Rangga mengalihkan pandangannya ke arah pintu yang sudah tertutup. Entah kenapa perkataan Zilan barusan mengusir pikirannya .
" Anak baru?"
Tiba-tiba saja ia teringat dengan seseorang yang ia lihat sepulang sekolah tadi . Gadis yang secara tidak sengaja terlihat olehnya tengah memperhatikannya . Dia tidak pernah melihat gadis itu berkeliaran di sekolah tapi Rangga merasa pernah mengenal gadis itu . wajahnya mengingatkannya pada ...
" Boleh ku tahu siapa namamu?"
apa dia ?
_____
Harinya memang berubah, tapi Sena tetaplah Sena . Tidak banyak yang ia perbuat dalam lingkungan barunya . Semua berjalan normal dan Sena menikmatinya ia menikmati suasana kelasnya yang sangat bersahabat .
Ia menikmati setiap kegiatan di sekolah dan kini ia lebih menikmati harinya. Ia merasa lebih bebas , ia menikmati setiap udara yang ia hirup dengan lebih tenang . Langkah yang diambil juga terasa lebih ringan . Ini awal yang baik , saya harap dia bisa menikmati suasana ini lebih lama lagi .
Rangga Prasetya, nama itu masih terus mengusirnya . Bahkan selama 2 bulan terakhir ini Sena kembali menjadi penggemar rahasianya . Ia selalu memperhatikan Rangga Prasetya dari kejauhan .
Seperti memperhatikan Rangga yang sedang berlatih vokal menguntitnya secara diam-diam saat dia bermain bola bersama teman-temannya.
Sena tahu satu hal tentang Rangga , pria itu sangat pendiam bahkan terkesan dingin. Raut wajahnya yang selalu datar bahkan saat teman- temannya melontarkan lelucon Rangga hanya akan mengangkat salah satu ujung bibirnya.
Rangga juga tidak pernah dekat dengan perempuan manapun . Padahal yang Sena tahu, begitu banyak gadis di sekolahnya yang menyukai Rangga.
Mereka bahkan sampai menyatakan perasaan mereka secara terang-terangan . Untuk saat ini terus terdiam dan bersembunyi lagi-lagi dijadikan sebagai pilihan .
Sena tidak mau berharap banyak, baginya melihat Rangga setiap hari saja sudah sangat beruntung.
" Hai gadis susu !"
Sena sedikit terkesiap saat sebuah suara mengusik pendengarannya. Iya hapal dengan panggilan itu, itu adalah julukan untuknya karena tidak pernah bisa lepas dari kotak susu .
" Iya ada apa ?" tanya Sena.
" Kamu suka sekali melamun." cibir Zilan
" Siapa yang melamun ? Aku ? Aku tidak melamun" elak Sena .
" Ya ya terserah kamu saja , kamu dipanggil sama Bu Melinda Di kantor".
Sambil bangkit dari duduknya, Sena sedikit mencibir ke arah Zilan . Gadis tomboy itu sering membuatnya kesal . Zilan selalu bisa membuatnya tidak berkutik dengan kata-kata kejamnya .
Sena memang sedikit lamban , ia sudah terbiasa dengan tingkah Zilan yang cuek dan juga tidak jarang Zilan mengatakannya dengan kata ' bodoh' 'lamban ' tapi justru karena itu hubungannya dengan Zilan semakin dekat.
Sena pun beranjak pergi untuk menemui gurunya di kantor.
" Ibu memanggil saya ?" tanya Sena saat berhadapan dengan Bu Melinda.
"Iya , apa ini ? Aku ini guru matematika bukan fisika " jawab Bu Melinda sambil menyerahkan sebuah buku pada Sena .
Sena mengambil buku itu, lalu ia sangat terkejut saat mendapati buku itu .
" Maaf Bu aku salah mengumpulkan buku " sesalnya .
" Baiklah , cepat tukar bukunya "
" Baik bu , kalau begitu saya permisi " pamit Sena yang hendak terlalu pergi.
" Sena tunggu!"
Sena kembali menoleh dan menghampiri Bu Melinda .
" Iya Bu ada apa?"
" Tolong panggilkan Rangga Prasetya di kelas 2 C!"
Sena terdiam. Hanya itu reaksi yang saya berikan . Ia terlalu terkejut dengan apa yang didengarnya barusan Rangga Prasetya ? Apa ? Yang benar saja ?
" Hei , kamu kenapa diam ? Ayo cepat !"
"I-iya bu.."
____
" Rangga , ada yang mencarimu ."
Rangga yang sedang membaca buku itu hanya melirik sekilas melalui ekor matanya.
" Siapa ?" Responnya datar .
" Aku tidak tahu namanya "
Pria itu menutup bukunya dan bangkit menuju luar kelas untuk menemui seseorang yang katanya sedang mencarinya itu . Dia sedikit mengerti saat melihat seorang gadis berdiri membelakanginya .
" Apa kamu yang mencariku ?"
Di tempatnya Sena membatu , dia hapal suara itu. Dia tidak pernah lupa dengan suara khas dari seorang Rangga Prasetya . Saat Sena berbalik dia benar-benar tidak bisa berkutik . Dia melihat Rangga Prasetya sedekat ini, hal itu membuatnya sangat gugup setengah Mati. Apalagi melihat tatapan datar pria itu membuatnya semakin menciut. Demi Tuhan, ayolah Sena kendalikan dirimu .
" Kalau boleh tahu ada apa ya?"
Sena tersadar dan sedikit terlonjak, ia mengerjakan matanya .
" Kamu dipanggil sama ibu Melinda di ruangannya " ucapnya terbata . Tapi setelah mengatakan itu Sena justru tidak bergerak dari tempatnya . Kakinya terasa kaku . Dia masih menetap Rangga dalam diam.
" Apa ada lagi?" tanya pria itu .
Suara Rangga yang kembali terdengar membuat Sena tersentak .
"Eoh? Ehhmm... Tidak ada " ia buru-buru berbalik dan melangkah dengan cepat .
Rangga yang masih berdiri diam sedikit terheran dengan gadis itu . Kenapa sikapnya sangat aneh. Ini bukan pertama kalinya ia mendapati Gadis itu bersikap aneh seperti ini .
Sebenarnya , Rangga sudah lama mengetahui jika gadis itu sering memperhatikannya dari kejauhan .
Rangga sering melihatnya di ruang vokal saat dia berlatih di ruang itu dan situ pernah membuat gaduh ruang vokal gara-gara secara tidak sengaja menjatuhkan ratusan tumpukan kertas yang berisi aransemen lagu dan ia berusaha untuk bersembunyi dari Rangga .
Rangga juga pernah melihatnya ada di lapangan, menontonnya bermain sepak bola . dan waktu itu Gadis itu juga pernah menumpahkan minumannya karena terlalu gembira melihat Rangga yang mencetak gol . Rangga yang melihat itu diam-diam pun tersenyum kecil . gadis ceroboh itu , apa yang sedang dipikirkannya ?
Rangga hendak melangkah , tapi sesuatu terjatuh di lantai yang membuatnya penasaran . ia mengambil benda itu dan sepertinya ia tahu harus membawa benda itu ke mana.
____
"Hei, kenapa kamu tidak pernah mau ikut pelajaran olahraga ?" tanya Zilan pada Sena siang itu.
" Karena aku tidak mau terluka"
Zilan memutar kedua bola matanya malas,
" Alasan macam apa itu? Kamu terlalu berlebihan" bibirnya.
" Jika aku terluka , aku akan berdarah dan Aku sangat benci dengan darah " ucap Sena dengan polos sambil menyeruput sekotak susu coklatnya .
" Apa kamu takut darah ?"
"Hmm..."gumam Sena dengan anggukan kepala .
"Aku tidak boleh terluka sedikitpun, karena aku bisa mati ." ekspresi wajahnya begitu polos saat mengatakan itu .
"Isshh, Kamu ini bicara apa? Ayo kita ke lapangan" ajak Zilan sambil menyeret lengan Sena.
Sena terlonjak kaget , dia berusaha melepaskan cengkraman Zilan . Sena benar-benar tidak ingin ikut pelajaran ini , Sena terlalu takut ...
___
Zilan berhasil membawa denah lapangan , ternyata semua murid sudah berkumpul. Zilan menarik Sena ke tengah lapangan untuk bergabung dengan yang lain .
Mereka melakukan pemanasan keliling lapangan , dalam ketepiannya Sena menjadi gelisah. Ia khawatir Sesuatu akan terjadi padanya , ia tidak boleh lelah .
benar saja , saat Sena sudah lelah dia mulai lengah . tubuhnya lemas hingga akhirnya ia pun terjatuh . Akibatnya lutut gadis itu terluka . Ia sangat panik, dan Hal pertama yang ia lakukan adalah menangis dan tentunya hal itu pun menjadi pusat perhatian .
" Kamu tidak apa-apa?" tanya Zilan .
" Hei, jangan menangis , Ini hanya luka kecil "
"Bukankah aku sudah bilang aku takut berdarah"jawab Sena sambil sedikit terisak.
Zilan seperti ingin mengatakan sesuatu lagi sebelum suara lain memotongnya.
" Ini milikmu kan ?!"
ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments