anggara terdiam. Tubuhnya yang hanya terbungkus boxer, membuat penampilannya semakin kacau.
"Kenapa diam, ayo jawab!."
Anggara gelagapan. Sementara Feronica justru tersenyum penuh kemenangan. Berbaring santai dengan memainkan ponsel di tangan tanpa sedikit pun rasa bersalah.
"Kau bahkan tak mampu menjawab pertanyaanku." Kinara seperti tertampar kenyataan yang ada. Cukup, tidak ada gunanya lagi menangis. Gadis itu bangkit, mengumpulkan segenap kekuatan untuk bisa keluar dari tempat menyedihkan yang sudah membuka tabir tabiat sang kekasih yang sudah bermain hati dengan gadis lain. "Hubungan kita cukup sampai di sini," sambung Kinara tanpa ragu.
Terlihat jika Anggara terkesiap dan beberapa kali menghela nafas dalam. Pria itu masih tak menanggapi ucapan Kinara. Ia masih terpekur dengan berbagai fikiran yang berkecamuk memenuhi benak.
"Terimakasih atas luka yang kau beri. Permisi."
Anggara yang masih terdiam semakin gelagapan saat Kinara pergi dari hadapan. Gadis itu pergi, membawa luka yang sengaja ia ciptakan tanpa rasabelas kasih.
*Maafkan aku, Kinara.
Tbc*.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments