part 3

Rangga mengalihkan pandangannya ke arah pintu yang sudah tertutup. Entah kenapa perkataan Zilan barusan mengusir pikirannya .

" Anak baru?"

Tiba-tiba saja ia teringat dengan seseorang yang ia lihat sepulang sekolah tadi . Gadis yang secara tidak sengaja terlihat olehnya tengah memperhatikannya . Dia tidak pernah melihat gadis itu berkeliaran di sekolah tapi Rangga merasa pernah mengenal gadis itu . wajahnya mengingatkannya pada ...

" Boleh ku tahu siapa namamu?"

apa dia ?

_____

Harinya memang berubah, tapi Sena tetaplah Sena . Tidak banyak yang ia perbuat dalam lingkungan barunya . Semua berjalan normal dan Sena menikmatinya ia menikmati suasana kelasnya yang sangat bersahabat .

Ia menikmati setiap kegiatan di sekolah dan kini ia lebih menikmati harinya. Ia merasa lebih bebas , ia menikmati setiap udara yang ia hirup dengan lebih tenang . Langkah yang diambil juga terasa lebih ringan . Ini awal yang baik , saya harap dia bisa menikmati suasana ini lebih lama lagi .

Rangga Prasetya, nama itu masih terus mengusirnya . Bahkan selama 2 bulan terakhir ini Sena kembali menjadi penggemar rahasianya . Ia selalu memperhatikan Rangga Prasetya dari kejauhan .

Seperti memperhatikan Rangga yang sedang berlatih vokal menguntitnya secara diam-diam saat dia bermain bola bersama teman-temannya.

Sena tahu satu hal tentang Rangga , pria itu sangat pendiam bahkan terkesan dingin. Raut wajahnya yang selalu datar bahkan saat teman- temannya melontarkan lelucon Rangga hanya akan mengangkat salah satu ujung bibirnya.

Rangga juga tidak pernah dekat dengan perempuan manapun . Padahal yang Sena tahu, begitu banyak gadis di sekolahnya yang menyukai Rangga.

Mereka bahkan sampai menyatakan perasaan mereka secara terang-terangan . Untuk saat ini terus terdiam dan bersembunyi lagi-lagi dijadikan sebagai pilihan .

Sena tidak mau berharap banyak, baginya melihat Rangga setiap hari saja sudah sangat beruntung.

" Hai gadis susu !"

Sena sedikit terkesiap saat sebuah suara mengusik pendengarannya. Iya hapal dengan panggilan itu, itu adalah julukan untuknya karena tidak pernah bisa lepas dari kotak susu .

" Iya ada apa ?" tanya Sena.

" Kamu suka sekali melamun." cibir Zilan

" Siapa yang melamun ? Aku ? Aku tidak melamun" elak Sena .

" Ya ya terserah kamu saja , kamu dipanggil sama Bu Melinda Di kantor".

Sambil bangkit dari duduknya, Sena sedikit mencibir ke arah Zilan . Gadis tomboy itu sering membuatnya kesal . Zilan selalu bisa membuatnya tidak berkutik dengan kata-kata kejamnya .

Sena memang sedikit lamban , ia sudah terbiasa dengan tingkah Zilan yang cuek dan juga tidak jarang Zilan mengatakannya dengan kata ' bodoh' 'lamban ' tapi justru karena itu hubungannya dengan Zilan semakin dekat.

Sena pun beranjak pergi untuk menemui gurunya di kantor.

" Ibu memanggil saya ?" tanya Sena saat berhadapan dengan Bu Melinda.

"Iya , apa ini ? Aku ini guru matematika bukan fisika " jawab Bu Melinda sambil menyerahkan sebuah buku pada Sena .

Sena mengambil buku itu, lalu ia sangat terkejut saat mendapati buku itu .

" Maaf Bu aku salah mengumpulkan buku " sesalnya .

" Baiklah , cepat tukar bukunya "

" Baik bu , kalau begitu saya permisi " pamit Sena yang hendak terlalu pergi.

" Sena tunggu!"

Sena kembali menoleh dan menghampiri Bu Melinda .

" Iya Bu ada apa?"

" Tolong panggilkan Rangga Prasetya di kelas 2 C!"

Sena terdiam. Hanya itu reaksi yang saya berikan . Ia terlalu terkejut dengan apa yang didengarnya barusan Rangga Prasetya ? Apa ? Yang benar saja ?

" Hei , kamu kenapa diam ? Ayo cepat !"

"I-iya bu.."

____

" Rangga , ada yang mencarimu ."

Rangga yang sedang membaca buku itu hanya melirik sekilas melalui ekor matanya.

" Siapa ?" Responnya datar .

" Aku tidak tahu namanya "

Pria itu menutup bukunya dan bangkit menuju luar kelas untuk menemui seseorang yang katanya sedang mencarinya itu . Dia sedikit mengerti saat melihat seorang gadis berdiri membelakanginya .

" Apa kamu yang mencariku ?"

Di tempatnya Sena membatu , dia hapal suara itu. Dia tidak pernah lupa dengan suara khas dari seorang Rangga Prasetya . Saat Sena berbalik dia benar-benar tidak bisa berkutik . Dia melihat Rangga Prasetya sedekat ini, hal itu membuatnya sangat gugup setengah Mati. Apalagi melihat tatapan datar pria itu membuatnya semakin menciut. Demi Tuhan, ayolah Sena kendalikan dirimu .

" Kalau boleh tahu ada apa ya?"

Sena tersadar dan sedikit terlonjak, ia mengerjakan matanya .

" Kamu dipanggil sama ibu Melinda di ruangannya " ucapnya terbata . Tapi setelah mengatakan itu Sena justru tidak bergerak dari tempatnya . Kakinya terasa kaku . Dia masih menetap Rangga dalam diam.

" Apa ada lagi?" tanya pria itu .

Suara Rangga yang kembali terdengar membuat Sena tersentak .

"Eoh? Ehhmm... Tidak ada " ia buru-buru berbalik dan melangkah dengan cepat .

Rangga yang masih berdiri diam sedikit terheran dengan gadis itu . Kenapa sikapnya sangat aneh. Ini bukan pertama kalinya ia mendapati Gadis itu bersikap aneh seperti ini .

Sebenarnya , Rangga sudah lama mengetahui jika gadis itu sering memperhatikannya dari kejauhan .

Rangga sering melihatnya di ruang vokal saat dia berlatih di ruang itu dan situ pernah membuat gaduh ruang vokal gara-gara secara tidak sengaja menjatuhkan ratusan tumpukan kertas yang berisi aransemen lagu dan ia berusaha untuk bersembunyi dari Rangga .

Rangga juga pernah melihatnya ada di lapangan, menontonnya bermain sepak bola . dan waktu itu Gadis itu juga pernah menumpahkan minumannya karena terlalu gembira melihat Rangga yang mencetak gol . Rangga yang melihat itu diam-diam pun tersenyum kecil . gadis ceroboh itu , apa yang sedang dipikirkannya ?

Rangga hendak melangkah , tapi sesuatu terjatuh di lantai yang membuatnya penasaran . ia mengambil benda itu dan sepertinya ia tahu harus membawa benda itu ke mana.

____

"Hei, kenapa kamu tidak pernah mau ikut pelajaran olahraga ?" tanya Zilan pada Sena siang itu.

" Karena aku tidak mau terluka"

Zilan memutar kedua bola matanya malas,

" Alasan macam apa itu? Kamu terlalu berlebihan" bibirnya.

" Jika aku terluka , aku akan berdarah dan Aku sangat benci dengan darah " ucap Sena dengan polos sambil menyeruput sekotak susu coklatnya .

" Apa kamu takut darah ?"

"Hmm..."gumam Sena dengan anggukan kepala .

"Aku tidak boleh terluka sedikitpun, karena aku bisa mati ." ekspresi wajahnya begitu polos saat mengatakan itu .

"Isshh, Kamu ini bicara apa? Ayo kita ke lapangan" ajak Zilan sambil menyeret lengan Sena.

Sena terlonjak kaget , dia berusaha melepaskan cengkraman Zilan . Sena benar-benar tidak ingin ikut pelajaran ini , Sena terlalu takut ...

___

Zilan berhasil membawa denah lapangan , ternyata semua murid sudah berkumpul. Zilan menarik Sena ke tengah lapangan untuk bergabung dengan yang lain .

Mereka melakukan pemanasan keliling lapangan , dalam ketepiannya Sena menjadi gelisah. Ia khawatir Sesuatu akan terjadi padanya , ia tidak boleh lelah .

benar saja , saat Sena sudah lelah dia mulai lengah . tubuhnya lemas hingga akhirnya ia pun terjatuh . Akibatnya lutut gadis itu terluka . Ia sangat panik, dan Hal pertama yang ia lakukan adalah menangis dan tentunya hal itu pun menjadi pusat perhatian .

" Kamu tidak apa-apa?" tanya Zilan .

" Hei, jangan menangis , Ini hanya luka kecil "

"Bukankah aku sudah bilang aku takut berdarah"jawab Sena sambil sedikit terisak.

Zilan seperti ingin mengatakan sesuatu lagi sebelum suara lain memotongnya.

" Ini milikmu kan ?!"

ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!