Sebenarnya tadi setelah Putri keluar dari UKS, diluar sudah istirahat. Dia menuju kantin dan bergegas meminta es di kantin.
“Bu minta esnya ya buat kompres” ucapnya ke pada salah satu penjual di sana.
“Eh Putri di cariin juga Lo dari tadi malah enak-enakan di sini. Lo tau gak Bu Titi gimana saat Lo gak ada. Marah besar doi” ucap seseorang yang baru datang ke arah Putri dan menimpuk bahu gadis itu seraya tertawa.
“Gue gak membolos, gue itu sedang berbuat baik. Lo aja gak tau tadi itu gue nolongin orang yang dibully sama nenek sihir” sahutnya tidak terima ketika dikatakan bolos.
Sang lawan bicara jelas kaget. “Beneran Lo? Terus sekarang Lo ngapain di sini?” tanyanya lagi.
“Mintain Es buat ngompres cewe tadi” jawab Putri dengan memutar bola matanya malas ketika cewe tadi masih akan melanjutkan ocehannya.
“Shutt! Nanti aja nanyanya lagi Ema” tekannya lalu mengambil esnya bersiap untuk beranjak pergi. Tetapi gagal karena Ema kembali mencekal tangan Putri.
“Siapa cewe yang dibully itu?” tanyanya penasaran.
“Nada. Udah kan gue mau pergi dulu” Putri kembali beranjak dari sana. Tetapi lagi-lagi ada yang menahannya. Dengan kesal dia membalikkan tubuhnya.
“Apasih bisa gak Lo biarin gue pergi dulu berhenti ganggu gue dulu--”
“Siapa Lo bilang tadi?” Putri kaget ketika mengetahui bukan Ema yang menahannya melainkan seorang lelaki yang menatapnya dengan tidak sabar.
“Lo siapa sih? Emang Lo peduli” Putri merenggut kesal.
“Apa Nada yang Lo maksud Melodi Denada? Jawab gue!” lelaki itu mulai kehabisan kesadaran dan menaikkan suaranya.
“Lo siapanya Nada?” tanyanya dengan kening berkerut.
“Dimana dia sekarang?” berondongnya lagi tapi dengan lebih tenang tapi tidak bisa menghilangkan kekhawatiran di mukanya.
“Di UKS” jawab Putri
“Ini untuk Nada kan? Gue aja yang memberikannya” ucapnya seraya menunjuk pada kompres yang sedang di pegang Putri.
Putri mengangguk mengiyakan tebakan lelaki itu. Lalu dia memberikannya, tanpa menunggu lama lelaki itu pergi dari hadapan Putri dengan tergesa-gesa. Gadis itu masih terdiam di tempatnya sampai Ema menepuk bahunya dengan tatapan bertanya, Putri hanya mengendikan bahunya lalu berlalu bersama Ema.
***
Arkan mengambil kompresan yang dia taruh di samping tadi dan hendak mengompres kaki Nada yang keseleo. Saat lelaki itu mengambil kaki Nada dan menaruhnya di pangkuannya, Nada terkesiap dan langsung saja menarik kembali kakinya tetapi di tahannya dengan erat oleh Arkan.
“Aku aja” kata Nada merasa tidak enak.
“Diam” ucapnya dengan dingin. Nyali Nada ciut melihat tatapan dingin dan tajam Arkan yang mengarah padanya.
Mereka berdua terdiam dengan Arkan yang fokus mengompres kaki Nada dengan ekspresi serius. Dia mengangkat kepalanya menatap Nada yang terus menunduk sembari menempelkan kompres es batu yang satunya ke pipinya.
“Jika ada yang melukaimu lagi bilang ke aku” perintahnya dengan tatapan tegas.
Nada menggigit bibirnya dan hanya mengiyakan saja. Sungguh dia lelah saat ini tubuhnya terasa remuk jadi dia hanya terdiam saja.
“Lebih baik kamu pulang dari pada masuk dengan kondisi seperti ini” titahnya
Nada menggeleng tidak setuju, dia tidak ingin bolos dari kelas. “Nanti aku izinkan kalo kamu sakit dan harus pulang” setelah mengatakan itu dia berdiri dari duduknya dan beranjak menuju pintu keluar. Tetapi sebelum keluar dia menoleh pada Nada.
“Tunggu di sini jangan ke mana-mana!” perintahnya dengan tatapan mengancam.
Nada mengangguk saja dan menatao lelaki itu yang menghilang di balik pintu. Gadis itu menghembuskan nafasnya, dia heran sudah dua kali Arkan memperlakukan baik dirinya. Padahal lelaki itu di kelas seperti orang yang bahkan tidak peduli pada apapun. Nada tidak pernah berpikir lain tentang Arkan seperti dia hanya baik padanya mungkin lelaki itu memang orang yang baik. Dia tidak berani berharap pada lelaki sesempurna Arkan, apalah dirinya itu tidak semenarik itu.
Tidak berselang lama Arkan muncul dari balik pintu dengan membawa tas Nada dan melangkah ke arah Nada. “Udah gue izinin ke guru kalau Lo sakit” ucapnya sembari menatap Nada.
Nada mengangguk mengerti dan berusaha turun dan berdiri tetapi dia terjatuh saat kakinya menyentuh lantai. Arkan dengan sigap menopang Nada agar tidak terjatuh.
“Hati-hati Nada” peringatnya dengan nada yang terdengar kesal tapi juga ada kekhawatiran tersirat di dalamnya.
Nada meringis saat merasa kakinya terasa sakit. Arkan menyampirkan tas Nada di bahunya dan menggendong perempuan itu ala bridal style. Nada memekik pelan ketika tubuhnya melayang dan sudah berada di gendongan Arkan.
“Arkan kamu apa-apaan! Turunin aku cepat” Nada merenggut kesal dan meronta untuk di turunkan.
Arkan tidak peduli dia terus melangkah sembari menggendong Nada melewati lorong untuk ke parkiran. Nada merasa sangat malu dan hanya bisa menyembunyikan wajahnya di dada Arkan. Tanpa dirinya sadari lelaki itu menyunggingkan senyum kecil.
Walau saat ini masih jam pelajaran tetapi masih ada beberapa siswa yang berpapasan dengan mereka. Mereka berhenti hanya untuk melihat Arkan yang menggendong Nada. Gadis itu semakin malu.
Sampai di parkiran, Arkan menurunkan Nada di dalam mobil lalu dia juga masuk ke sisi yang lainnya. Arkan menatap Nada yang sudah duduk dengan benar di sampingnya. Nada menatap Arkan yang juga menatapnya, dia melihat lelaki itu mencondongkan badannya ke arah Nada dan mendekatkan wajahnya. Nada memundurkan tubuhnya tetapi Arkan terus memajukan wajahnya.
‘Apa yang ingin dia lakukan’ batinnya.
“Seat belt Lo belum kepasang” celetuknya membuat wajah Nada memerah malu karena sempat berpikir yang tidak-tidak terhadapnya.
Nada menarik tali seat belt dan berusaha memasangna tetapi selalu gagal karena dia masih merasa canggung dengan yang tadi. Arkan jadi gemas sendiri, dia memutuskan membantu gadis itu dengan memasangkan seat beltnya yang mana membuat wajahnya semakin dekat dengan Nada.
Nada menatap Arkan dalam jarak sedekat ini dia bisa melihat wajahnya yang terpahat sempurna dengan alis tebalnya serta hidung mancungnya. Nada terkesiap saat matanya dan netra biru safir milik Arkan. Nada mengalihkan mukanya ke samping dengan cepat, pipinya sudah memerah Semerah tomat matang.
Arkan mengulum senyum tertahan ketika melihat Nada yang salah tingkah. Dia menginjak pedal gas dan melajukan mobil keluar dari lingkungan sekolah. Arkan melajukan mobilnya dengan santai.
“Kalo ada yang giniin Lo lagi bilang ke gue” ucapnya lagi.
“Iya Arkan” jawab Nada.
“Gue gak suka lo terluka Na. Jadi jangan terluka kaya gini lagi atau orang yang melukai Lo abis di tangan gue” ucapnya dengan kilatan amarah di netranya.
Nada terdiam, dia sungguh bersyukur dengan kebaikan Arkan. “Iya nanti kalo ada yang jahat ke aku, aku bilang Arkan akan marah” ucap Nada seraya tersenyum manis ke arah Arkan.
Arkan hanya mendengus mendengar perkataan konyol Nada. Mobil Arkan tiba di depan sebuah rumah yang di sekelilingnya banyak tanaman walau tidak besar.
Nada menatap heran Arkan perasaan dia belum memberitahukan rumahnya pada Arkan tetapi mereka sudah tiba aja di depan rumahnya.
Arkan bergegas turun dan membuka pintu samping mobil untuk menggendong Nada masuk ke dalam rumah. Nada sudah meminta untuk di turunkan dan berjalan sendiri tetapi lelaki itu tidak menggubris dan tetap berjalan memasuki rumah Nada dengan menggendong Nada.
“Kamar Lo dimana?” tanyanya.
“Itu di ujung” tunjuknya pada pintu yang terletak tidak jauh dari mereka. Arkan menyuruh Nada membuka pintunya karena tangannya yang menggendong Nada jadi tidak bisa membukakan.
Setelah terbuka Arkan menurunkan dan membaringkan Nada di atas kasurnya. “Terima kasih udah ngantar aku” ucap Nada. “Sekarang kamu bisa kembali ke sekolah kok aku udah gak apa-apa”
Mata Arkan berkilat tidak suka, “Jadi Lo ngusir gue?”
“Nggak aku gak maksud ngusir tapi kamu harus kembali kan ke sekolah” ucapnya dengan hati-hati takut menyinggung perasaan Arkan.
Lelaki itu menghembuskan nafas lalu menatap Nada lekat dan menarik selimutnya sampai ke dada Nada. “Yaudah Lo istirahat aja sekarang” ucapnya lalu membalikkan badannya keluar dan menutup pintu kamar Nada dengan pelan.
Nada menatap lelaki yang hilang di balik pintu dengan rumit. Mengapa lelaki itu sangat baik padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
mama Al
ciyeeee nada punya penggemar
2023-04-19
1